PERAN KOPERASI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA PASCA
KRISIS MONETER 1998
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Sejarah Perekonomian
Yang dibimbing Oleh Ibu Indah W.P Utami, S.Pd,
S.Hum, M.Pd.
Oleh
Septiyan
110731435550
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Indonesia
telah mengalami beberapa fase. Salah satunya adalah zaman pemerintahan orde
baru hingga Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya. Pada
pemerintahan ini, dapat dikatakan bahwa ekonomi Indonesia berkembang pesat.
Dengan kembali membaiknya hubungan politik dengan negara-negara barat dan
adanya kesungguhan pemerintah untuk melakukan rekonstruksi dan pembangunan
ekonomi, maka arus modal mulai masuk kembali ke Indonesia. PMA dan bantuan luar
negeri setiap tahun terus meningkat. Sasaran dari kebijakan tersebut terutama
adalah untuk menekan kembali tingkat inflasi, mengurangi defisit keuangan
pemerintah dan menghidupkan kembali kegiatan produksi, terutama ekspor yang
sempat mengalami kemunduran pada masa orde lama. Indonesia juga sempat masuk
dalam kelompok Asian Tiger, yakni Negara-negara yang tingkat prekonomiannya
sangat tinggi.
Namun
sejak terjadi krisis ekonomi, sosial dan politik pada tahun 1997 yang dialami
bangsa Indonesia membuat pemerintah dan masyarakat terpuruk dan makin miskin.
Kondisi demikian menyadarkan kita bahwa berbagai kebijakan dan program
pembangunan selama ini belum mampu secara tuntas menyelesaikan masalah
kemiskinan terbukti dan sangat rentannya terhadap krisis ekonomi, sosial dan
politik. Penyebab kemiskinan dapat disebabkan oleh 2 (dua) faktor. Pertama
faktor internal yakni: faktor yang ada pada individu, keluarga atau komunitas
masyarakat miskin itu sendiri, seperti rendahnya tingkat pendidikan dan
rendahnya tingkat pendapatan. Kedua faktor eksternal yakni: dipengaruhi oleh
kebijakan Global seperti sosial, politik, hukum dan ekonomi.
Sedangkan
dari sudut dampak kemiskinan akan
menimbulkan dampak yang sangat besar jika tidak ditanggulangi seperti
menurunnya kualitas sumber daya manusia, munculnya ketimpangan dan kecemburuan
sosial, terganggunya stabilitas sosial, meningkatnya angka kriminalitas dan
dampak sosial lainnya. Kurang berhasilnya upaya penuntasan penanggulangan
kemiskinan yang telah dilakukan dikarenakan berbagai kebijakan dan program
penanggulangan kemiskinan yang selama
ini dilakukan selalu bersifat parsial, sektoral dan tidak terintegrasi
serta tidak fokus bahkan terkadang atau ada beberapa kebijakan program yang
justru menyebabkan terjadinya proses pemiskinan di tingkat masyarakat. Dari
hal-hal tersebut menarik kami untuk menulis makalah dengan judul “ Peran
Koperasi Dalam Perekonomian Indonesia Pasca Krisis Moneter 1998 “.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
saja Faktor-faktor yang menyebabkan terjadi krisis ekonomi di Indonesia?
2. Bagaimana
Peran Koperasi Dalam Perekonomian Indonesia Pasca Krisis Moneter 1998?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadi krisis ekonomi di Indonesia.
2. Untuk
mengetahui Peran Koperasi Dalam Perekonomian Indonesia Pasca Krisis Moneter 1998.
II.
PEMBAHASAN
A.
Faktor-Faktor
Yang Menyebabkan Terjadi Krisis Ekonomi di Indonesia
Krisis
Asia 1997/1998 menyerang negara Thailand yang kemudian menyebar ke negara
Malaysia, Korea dan Indonesia (contaigon effect) berawal ketika Thailand krisis
yang disertai dengan melemahnya mata uang Bath. Indonesia diantara negara yang
terkena dampak krisis Asia termasuk negara yang paling parah terkena dampak.
Secara garis besar terdapat empat masalah mendasar yang membuat ekonomi
Indonesia semakin terpuruk. Permasalahan tersebut berkaitan dengan (i) kondisi
mikro sektor perbankan dan dunia usaha serta dampaknya terhadap kondisi
makroekonomi, (ii) tingkat kompleksitas dan skala permasalahan yang dihadapi
serta dampaknya terhadap implementasi kebijakan ekonomi, (iii) kondisi sosial
politik dan keamanan serta kaitannya dengan risiko usaha, dan (iv) kondisi
ekonomi global (Cristianto, 1998: 10).
Pertama,
masalah ketidakseimbangan kondisi neraca memperburuk kondisi perbankan dan
aktivitas kegiatan dunia usaha. Tidak hanya itu saja, kondisi ketidakseimbangan
ini juga menimbulkan tidak sinkronisasi antara neraca sektor moneter dan sektor
fiskal yang ini merusak keseimbangan tatanan makroekonomi. Ketidakseimbangan
yang terjadi ini lebih banyak disebabkan oleh adanya mismatch yaitu antara
sumberdana dan alokasi dana terjadi ketidakseimbangan. Sebagai contohnya utang
jangka pendek (commercial paper ) yang jatuh tempo dipakai untuk membiayai
utang jangka panjang ( maturity paper), sedangkan utang luar negeri dipakai
untuk membiayai proyek yang justru tidak menghasilkan devisa (currency
mismatch), akibatnya utang luar negeri lebih besar daripada cadangan yang
dimiliki. Dampak yang ditimbulkan dari adanya krisis ini adalah kurs rupiah
merosot tajam, sektor usaha dan perbankan mengalami lonjakan dalam pembayaran
utang dalam jangka pendek dan pada waktu itu debitur dalam negeri tidak
memiliki banyak waktu untuk melakukan restruksi akibatnya dunia bisnis
mengalami kebangkrutan dan Rupiah mengalami kemerosotan yang paling parah
(www.permatakiki.htm).
Masalah
kedua bersangkutan dengan kompleksitas masalah dalam pemerintahan. Kelemahan
fundamental mikroekonomi dan kelembagaan Indonesia masih tergantung terhadap
bantuan utang luar negeri. Pemerintah tidak transparan dalam pengelolaan negara.
Hal ini berimplementasi lemahnya kebijakan yang akan diambil ketika ada krisis,
susah membedakan antara kebijakan moneter dan fiskal. Masalah ketiga berkaitan
dengan tingginya risiko untuk melakukan usaha dalam negeri. Kurang adanya
kepercayaan untuk berinvestasi dalam negeri mengakibatkan perekonomian berjalan
lambat. Perkembangan di dalam negeri yang masih rawan terhadap gejolak sosial,
politik, dan keamanan turut pula meningkatkan risiko usaha di Indonesia.
Akibatnya investasi melemah, kapasitas produksi dan tenaga kerja menurun
drastis. Hal ini berakibatnya barang yang diproduksi semakin menurun dan
berdampak pada nilai ekspor Indonesia yang semakin menurun.
Masalah
keempat berkaitan dengan perkembangan yang kurang kondusif yang terjadi dari
pihak eksternal Indonesia. Ketika pangsa ekspor Indonesia turun dan membutuhkan
bantuan dana dari pihak asing, justru perekonomian luar negeri sedang mengalami
kesuraman. Semakin anjloknya harga barang komoditas di pasar internasional
semakin memperburuk kondisi investor asing untuk mereformasi dan memulihkan
kondisi perekonomian negara yang mengalami krisis seperti Indonesia (Cristianto, 1998:12).
B.
Peran
Koperasi Dalam Perekonomian Indonesia Pasca Krisis Moneter 1998
Keterbatasan
kemampuan ekonomi yang dimiliki masyarakat menengah kebawah sebenarnya dapat
dicarikan solusi alternatif. Diantaranya adalah dengan membangun budaya untuk
mendirikan badan usaha koperasi sebagai salah satu bentuk usaha altenatif dalam
permasalahan perekonomian bangsa. Hal ini dikarenakan, pertama, koperasi
dipandang sebagai lembaga yang menjalankan suatu kegiatan usaha tertentu, dan
kegiatan usaha tersebut diperlukan oleh masyarakat. Kegiatan usaha yang
dimaksud dapat berupa pelayanan kebutuhan keuangan atau perkreditan, atau
kegiatan pemasaran, atau kegiatan lain. Pada tingkatan ini biasanya koperasi
menyediakan pelayanan kegiatan usaha yang tidak diberikan oleh lembaga usaha
lain atau lembaga usaha lain tidak dapat melaksanakannya akibat adanya hambatan
peraturan. Peran koperasi ini juga terjadi jika pelanggan memang tidak memiliki
aksesibilitas pada pelayanan dari bentuk lembaga lain. Hal ini dapat dilihat
pada peran beberapa Koperasi Kredit dalam menyediaan dana yang relatif mudah
bagi anggotanya dibandingkan dengan prosedur yang harus ditempuh untuk
memperoleh dana dari bank (Sjahrir, 1995:23).
Kedua, koperasi telah menjadi alternatif bagi
lembaga usaha lain. Pada kondisi ini masyarakat telah merasakan bahwa manfaat
dan peran koperasi lebih baik dibandingkan dengan lembaga lain. Keterlibatan
anggota (atau juga bukan anggota) dengan koperasi adalah karena pertimbangan
rasional yang melihat koperasi mampu memberikan pelayanan yang lebih baik. Koperasi
yang telah berada pada kondisi ini dinilai berada pada ‘tingkat’ yang lebih
tinggi dilihat dari perannya bagi masyarakat.
Ketiga,
koperasi menjadi organisasi yang dimiliki oleh anggotanya. Rasa memiliki ini
dinilai telah menjadi faktor utama yang menyebabkan koperasi mampu bertahan
pada berbagai kondisi sulit, yaitu dengan mengandalkan loyalitas anggota dan
kesediaan anggota untuk bersama-sama koperasi menghadapi kesulitan tersebut. Disisi
lain, dilihat dari sudut sistem, organisasi koperasi merupakan salah satu sub
sistem dalam perekonomian masyarakat. Organisasi koperasi hanyalah merupakan
suatu unsur dari unsur-unsur yang lainnya yang ada dalam masyarakat yang satu
dengan masyarakat yang lainnya dan saling berhubungan, saling tergantung dan
saling mempengaruhi sehingga merupakan satu kesatuan yang komplek. Dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya, organisasi koperasi sebagai sistem
terbuka tidak dapat terlepas dari pengaruh dan ketergantungan lingkungan, baik
lingkungan luar seperti ekonomi pasar, sosial budaya, pemerintah, teknologi dan
sebagainya maupun lingkungan dalam seperti kelompok koperasi, perusahaan
koperasi, kepentingan anggota dan sebagainya.
Koperasi
sebagai sistem sosial merupakan gerakan yang
tumbuh berdasarkan kepentingan bersama. Ini mengandung makna dinamika
koperasi harus selaras dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama. Semangat
kolegial perlu dipelihara melalui penerapan musyawarah dalam pengambilan
keputusan. Dalam konteks itu, koperasi merupakan organisasi swadaya akan tetapi
tidak seperti halnya organisasi swadaya lainnya, koperasi memiliki
karakteristik yang berbeda. Mengkaji koperasi sebagai badan usaha dan
organisasi swadaya adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang posisi
manusia dalam konstelasi sistem koperasi. Koperasi menempatkan faktor “manusia”
sebagai elemen penting dalam sistem keorganisasian. Manusia anggota merupakan
sentral pengembangan yang berposisi penting dalam proses peningkatan
kesejahteraan. Berbeda dengan perseroan terbatas pada umumnya yang
menitikberatkan pada faktor modal, koperasi lebih melihat manusia sebagai unsur
penting di dalamnya. Sehingga walau modal terbatas, namun dengan motivasi yang
ada pada manusianya, para anggota dapat mengembangkan potensi ekonomi yang
dimilikinya (www.stasiunhukum.htm).
Oleh
karena itulah dengan prinsip-prinsip yang ada dalam koperasi serta nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya, badan usaha koperasi merupakan salah satu
alternatif bentuk usaha dalam pembangunan ekonomi khususnya untuk kalangan
masyarakat yang kemampuan ekonominya menengah kebawah. Sehingga pada akhirnya
dapat meningkatkan kesejahteraan para anggota khsusnya dan masyarakat pada
umumnya.
III. Penutup
A.
Kesimpulan
Koperasi
sebagai sistem sosial merupakan gerakan yang
tumbuh berdasarkan kepentingan bersama. Ini mengandung makna dinamika
koperasi harus selaras dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama. Semangat
kolegial perlu dipelihara melalui penerapan musyawarah dalam pengambilan
keputusan. Dalam konteks itu, koperasi merupakan organisasi swadaya akan tetapi
tidak seperti halnya organisasi swadaya lainnya, koperasi memiliki
karakteristik yang berbeda.
Koperasi
sebagai badan usaha dan organisasi swadaya adalah untuk memperoleh gambaran
yang jelas tentang posisi manusia dalam konstelasi sistem koperasi. Koperasi
menempatkan faktor “manusia” sebagai elemen penting dalam sistem
keorganisasian. Manusia anggota merupakan sentral pengembangan yang berposisi
penting dalam proses peningkatan kesejahteraan. Berbeda dengan perseroan
terbatas pada umumnya yang menitikberatkan pada faktor modal, koperasi lebih
melihat manusia sebagai unsur penting di dalamnya. Sehingga walau modal
terbatas, namun dengan motivasi yang ada pada manusianya, para anggota dapat
mengembangkan potensi ekonomi yang dimilikinya.
Daftar
Rujukan
Cristianto, Wibisono.
1998. Menelusuri Krisis Indonesia.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sjahrir. 1995. Analisis Ekonomi Indonesia. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Rezafaraby. 2009. Koperasi
Sebagai Alternatif Bentuk Usaha dalam Pembangunan Perekonomian Indonesia Pasca
Krisis Moneter 1998. (www.Stasiunhukum.htm) diakses pada
tanggal 28 November 2013.
No comments:
Post a Comment