Songs

Sunday, December 8, 2013

Hilda Yekti



PERMASALAHAN EKONOMI DI PT. KERTAS LECES (PERSERO) DI DESA LECES KECAMATAN LECES KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2005-2013


MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Sejarah Perekonomian
Yang dibina oleh Bapak Hariyono, Prof. Dr. M.Pd dan
Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd, S. Hum, M.Pd


oleh :
Hilda Yekti Probohening
(110731435531)


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak akan lepas dengan apa yang dinamakan ekonomi. Ekonomi selalu menjadi hal penting dalam kehidupan manusia, karena dari ekonomi itu pula manusia bisa mempertahankan kehidupannya. Berbicara ekonomi, berarti juga membicarakan segala hal termasuk permasalahan-permasalahan ekonomi yang sering terjadi di sekitar kita. Permasalahan ekonomi yang bisa terjadi bermacam-macam, bisa terjadi pada perseorangan, kelompok, bisa terjadi pula pada suatu perusahaan bahkan Negara. Banyak hal yang melatarbelakangi terjadinya permasalahan-permasalahan ekonomi khususnya di Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Salah satu contoh permasalahan ekonomi yang terjadi pada suatu Negara adalah seperti krisis pada tahun 1998 yang sangat berdampak bagi seluruh elemen masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke
Dalam suatu perusahaan atau juga industry, pasti juga ada permasalahan-permasalahan yang terjadi, tidak hanya perusahaan-perusahaan swasta atau asing saja, perusahaan yang dimiliki oleh Negara pun pasti memiliki permasalahan-permasalahan, ada yang mudah diselesaikan dalam waktu yang singkat maupun permasalahan yang sulit dipecahkan dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Dalam hal industrialisasi, keterbatasan teknologi dan sumber daya manusia (SDM) juga ikut mempengaruhi keadaan ekonomi Indonesia, apabila masyarakat Indonesia sendiri tidak mampu diberdayakan, mau tidak mau orang asing yang menguasai ekonomi Indonesia. Selain itu, masalah structural dan organisasi yang kurang optimal di suatu perusahaan juga bisa mempengaruhi keadaan ekonomi. Seperti halnya permasalahan yang terjadi di PT. Kertas Leces (Persero), salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang produksi pulp dan kertas. Badan Usaha Milik Negara ini sedang sakit, membutuhkan waktu yang lama untuk menyembuhkan sakit pada salah satu perusahaan milik Negara ini.
Dari penjelasan diatas mendorong saya untuk membuat makalah yang berjudul “Permasalahan Ekonomi Di Pt. Kertas Leces (Persero) Di Desa Leces Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo Tahun 2005-2013”.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah dan perkembangan PT. Kertas Leces (Persero)?
2.      Bagaimana permasalahan ekonomi yang terjadi di PT. Kertas Leces (Persero)?
3.      Bagaimana solusi dari permasalahan ekonomi yang terjadi di PT. Kertas Leces (Persero)?

1.3  Tujuan
1.      Bagaimana sejarah dan perkembangan PT. Kertas Leces (Persero)?
2.      Bagaimana permasalahan ekonomi yang terjadi di PT. Kertas Leces (Persero)?
3.      Bagaimana solusi dari permasalahan ekonomi yang terjadi di PT. Kertas Leces (Persero)?

1.4  Metode Penelitian
·         Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memakai studi kepustakaan (library reseach) yang didalamnya menggunakan bahan-bahan pustaka yang relevan. Kajian pustaka ini menggunakan telaah pustaka untuk memecahkan masalah dengan kajian kritis yang mendalam. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara pengumpulan data dari berbagai sumber yang kemudian disajikan dengan cara baru. Studi pustaka yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan sumber sekunder.
Penelitian ini menggunakan metode penilitian historis sedangkan jenis penelitiannya berupa deskriptif-narasi. Metode historis digunakan untuk mengkaji secara kritis mengenai fakta-fakta empiris masa lampau yang berkaitan dengan masalah-masalah yang sesuai dengan kajian penelitian. Dalam metode sejarah dikenal lima tahap, yaitu tahap pemilihan topik, heuristik (pengumpulan sumber), kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Berikut penjelasan mengenai kelimanya.


a.      Pemilihan Topik
Menurut (Kuntowijoyo, 1994: 95) Pemilihan topik sebaiknya digunakan dua pendekatan yakni, berdasarkan kedekatan emosional dan intelektual. Kedekatan emosional peneliti dengan apa yang akan dikaji sudah sesuai karena peniliti sudah pernah merasakan keadaan tersebut (krisis ekonomi 1997-1999), meskipun pada waktu itu peneliti masih anak-anak. Selain itu orang-orang disekitar peneliti juga merasakan dan mengetahui  hal yang sama. Secara intelektual penelitian ini dilakukan karena penulis pernah membaca literatur mengenai perekonomian Indonesia pada masa krisis 1997-1999.
b.      Heuristik
Heuristik, berasal dari bahasa Yunani yaitu  heuriskein yang artinya memperoleh. Heuristik merupakan proses mencari bahan atau menyelidiki sejarah untuk mendapatkan sumber (Kuntowijoyo, 1994: 95). Penulisan sejarah kini harus mulai menyempurnakan alat-alat analitisnya dengan cara meminjam konsep serta teori dari ilmu-ilmu sosial (Kartodirdjo, 1992: 8). Jadi dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan beberapa pendekatan dengan menggunakan teori  ilmu sosial yaitu menggunakan pendekatan sosiologis dimana terdapat peristiwa sosial dan nilai-nilai kehidupan.
c.       Kritik Sumber
Kritik merupakan kemampuan dalam menilai sumber-sumber sejarah yang sudah didapatkan. Kritik sumber dibedakan menjadi dua, yaitu kritik eksternal dan kritik internal.
·         Kritik eksternal
Menurut (Kartodirdjo, 1992: 10) untuk mengetahui keautentikan suatu dokumen dapat dilihat melalui identitasnya, yaitu dengan cara meneliti bahannya, jenis tulisannya, dan gaya bahasanya.
·         Kritik Internal
       Menurut (Kartodirdjo, 1992: 10) Kritik internal dilakukan untuk menguji pernyataan dan fakta yang ada didalam dokumen. Kritik ini dilakukan dengan cara identifikasi penulisnya, sifat dan wataknya, daya ingatannya, jauh-dekatnya dari peristiwa dalam waktu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pernyataan tersebut dapat diandalkan atau tidak atau dengan kata lain dapat diklarifikasikan menurut penafsiran yang diperoleh peneliti, dari subjektifitas sampai objektifitas suatu dokumen.
d.      Interpretasi
Interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai-kannya hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari berbagai fakta yang ada kemudian perlu disusun agar mempunyai bentuk dan struktur. Fakta yang ada ditafsirkan sehingga ditemukan struktur logisnya sesuai dengan fakta untuk menghindari suatu penafsiran yang semena-mena akibat pemikiran yang sempit.
Menurut (Kuntowijoyo, 1994:100) Interprestasi atau penafsiran sering disebut sebagai biang subjektivitas. Dalam ilmu sejarah penafsiran ini dilakukan setelah melewati beberapa kritik dari fakta-fakta yang timbul dari dokumen yang ditemukan oleh peneliti. Interprestasi merupakan urutan ketiga yang dilakukan dalam historiografi. Dalam hal interpretasi ini peneliti memiliki dua langkah, yaitu analisis dan sintetis.
e.       Historiografi
   Histografi yaitu penulisan masa lalu oleh sejarawan berdasarkan fakta yang ada. Sebagai suatu karya ilmiah, histografi merupakan fase terakhir dalam sebuah penelitian sejarah. Hasil dalam penelitian itu kemudian ditulis, dipaparkan dan dilaporkan dalam bentuk karya ilmiah. Dalam sebuah penelitian sejarah, penekanan yang terjadi terletak pada pemikiran yang sistematis, logis, dan kronologis dengan memperhatikan pula segi kausalitasnya. Hal inilah yang menjadi pembeda dengan penelitian ilmiah ilmu lain. Setiap penulisan dilakukan sesuai dengan data yang diperoleh. Penyusunan laporan yang dilakukan secara sistematis dan terperinci.dan diharapkan data sesuai dengan apa yang diperoleh. Kemudian dari sanalah akan dicapai pada suatu kesimpulan yang diharapkan pada awal penyusunan sebuah penelitian. 

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Kertas Leces (Persero)
PT. Kertas Leces merupakan pabrik kertas tertua kedua setelah Pabrik Kertas Padalarang yang terletak di Bandung Jawa Barat. PT. Kertas Leces dibangun pada masa Hindia Belanda tahun 1939. Pabrik yang merupakan perusahaan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang produksi kertas ini berlokasi di Jalan Raya Lumajang-Leces Desa Leces Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo yang memiliki dasar hukum BUMN berdasarkan akta No. 24 tanggal 23 November 1983 dan akta perusahaan No.25 tanggal 24 April 1984. Pabrik kertas yang saat ini berbentuk persero ini mulai beroperasi pada tahun 1940 dengan kapasitas 10ton/hari yang memproduksi kertas tulis cetak dengan bahan baku ampas tebu dan limbah pertanian seperti jerami dan batang jagung dan kertas bekas (used paper) yang diproses menggunakan proses soda agar ramah lingkungan. Dari bahan bakunya saja, PT. Kertas Leces dapat menghemat kayu hutan seluas 160.000 HA pertahun. Hal ini pun sejalan dengan kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia tentang konsep Green Based Business atau Green Based Industry. Setelah pengambilalihan manajemen oleh Pemerintah Indonesia dari Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1958 dimana seluruh perusahaan-perusahaan yang dibangun pada masa Hindia Belanda di nasionalisasikan, Pabrik Kertas Leces pun menjadi salah satu perusahaan yang di ambil alih oleh Pemerintah Indonesia. Setelah dinasionalisasikan, PT. Kertas Leces berbenah sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional dan ekonomi global dengan melakukan restrukturisasi dan berbagai inovasi agar tetap berdiri serta bertumbuh kembang menajdi perusahaan kertas kelas dunia. Pembenahan-pembenahan yang dilakukan adalah dengan adanya pengembangan fisik melalui empat tahapan pembangunan yang dimulai pada tahun 1960 dan berakhir pada tahun 1986 yang akhirnya menghasilkan pabrik kertas dan pulp terintegrasi. Kepemilikan saham dari PT. Kertas Leces seluruhnya merupakan milik pemerintah. PT. Kertas Leces merupakan satu-satunya pabrik kertas di Indonesia yang bahan bakunya berupa kertas bekas dan ampas tebu. Bahan baku itulah yang merupakan modal dari PT. Kertas Leces menuju ecolabeling. PT. Kertas Leces telah berkomitmen untuk menjaga kondisi lingkungan sekitar pabrik dengan meminimalkan proses kimia yang sangat berbahaya bagi lingkungan, dimana dalam proses produksi PT. Kertas Leces menggunakan proses soda yang tidak berbau untuk pembuatan pulp (bubur kertas/bahan baku setengah jadi untuk pembuatan kertas yang berasal dari serat selulosa dan hemiselulosa) sehingga limbah dari pabrik tidak mengganggu kesehatan masyarakat disekitar PT. Kertas Leces. Selain itu, ada penyempurnaan dengan adanya penambahan oksigen delignifikasi yang berguna untuk menghemat bahan-bahan kimia yang mahal di tahap pemutihan dan tentunya dalam waktu yang bersamaan dapat menurunkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar pabrik. Selain itu, dalam proses produksi juga didukung dengan Chemical Recovery Plant dan juga mesin kertas yang menggunakan Alkali Sizing. Selain itu juga didukung dengan penerapan teknologi tinggi dengan komputerisasi pada mesin kertas berkecepatan tinggi yang berguna untuk menjaga stabilitas kualitas produksi.
Saat ini kapasitas produksi di PT. Kertas Leces mencapai 640ton/hari yang memproduksi berbagai jenis kertas seperti: kertas tulis cetak (HVS, HVO, Photo Copy, dan lain-lain), kertas koran dan kertas industri. Produk dari PT. Kertas Leces dipasarkan di pasar lokal yang meliputi hampir seluruh wilayah di Indonesia seperti Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jakarta, serta wilayah-wilayah di luar pulau Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, Maluku dan juga Irian Jaya. Kemudian produk kertas dari PT. Kertas Leces juga di ekspor ke luar negeri seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Srilanka, India, Pakistan, Jepang, Taiwan, Myanmar, Papua Nugini, Australia, Selandia Baru, Iran, Korea Selatan, Syria, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Republik Rakyat China, Inggris, Belanda dan juga Afrika Selatan.
Strategi yang digunakan PT. Kertas Leces adalah “Turnd Arround Bussiness” yang berarti kembali ke desain mesin dengan bahan baku non wood (bagasse). Setiap perusahan pasti memiliki tujuan, visi dan misi yang berbeda. Tujuan dari PT. Kertas Leces antara lain: memproduksi pulp dan berbagai jenis kertas yang bermutu dengan harga yang kompetitif baik dipasar Domestik maupun pasar International, berwawasan lingkungan dan mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja, memberikan kesejahteraan dan mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja, memberikan kesejahteraan kepada karyawan dan peduli terhadap masyarakat sekitar, memberikan nilai tambah bagi pemegang saham dan keuntungan bagi Negara dari pajak penghasilan, dan yang terakhir ikut memajukan industry di Indonesia khususnya industry pulp dan kertas serta ikut mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Visi dari PT. Kertas Leces sendiri adalah menjadi produsen kertas yang terintegrasi, berwawasan lingkungan dan kuat dalam persaingan global. Misi-misi dari PT. Kertas Leces adalah menghasilkan produk dan mampu bersaing dipasar bebas, meningkatkan produktivitas dan efisiensi berkesinambungan, berorientasi pada keuntungan dan memberikan nilai tambah bagi pemegang saham, memberikan kesejahteraan karyawan dan peduli terhadap masyarakat sekitar, peduli terhadap kelestarian lingkungan serta mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja dan yang terakhir mengelola perusahaan dengan prinsip kejujuran, keterbukaan dan tanggung jawab (Good Corporate Governance).

2.2  Permasalahan Ekonomi di PT. Kertas Leces (Persero)
Permasalahan yang terjadi di perusahaan milik Negara ini sangat sulit untuk diselesaikan, menteri BUMN yang saat ini sedang menjabat Dahlan Iskan pun menilai permasalahan yang terjadi di PT. Kertas Leces sulit untuk ditangani, diperlukan waktu yang cukup lama sekitar dua hingga tiga tahun untuk dihidupkan kembali karena pada kenyataannya PT. Kertas Leces sulit untuk melakukan revitalisasi. PT. Kertas Leces yang merupakan pabrik kertas tertua kedua di Indonesia ini pernah berhenti beroperasi pada Mei 2010 lalu. Pemberhentian operasi tersebut dikarenakan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang juga merupakan Badan Usaha Milik Negara ini menghentikan pasokan gasnya karena PT. Kertas Leces menunggak utang sebanyak Rp. 41 Miliar. PT. Kertas Leces mengalami kesulitan untuk membayar tagihan gas dikarenakan menurunnya pendapatan yang disebabkan oleh penurunan permintaan kertas dan juga dikarenakan harga gas pada saat itu melambung tinggi.
Akibat dari pemberhetian operasi itu adalah terlantarnya para karyawan PT. Kertas Leces yang jumlahnya mencapai sekitar 1.850 karyawan. Para karyawan tersebut belum menerima hak-hak normatifnya, sehingga perusahaan memiliki utang berupa hak normative karyawan sekitar Rp. 4,5 miliar yang terdiri dari Tunjangan Pendidikan (TP) sebesar Rp. 2,850 miliar, gaji 50 persen Rp. 1,250 miliar, dan gaji 15 persen Rp. 300juta.

2.3  Solusi Permasalahan Ekonomi di Pabrik Kertas Leces
Setiap permasalahan yang terjadi pasti ada solusinya, namun tidak semua solusi bisa berjalan lancar tanpa ada halangan apapun. Begitu pula dengan permasalahan yang terjadi di PT. Kertas Leces, permasalahan yang sudah berlarut-larut tanpa ada penyelesaiannya membuat permasalahan tersebut semakin rumit untuk di selesaikan. Pasca pemberhentian operasi PT. Kertas Leces dikarenakan ketersediaan gas yang dihentikan pasokannya oleh Perusahaan Gas Negara (PGN). PT. Kertas Leces memecahkan masalah tersebut dengan membangun boiler batu bara terkait konversi bahan bakar gas menjadi batu bara. Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang industri pulp dan kertas ini membangun dua unit bolier batu bara dengan kapasitas boiler sebesar 120ton/jam, dan tekanan steam sebesar 44 bar dengan temperature 4400 celcius. Dengan adanya proyek konversi bahan bakar ini diharapkan PT. Kertas Leces dapat tumbuh dan berkembang lagi. Namun solusi tersebut kurang berhasil karena kurang optimal dalam menjalankan program konversi bahan bakar tersebut. Pemberhentian operasi PT. Kertas Leces membuat para karyawan tidak mendapatkan gaji sepenuhnya, hak-hak normatif para karyawan seperti tunjangan pendidikan belum dibayarkan untuk beberapa waktu. Solusi yang diambil PT. Kertas Leces untuk memenuhi hak-hak normatif karyawan yang belum dibayarkan adalah dengan menjual aset berupa tanah dan gudang yang terletak di Cibitung, namun hasil dari penjualan tersebut belum mampu menutupi permasalahan yang ada. Kini solusi yang sedang dijalankan adalah pembangunan pabrik gula dilingkungan PT. Kertas Leces, PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) berniat untuk mengakuisisi Badan Usaha Milik Negara yang sedang sakit ini. Pembangunan pabrik gula di lingkungan PT. Kertas Leces ini dianggap menjadi angin segar bagi perusahaan yang sedang berada di ujung tanduk ini, pasalnya bahan baku dari pembuatan kertas yang di produksi oleh PT. Kertas Leces sendiri merupakan limbah tebu (bagasse). Pembangunan pabrik gula ini juga merupakan andil dari pemerintah Kabupaten Probolinggo, dimana pemerintah Kabupaten Probolinggo memberikan jaminan lahan dengan luas sekitar 25.000 hektare.


























PENUTUP
3.1  Kesimpulan
PT. Kertas Leces merupakan pabrik kertas tertua kedua setelah Pabrik Kertas Padalarang yang terletak di Bandung Jawa Barat. PT. Kertas Leces dibangun pada masa Hindia Belanda tahun 1939. Pabrik yang merupakan perusahaan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang produksi kertas. Permasalahan yang terjadi di perusahaan milik Negara ini sangat sulit untuk diselesaikan karena pada kenyataannya PT. Kertas Leces sulit untuk melakukan revitalisasi. Pada Mei 2010 lalu. Pemberhentian operasi tersebut dikarenakan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang juga merupakan Badan Usaha Milik Negara ini menghentikan pasokan gasnya. Akibat dari pemberhetian operasi itu adalah terlantarnya para karyawan PT. Kertas Leces yang jumlahnya mencapai sekitar 1.850 karyawan. Kini solusi yang sedang dijalankan adalah pembangunan pabrik gula dilingkungan PT. Kertas Leces, PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
















DAFTAR ISI

Gunadi, Tom. 1981. Sistem Perekonomian Menurut Pancasila dan UUD 45. Bandung: Angkasa
Kartodirjo, S. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Kuntowijoyo. 1994. Metodolodi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana
Tambunan, Tulus T.H. 2003. Perekonomian Indonesia: Beberapa Masalah Penting. Jakarta: Ghalia Angkasa
Sjahrir, 1991. Analisis Ekonomi IndonesiaI. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

JPNN. 11 Oktober 2013. Masalah di PT. Kertas Leces Sulit Dipecahkan, hlm.-.
Kompas. 17 Oktober 2012. Pabrik Kertas Leces Terus Menggeliat, hlm.24.
Tempo. 30 April 2012. Pabrik Kertas Leces Andalkan Boiler Batu Bara, hlm.-.
Tempo. 22 Mei 2012. Dahlan Pastikan Dirut Leces Diganti, hlm.-.
Surabaya Post. 12 April 2012. Pabrik Kertas Leces Bangkrut, hlm.-.
Surabaya Post.  14 Oktober 2010. PT. Kertas Leces Rambah Industri Gula, hlm.-.
Surabaya Post. 13 Oktober 2010. 3 PG di Probolinggo Ditutup, PG Leces Berdiri, hlm.-.

 

No comments:

Post a Comment