Songs

Sunday, December 8, 2013

Siti Nur Khomariyah



PENGARUH IRIGASI SALURAN BENGAWAN SOLO TERHADAP HASIL PERTANIAN MASYARAKAT KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN TAHUN 1998-2012

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Sejarah Perekonomian
Yang dibina oleh bapak Prof Hariyono M.pd / ibu Indah W.P Utami.S.pd.M.hum.M.pd




oleh
                        Siti Nur khomariyah                            110731435518



I.     PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
            Pertanian merupakan bidang mata pencaharian mayoritas masyarakat Indonesia. Pada hakekatnya Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusiauntuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam. Pertanian telah memainkan peranan yang utama dalam perkembangan tamadun, dengan sebahagian jumlah penduduk yang amat besar mengerjakan pertanian sehingga Revolusi Perindustrian. Pembangunan teknik pertanian telah meningkatkan daya pengeluaran pertanian secara beransur-ansur. meski keadaan alam dan cuaca di Indonesia terkadang mengalami bencana seperti banjir, gunung meletus dan lain sebagainya yang menyebabkan kerugian pada pertanian di Indonesia, tetapi masyarakat tetep menelateni pekerjaan ini. Manusia sebagai makhluk sosial memanfaatkan fikiran dan alam sekitar untuk kehidupan mereka mencoba mencegah dan menanggulangi bencana yang dapat merugikan kehidupan. Hal ini yang dilakukan oleh masyarakat kabupaten Tuban.
            Kabupaten Tuban merupakan wilayah dengan penduduk bermata pencaharian petani dan pengolahan tambang. Banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau sering berdampak buruk pada hasil panen masyarakat Tuban khususnya kecamatan Soko yang merupakan salah satu kecamatan yang dilalui oleh bengawan Solo.
            Terhitung hampir setian tahun pada musim penghujan, bengawan solo meluap dan mengakibatkan banjir pada willayah sekitarnya. Hal ini menuntut masyarakat kecamatan Soko berfikir untuk mensiasati keadaan alam yang tidak menyenangkan tersebut hingga pada tahu 1998 kebijakan pemerintah kecamatan soko memutuskan untuk membangun irigasi saluran bengawan Solo untu menampung air pada bengan solo dan menyimpannya hingga musim kemarau.
            Makalah ini membahas mengenai pengaruh pendayagunaan irigasi saluran bengawan solo terhadap hasil pertanian di kecamatan Soko kabupaten Tuban dalam angka tahun 1998-2012 yang mana pemilihan angka 1998 diambil dari pembangunan irigasi tersebut dan masih dipergunakan sampai sekarang.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif. dimana data yang dikumpulkan berupa kata (narasi), gambar, pemahaman dari hasil pengamatan dan bukan dari data yang berupa angka-angka Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa data deskriptif yang kemudian dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian. Penelitian ini tidak mengutamakan angka-angka dan statistik walaupun tidak menolak kuantitatif.
1.2.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut memunculkan permasalahan yang menjadi garis besar pada penelitian ini. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana keadaan pertanian di desa Soko sebelum tahun 1998?
2.      Bagaimana cara kerja irigasi saluran bengawan solo di desa Soko tahun 1998-2012?
3.      Bagaimana pengaruh irigasi saluran bengawan solo terhadap pertanian di desa Soko tahun 1998-2012?
1.3.       Tujuan
1.      Mengetahui keadaan pertanian di desa Soko sebelum tahun 1998
2.      Mengetahui cara kerja irigasi saluran bengawan solo di desa Soko tahun 1998-2012
3.      Mengetahui pengaruh irigasi saluran bengawan solo pada pertanian di desa Soko tahun 1998-2012.

II. PEMBAHASAN
2.1. Keadaan Pertanian Desa Soko Sebelum Tahun 1998
Kabupaten Tuban merupakan  salah satu wilayah di pantai utara dengan Luas wilayah 183.994.561 Ha, dan wilayah laut seluas 22.068 km2. Letak  astronomi  Kabupaten Tuban pada koordinat 111o 30' - 112o 35 BT dan 6o 40' - 7o 18' LS. Panjang wilayah pantai 65 km. terdiri dari 20 kecamatan yaitu: Bancar, Bangilan, Grabagan, Jatirogo, Jenu, Kenduruan, Kerek, Merakurak, Montong, Palang, Parengan, Plumpang, Rengel, Semanding, Senori, Singgahan, Soko, Tambakboyo, Widang dan Grabagan. Ketinggian daratan di Kabupaten Tuban bekisar antara 0 - 500 mdpl. Sebagian besar wilayah Kabupaten Tuban beriklim kering dengan kondisi bervariasi dari agak kering sampai sangat kering yang berada di 19 kecamatan, sedangkan yang beriklim agak basah berada pada 1 kecamatan. Kabupaten Tuban berada pada jalur pantura dan pada deretan pegunungan Kapur Utara. memiliki titik terendah, yakni 0 m dpl yang berada di Jalur Pantura dan titik tertinggi 500 m yang berada di Kecamatan Grabagan.
Desa Soko kecamatan Soko merupakan di wilayan bagian selatan Kabupaten Tuban, ProvinsiJawa Timur. Wilayahnya terbagi dalam pegunungan kapur dan daratan.
Keadaan pertanian desa Soko kecamatan Soko sebelum tahun 1998 atau lebih tepatnya sebelum adanya irigasi saluran dari bengawan Solo mengndalkan air hujan saja, dan terkadang masyarakat mengambil air dari bengawan Solo yang jaraknya kira-kira 400 m dari persawahan masyarakat. Persawahan masyarakat desa Soko sebelum adanya irigasi memiliki hasil panen yang lebih sedikit dibandingkan dengan hasil panen setelah tahun 1998 atau setelah dibangunnya irigasi sambungan dari bengawan Solo. Hasil pertanian desa Soko sebelum tahun 1998 atau sebelum adanya irigasi sambungan dari bengawan Solo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1:hasil pernian Kecamatan Soko pada tahun 1997
Kecamatan : Soko
Luas Tanam
(Ha)
Luas Panen
(Ha)
Rata-rata
Produksi
(Kw.)
5.607
4.845
51,53
249.663
Sumber : Badan statistik kabupaten Tuban dalam angka 1998.
2.2. Irigasi di desa Soko kecamatan Soko
Irigasi merupakan rekayasa dan usaha manusia untuk memberikan atau menyalurkan air dari sumber air yang cukup menuju daerah yang membutuhkan seperti lahan pertanian. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan berbagai macam perencanaan, pertimbangan dan aspek teknis yang mendukung perencanaan irigasi tersebut. Jaringan irigasi adalah berupa unsur-unsur/kelompok bangunan yang ada pada irigasi seperti Bangunan Utama, Bangunan Pembawa, Bangunan pelengkap dll. Irigasi adalah sistem nyata hasil dari sebuah rancangan dan perencanaan yang matang. Ada berbagai jenis bangunan jaringan irigasi, bangunan-bangunan tersebut merupakan bangunan yang dirancang khusus untuk memberikan pelayanan sumber air pada lahan pertanian dan daerah yang membutuhkan. Untuk memberikan pemahaman tentang kelompok dan jenis bangunan irigasi, telah disusun dari sumber / referensi yang telah dipakai sebagai pedoman perencanaan irigasi yaitu PP No.20 Tahun 2006 sebagai landasan teori dasar tentang irigasi, Kriteria Perencanaan 01 (KP-01) sebagai hakekat dalam sebuah perencanaan irigasi dan Sumber-sumber tentang jaringan irigasi.
Penjelasan mengenai irigasi dikemukakan oleh Garg (1979 :1)”.... The art or the science by which it is accomplished. Irrigation may, therefore, be defined, as a science artificial application of water to the land in accordance with the crop requirement troughout the crop period for full-fledget nourishment of the crops”.
 Secara garis besar, irigasi merupakan pemanfaaatan air untuk bercocok tanam mulai dari tumbuh sampai masa panen. Air tersebut diambil dari sumbernya, dibawa melalui saluran, dibagikan kepada tanaman yang memerlukan secara teratur, dan setelah air tersebut terpakai, kemudian dibuang melalui saluran pembuang menuju sungai kembali. Irigasi dikehendaki dalam situasi: (a) bila jumlah curah hujan lebih kecil dari pada kebutuhan tanaman; (b) bila jumlah curah hujan mencukupi tetapi distribusi dari curah hujan tidak bersamaan dengan waktu yang dikehendaki tanaman. Dalam pembahasan mengenai cara kerja dari bangunan irigasi sambungan bengawan solo penulis bagi kedalam dua sub pembahasan yaitu sebagai berikut :
1.      Bangunan Irigasi de desa Soko kecamatan Soko kabupaten Tuban
Pada bangunan irigasi di desa Soko kecamatan Soko merupakan bangunan air untuk irigasi yang diambil langsung dari bengawan Solo. Pengertian bangunan air dijelaskan oleh Prastumi dan Aniek Masrevaniah (2008:3) sebagai berikut :“bangunan air untuk irigasi merupakan bangunan utama yang dibangun di perairan untuk memenuhi kebutuhan irigasi tanpa merusak bentuk dari perairan”. Sesuai dengan penjeasan dari Prastumi dan Aniek Masrevaniah tersebut, bangunan irigasi di desa Soko kecamatan Soko langsung mengmbil dari perairan yaitu dari bengawan solo tanpa merusak bentuk asli dari bengawan Solo sendiri.
Menurut kategorinya, bangunan irigasi di desa Soko kecamatan Soko merupakan Bangunan Pengambilan bebas, yang mana pengertian dari Bangunan Pengambilan bebas dijelaskan oleh Sudjarwadi (1992:15) yaitu “.....adalah bangunan yang dibuat untuk memungkinkan dibelokannya air sungai kejaringan irigasi tanpa merubah kondisi sungai, jika muka air cukup tinggi untuk mencapai lahan yang akan diairi”. Yang mana bangunan irigasi di desa Soko dapat mengambil jumlah air yang cukup pada masa pemberian air irigasi.
Sistem pengambilan air pada irigasi sambungan bengawan Solo bisa dikatakan sebagai upaya cadangan air untuk musim kemarau yang cukup panjang pada desa Soko sendiri. Pada musim penghujan, jumlah air pada bengawan Solo diwilayah desa Soko melimpah ruah bahkan terkadang desa Soko masuk kedalam salah satu wilayah korban banjir. Air yang cukup banyak ini sangat berbeda keadaannya pada musim kemarau, hal ini merupakan hal utama yang melatar belakangi dibangunnya bangunan irigasi di desa Soko.
2.      Cara Kerja Bangunan Irigasi
Bangunan Irigasi didesa Soko kecamatan Soko berjumlah dua buah bangunan yag terletak di desa soko Utara dan Soko Selatan. Bangunan ini dibangun pada tahun 1998 dan masih digunakan sampai tahun sekarang (2013). Cara kerja pada kedua bangunan irigasi ini dibedakan kedalam dua sistem menurut tahun kerjanya, sistem tersebut yaitu sebagai berikut:
a.       Tahun 1998-2004
Pada tahun 1998 dibangunnya bangunan irigasi yang menyalurkan air dari bengawan solo dan disalurkan ke tangki besar tempat penyimpanan air untuk disimpan dalam waktu yang sekian lama dan disalurkan ke sawah-sawah masyarakat sebagai pengairan pada musim kemarau yang mana pada musim kemarau persediaan air sangat minim.
Cara kerja irigasi pada tahun ini dapat dilihat pada Skema sebagai berikut:
Keterangan pada skema diatas adalah :
1)      Bengawan Solo
Merupakan perairan pengambilan air pertama. Pengambilan air pada bengawan Solo ini dilakukan hanya ketika musim penghujan, yaitu tepatnya ketika volume air pada bengawan solo tinggi. Hal ini dikarenakan agar tekanan gravitasi air yang diserap oleh mesin diesel lebih mudah dan penggunaan pipa yang dijulurkan ke bengawan lebih pendek.
2)      Diesel
Merupakan mesin yang menyerap air melewati pipa. Diesel yang digunakan dalam irigasi desa Soko ini adalah diesel yang berukuran besar sehingga dapat menyerap air dengan gravitasi yang tinggi.
3)      Intake
berfungsi sebagai pintu pembilas air yang keluar dari pipa. Bangunan pembilas atau Intake merupakan penghambat kotoran-koroan yang ada di pipa yang akan mengalir ke tangki penyimpanan air.
4)      Pipa
Jalan penyalur air dari Intake ke tangki penyimpanan air. Selain itu, pipa juga digunakan sebagai penyalur dari Diesel te Intake. Pipa yang digunakan adalah pipa-pipa dengan ukuran yang sangat besar.
5)      Tangki
Wadah penyimpanan air yang diambil dari bengawan solo dan disalurkan lewat pipa-pipa besar. Air dalam tangki ini disimpan hingga musim kering atau lebih tepatnya hingga sawah benar-benar membutuhkan air.
6)      Sawah
Elemen terakhir dalam saluran air irigasi. Penyaluran air dari tangki ke sawah menggunakan pipa dan kemudian disalurkan ke sawah-sawah lainnya dengan cara membuka sedikit pembatas sawah maka air akan mengalir kesawah sampingnya.
b.      Tahun 2005-2012
Pada tahun 2005, sistem irigasi dengan  penyimpanan air pada tangki-tangi besar dirubah dengan membuat sungai yang terletak pada sisi samping persawahan tanpa menghilangkan tangki sebagai wadah penyimpanan setelah air disalurkan dari pipa Intake. Pembuatan sungai ini dilakukan dengan cara membuat belokan sungai dari sungai yang sudah ada di desa Grabagan yakni desa berjarak kurang lebih 15 Km dari desa Soko dan diarahkan ke bangunan irigasi yang sudah ada sebelumnyaa, selain itu perubahan lainya yaiitu pada pipa-pipa saluran dari Intake ke Tangki digantikan dengan bangunan bertembok berbentuk seperti jembatan, masyarakat Soko menyebutnya Talang Irigasi. Jadi mulai tahun 2005 penyaluran air dari Intake disalurkan dengan talang rigasi dan selanjutnya ke Tangkiuntuk penyimpanan dan ketika musim kemarau dilakukan penyaluran dari tangki ke sungai.
Sistem kedua irigasi desa Soko ini berlangsung mulai tahun 2005 sampai sekarang. Untuk lebih jelas, berikut skema Irigasi di desa Soko yang sudah mengalami perubahan.
Skema 2 sistem irigasi di desa Soko yang sudah mengalami perubahan.
Penjelasan dari sistem tersebut adalah:
1.      Bengawan Solo
Penjelasan mengenai bengawan solo sama sebagaimana penjelasan pada tahun 1998-2004
2.      Diesel
Penjelasan mengenai Diesel sama sebagaimana penjelasan pada tahun 1998-2004, Diesel yang dipakai sudah berganti pada tahun 2007. Hal ini dikarenakan Diesel yang dipakai mulai tahun 1998 sudah tua dan tidak berfungsi.

3.      Intake
Penjelasan mengenai Intake sama sebagaimana penjelasan pada tahun 1998-2004
4.      Talang irigasi
Merupakan bangunan seperti Talang pada rumah,bangunan ini berpondasi dan terdapat bangunan seperti jamban pada ujungnya.
5.      Sungai
Dibangun sebagai tempat penyimpanan air yang dialirkan dari jamban je sungai. Sungai ini tidak mengalir. Biasanya pada musim hujan sungai ini dijadikan tempat penampungan air dari bengawan Solo akibat penuhnya volume bengawan.
6.      Sawah
Sama halnya pada tahun 1998-2004, sawah merupakan elemen akhir dalam proses cara kerja irigasi ini.

2.3.     Pengaruh Irigasi Saluran Bengawan Solo Terhadap Pertanian Di Desa Soko Tahun 1998-2012
Irigasi secara umum didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Di Indonesia irigasi sering dipakai untuk proses pengairan persawahan dan perkebunan.
Pembangunan irigasi secara umum akan memberikan pengaruh terhadap wilayah yang dialirkan. Apabila dalam sistemnya tepat, akan terdapat pengaruh baik dalam adanya irigasi. Sistem pemberian air irigasi yang tepat dijelaskan oleh Hansen dkk (1992:4) sebagai berikut:
Terdapat lima cara pemberian air dengan benar dalam irigasi
1.      Dengan penggenangan (flooding)
2.      Dengan menggunakan alur, besar atau kecil
3.      Dengan menggunakan air bawah permukaan tanah melalui sub irigasi, sehingga menyebabkan air tanah naik
4.      Dengan penyiraman (sprinkling)
5.      Dengan cucuran (trickle).
Secara umum air merupakan sarana produksi paling pokok dalam pertanian selain tanah, tanpa kedua sarana produksi itu, khususnya tanpa air, maka kesejahteraan petani dalam menunai hasil pertanian mustahil tercapai. Soetrisno, (1999:64) mengungkapkan pentingnya air dalam pertanian sebagai berikut, “...apabila semua sektor pertanian pemanfaatan utama menggunakan air, tidak ada sektor baru dalam panggung perekonomian nasional yang menjadi punggung ekonomi di Indonesia”. pemanfaatan air dalam pertanian jelas sangat mempengaruhi pada hasil ketika panennya.
Pemenfaatan air Irigasi di desa Soko kecamatan Soko yang dibangun pada tahun 1997 sangat memberikan hasil dalam pertanian masyarakat desa Soko. Meski masih mengalami banjir pada musim penghujan, akan tetapi pada musim kemarau sudah mendapatkan air yang cukup untuk penanaman, Hasil pertanian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2 : Hasil pertanian Kecamatan Soko pada tahun 1998, 2002, 2010, dan 2011
No
Tahun
Hasil Panen
Luas Tanan (Ha)
Luas Panen (Ha)
Rata-rata
Produksi
(Kw)
1
1998
6.750
5.873
49,01
387.836
2
2002
6.638
6.436
62,75
403.859
3
2010
8.924
7.765
54,70
4247,8
4
2011
6.198
5.765
65,71
3787,5
Sumber : Badan Pusat Statistik kabupaten Tuban
Tabel perkembangan hasil pertanian diatas tidak runtut sesuai urutan tahun dan tidak lengkap dikarenakan penulis ketika mendatangi Badan Pusat Statistik kabupaten Tuban hanya mendapatkan data pada tahun-tahun tersebut.
Data dari tabel diatas membuktikan adanya pengaruh irigasi sambungan bengawan solo terhadap hasil pertanian pada Kecamatan Soko. Yang mana ada awal pembangunan irigasi yaitu pada tahun 1998 terjadi peninggkatan pada hasil pertanian dari 249.663 Kwintal menjadi 387.836 Kwintal. Peningkatan ini terus berkembang ke tahun-tahun selanjutnya. Peningkatan pada hasil pertanian di desa Soko kecamatan Soko ini secara otomatis akan berdampak positif pada ekonomi masyarakat petani desa Soko.


III. PENUTUP
3.1.     Kesimpulan
Sebelum tahun 1998 atau sebelum dibangunnya irigasi sambungan bengawan Solo, masyarakat desa Soko mengandalkan air hujan dan air bengawan Solo untuk mengairi persawahan.
Pada tahun 1998 dibangun irigasi  yang menyalurkan air bengawan Solo sebagai irigasi persawahan di desa Soko kecamatan Soko. Menurut temporalnya, cara kerja irigasi tersebut dibedakan menjadi dua yaitu pada tahun 1998-2004 dan 2005-sekarang (2013). Hal yang membedakan dalam teknis kerja irigasi tersebut adlah dalam pergantian tangki-tangki penyimpan air digantikan dengan penggalian sungai.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik kabupaten Tuban, terdapat pengaruh mengenai adanya irigasi yang menyalurkan air dari bengawan Solo terhadap hasil pertanian masyarakat desa Soko kecamatan Soko. Pengaruh yang dihasilkan adanya irigasi tersebut adalah adanya peningkatan dalahm hasil pertanian di kecamatan Soko.
3.2.Saran
1.      Kepada Badan Pusat Statistik kabupaten Tuban
Agar lebih peduli pada penyimpanan data statistik kabupaten Tuban.
2.      Kepada masyarakat desa Soko
Agar bisa memelihara dengan baik bangunan irigasi sambungan dari bengawan Solo.

IV. DAFTAR PUSTAKA
Garg, Santosh Kumar. 1979. Irrigation Engineering and Hydraulic Structures. New Delhi : Khanna Publishers Delhi.
Hansen, vaughn Dkk. 1992. Dasar Dasar dan Praktek Irigasi. Jakarta : Erlangga.
Prastumi dan Aniek Masrevaniah, 2008. Bangunan Air. Surabaya : Srikandi.
Soetrisno, Loekman. 1999. Pertanian pada abad ke 21. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudjarwadi, 1992. Dasar-dasar Teknik Irigasi. Yogyakarta : Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik, Universitas Gadjah Mada.  

 

No comments:

Post a Comment