“PASAR
TRADISIONAL”, STUDI PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PENJUAL PASCA PERINDAHAN LETAK
DARI DINOYO KE MERJOSASARI DI MERJOSASI MALANG
MAKALAH
UNTUK
MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Sejarah Perekonomian Indonesia
Yang dibina oleh Bapak Hariyono, Prof. Dr. M.Pd
Oleh:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pasar Dinoyo merupakan sebuah pasar di
Kota Malang yang masih membawa konsep pasar tradisional. Pasar Dinoyo awalnya
terletak di Jl. MT Haryono Kota Malang, kemudian karena akan direnovasi dan dan
dikembangkan menjadi pasar tradisional yang bersih seperti pasar modern pasar
Dinoyo ini di pindahkan ke wilayah Merjosari untuk sementara. Janji dari
pemerintah relokasi waktu ini hanya satu tahun setengah. Pasar Dinoyo ini
dipindahkan ke daerah merjosari untuk sementara dengan alasan bahwa lokasi yang
pertama akan direnovasi menjadi lebih baik. Sehingga akan menjadi sebuah pasar
yang semi modern yang berdampingan dengan Mall Dinoyo City.
Walaupun pasar ini berkonsep sebuah pasar
tradisional, tetapi pasar ini masih tetap bisa mempertahankan keeksistensiannya
di dalam perekonomian Kota Malang yang notabene sebuah Kota terbesar nomor dua
di Jawa Timur. Pasar ini juga tetap dapat menjaga hilir mudik jual-belinya
walaupun harus bersaing dengan pusat-pusat perbelanjaan modern yang berkembang
sangat pesat di Kota Malang. Pasar Dinoyo
merupakan salah satu pasar tradisional kota Malang yang mempunyai hubungan
dengan ekonomi masyarakat Malang yang khususnya masyarakat sekitar Dinoyo.
Keberadaannya pasar tradisional Dinoyo sampai saat ini juga belum dibebaskan dengan kondisi yang
negatif sebagai tempat yang kumuh, tidak tertata rapi, kotor, tidak nyaman,
fasilitas lapak yang kurang memenuhi syarat, tidak sebanding dengan jumlah
pedagang dan kondisi lingkungan yang kurang sehat untuk bisa disebut sebagai
pasar sehat sehingga sangat mengganggu kenyamanan orang yang sedang berbelanja.
Berdasarkan uraian umum mengenahi
keadaan pasar dinoyo sekarang (di penampungan sementara merjosari), penulis
ingin membahas lebih lanjut lagi dalam sebuah penelitian. Selain ketertarikan
tersebut, penulis juga tertarik ingin membahas pasar dinoyo yang sekarang
karena adanya penelitian mengenahi pasar dinoyo yang belum di pindah yang
dipaparkan oleh saudara Faizul Amin yang dilaksanakan pada tahun 2011. Namun,
penelitian yang peneliti lakukan nanti akan sedikit berbeda dengan penelitian
yang sudah dilakukan oleh saudara Faizul, karena saudara Faizul hanya membahas
mengenahi Eksistensi Pasar Dinoyo Akibat Munculnya Pasar Modern. Disini
nanti peneliti lebih membahas mengenahi penurunan atau peningkatan omzet
pedagang pasar tradisional serta perkembangannya akibat perpindahan letak dari
Dinoyo ke Merjosari, tidak membahas mengenahi keadaan masyarakat pasar dinoyo,
dan strategi-strategi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
konsep dari pasar tradisional?
2. Bagaimana
perekonomian penjual pasar di Dinoyo dan Merjosari ?
3. Bagaimana
dampak yang ditimbulkan akibat perpindahan letak pasar dari Dinoyo ke Merjosari?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui konsep dari pasar tradisional?
2. Untuk
mengetahui perekonomian penjual pasar di Dinoyo dan Merjosari ?
3. Untuk
mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat perpindahan letak pasar dari Dinoyo ke Merjosari?
1.4 Metode Penelitian
1.
Pendekatan dan jenis penelitian
Peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif yang
didukung dengan data hasil wawancara serta data hasil studi pustaka yang
relevan.
2.
Kehadiran peneliti
Peneliti
menggunakan penelitian lapangan dengan peneliti terjun langsung dalam objek
yang diteliti.Tujuannya adalah untuk mendapatkan data yang seobjektif mungkin.
3.
Lokasi penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di Pasar Merjosari Malang
4.
Sumber data
Data hasil studi pustaka dan wawancara
5.
Prosedur pengumpulan data
Pengumpulan data
penelitian ini menggunakan metode wawancara dan dokumentasi. Untuk mendukung
penelitian ini peneliti menggunakan studi pustaka sebagai landasan teori.
1. Wawancara
Wawancara
adalah proses memperoleh informasi atau keterangan dari narasumber atau
informan dan pelaku objek penelitian yang digunakan untuk mendapat data yang
benar-benar diperlukan dalam penelitian. Cara yang digunakan ialah Tanya jawab
langsung tatap muka antara penanya dan penjawab, penanya sudah membuat draf
pertanyaan yang diperlukan.
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan jenis wawancara dimana dalam wawancara ini peneliti memakai panduan
wawancara yang umum, dan pertanyaan yang dilontarkan ke penjawab seputar materi
yang dibahas oleh peneliti dan pertanyaannya berkaitan dengan situasi yang
dialami oleh penjawab. Pertanyaan-pertanyaan yang di tanyakan kepada penjawab
bukan wawancara yang resmi atau formal melainkan wawancara yang tidak informal,
karena peneliti berharap penjawab tidak merasa tertekan dengan pertanyaan yang
di lontarkan oleh peneliti dan penjawab menjawabnya dengan santai tetapi
serius.
Tujuan
peneliti menggunakan metode ini yaitu untuk memperoleh data secara jelas dan
konkret tentang eksistensi pasar tradisional dan peranannya dalam kehidupan
masyarakat.dalam penelitian ini, peneliti mengadakan wawancara dengan para
pedagang sayur-sayuran, buah-buahan, emas, pakaian , makanan, kue kering dan
basah, pedagang kaki lima, petugas parker serta pembeli & petugas pasar
dinoyo ( merjosari ).
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode
pengumpulan data dengan mengambil gambar-gambar yang berkaitan dengan data-data
yang digunakan untuk kelengkapan penelitian. Dokumentasi ini penting dalam
setiap penelitian karena melalui dokumentasi gambar membaca bisa mengetahui
situasi-situasi yang penulis paparkan dalam penelitian, tidak hanya dokumentasi
gambar saja tetapi peneliti juga mencatat hal-hal yang penting dalam wawancara
dengan informan.
6.
Analisis Data
Setelah
melakukan pengumpulan data peneliti langsung melakukan analisis data dengan
menggunakan beberapa langkah-langkah dalam penelitian :
1. Reduksi
data
2. Penyajian
data
3. Menarik
kesimpulan
4. Verifikasi
Dalam penelitian
ini penulis melakukan langkah analisis data pertama yaitu mereduksi data
artinya data yang diperoleh oleh peneliti ini dipilah-pilah mana yang sesuai
dan berkaitan erat dengan kasus atau permasalahan yang diteliti oleh peneliti,
kemudian melakukan pemisahan atau penyederhanaaan atau pencocokan data, lalu
membuat intisari dari hasil-hasil data yang diperoleh oleh peneliti dilapangan.
Selanjutnya data-data yang telah dikelompokkan oleh peneliti dan yang sudah
diambil intisarinya peneliti langsung menarik kesimpulan berdasarkan hasil data
tersebut. Langkah terakhir peneliti melakukan verifikasi data dimana peneliti
harus ekstra berfikir mengenahi data-data yang diperoleh dan bisa melakukan
pembenaran terhadap data tersebut.
7.
Pengecekan Keabsahan
Temuan
Menurut Moleong kriteria keabsahan
data ada empat macam yaitu :
1. Kepercayaan
( kreadibility )
Kepercayaan
atau kreadibility data adalah langkah-langkah pembuktian data yang sudah
dkumpulkan oleh peneliti baik data primer maupun data sekunder.
2. Kebergantungan
( depandibility)
Kebergantungan
salah satu langkah dalam pengecekan keabsahan temuan yang ada dilapangan yang
digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan teradinya kemungkinan kesalahan
dalam mengumpulkan dan menginterpretasi data sehingga data yang diperoleh dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
3. Kepastian
( konfermability )
Langkah
ini digunkan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan
cara mengecek data dan informasi serta menginterpretasikan hasil penelitian
yang didukung oleh materi tersebut.
8.
Tahap-tahap penelitian
Dalam penyusunan
hasil penelitian yang baik harus memperhatikan tahap-tahap penelitian. Suatu
penelitian yang baik harus melakukan beberapa tahapan sebagai berikut :
1.
Tahap perencanaan
penelitian . memuat :
·
Peneliti harus menentukan
judul
·
Peneliti menentukan
objek penelitian
·
Peneliti menentukan
lokasi-lokasi penelitian
·
Peneliti menentukan
agenda observasi
·
Peneliti mengurus surat
izin penelitian
·
Peneliti melakukan
konsultasi dengan dosen pembimbing
·
Peneliti memilih sampel
penelitian, disini peneliti menggunakan sampel random ( acak )
·
Peneliti menyusun
insrument penelitian
2.
Tahap pelaksanaan
penelitian ( pekerjaan lapangan )
·
Peneliti mencari
bahan-bahan yang digunakan untuk referensi
·
Peneliti terjun ke
lapangan
·
Peneliti mengamati lokasi
penelitian
·
Peneliti
mendokumentasikan pengamatan yang ada di lapangan
·
Peneliti melakukan
wawancara dengan objek kajian atau narasumber
3.
Tahap analisis data
hasil penelitian
·
Peneliti mengumpulkan
semua data-data hasil penelitian
·
Peneliti melakukan pengecekan
keabsahan temuan
·
Peneliti membuat
analisis data hasil penelitian
4.
Tahap penulisan laporan
·
Peneliti melakukan
penyusunan hasil penelitian
·
Peneliti melakukan
konsultasi dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan saran dan perbaikan
·
Peeliti membuat laporan
penelitian
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dari
Pasar Tradisional
Pasar
merupakan tempat bertemunya kelompok orang dengan kebutuhan yang berbeda-beda.
Bisa dikatakan bahwa pasar merupakan tempat bertemunya antara penjual dan
pembeli. Biasanya terdapat tempat-tempat yang strategis dalam artian mudah
dicapai baik oleh pihak penjual maupun oleh pihak pembeli yang selanjutnya
disebut pasar. “Pasar adalah
pranata yang mengatur komunikasi dan interaksi antara para penjual dan pembeli
yang bertujuan untuk mengadakan pertukaran benda dan jasa ekonomi dan uang, dan
tempat hasil transaksi dapat disampaikan pada waktu itu atau pada waktu yang
akan datang berdasarkan harga yang telah diterapkan” ( Syam, 1990:2).
Syarat-syarat terbentuknya
pasar:
1. Adanya penjual
2. Adanya pembeli
3. Adanya barang atau jasa yang diperjualbelikan
4. Terjadinya kesepakatan antara penjual dan pembeli
Terdapat
beberapa hal yang memunculkan terjadi sebuah pasar. “pertama, pasar terjadi
secara kebetulan” ( Ikram & dkk, 1990: 20) jadi disini pasar sebagai tempat
orang berjualan dan terjadi secara kebetulan. Contohnya seperti seorang muncul
ketika ada musim buah-buahan, kopi, dan musim panen beras. Karena adanya musim
tersebut akhirnya memunculkan beberapa penjual. Kondisi ini bisa juga dikatakan
bahwa terdapat beberapa kelompok penjual melakukan perjalanan kemudian berhenti
pada suatu tempat dan menjajakkan jualannya. Kemudian setelah itu datanglah
beberapa pembeli ke tempat tersebut dan terjadilah tawar menawar antara penjual
dan pembeli ini.
“ kedua: pasar terjadi berdasarkan
suatu perencanaan.” (Ikram & dkk, 1990: 21) pernyataan tersebut dapat
diartikan bahwa pasar itu terbentuk karena sekelompok masyarakat mengalami atau
merasa kekurangan dan kehidupan perekenomian yang ada ditempatnya karena belum
ada pasar. Karena hal demikin masyarakat ini mengusulkan kepada pemerintah
untuk segera membangun pasar di tempat tersebut. Atas permintaan dari
masyarakat akhirnya pemerintah bermufakat untuk mendirikan sebuah pasar di tempat
yang telah direncanakan dan disepakati bersama. Setelah pasar didirikan barulah
terjadi interaksi antara pejual dan pembeli. Pada masa colonial biasanya
terdapat kegiatan hari pekan atau hari minggu yang mana puncak interaksi jual
beli terjadi. Tetapi tidak berarti bahwa pada selain h ari minggu tidak ada
kegiatan jual beli. Pada semua hari selalu dilakukan kegiatan jaul beli namun
pasar mengalami puncak keramaian pada akhir pekan.
Terdapat beberapa jenis pasar salah
satunya adalah Pasar Tradisional. “ Pasar tradisional boleh dikatakan merupakan
sebuah arena yang dipenuhi dengan berbagai aktivitas social ekonomi.” (Sadilah
& dkk, 2011: 6) di dalam pasar tradisional terdapat berbagai mekanisme
jual-beli yang terbentuk mulai dari pedagang besar-kecil, lesehan kios dan
kemudian terbangun relasi social ekonomi. Perkembangan pasar tradisional pada awalnya hanyalah menggunakan system
barter dimana masyarakat akan menukarkan barangnya dengan orang lain untuk
memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut dikarenakan banyaknya keanekaragaman
masyarakat dalam hal mata pencaharian dan keanekaragaman kebutuhan masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan munculnya pasar tradisional yang lambat
laun berkembang dengan mengikuti kekhasan dari benda-benda yang diperjual-belikan
serta hari-hari yang muncl akibat sitem pertukaran dan lambat laun pasar
tersebut mengalami perkembangan. “ Daerah tempat pertukaran hasil bumi ini
kemudian berkembang enjadi daerah ramai sehingga arena perdagangan atau
pertukaran dan sampai sekrang berkembang dan menggunakan system uang.”
(Mundardjito, 2009: 254)
Adapun
ciri-ciri dari pasar
tradisional
adalah:
- Proses jual-beli melalui tawar menawar harga
- Barang yang disediakan umumnya barang keperluan dapur dan rumah tangga
- Harga yang relatif lebih murah
- Area yang terbuka dan tidak ber-AC
Dari pernyataan di atas bisa
disimpulkan bahwasanya ciri kas dari pasar tradisional adalah barang yang
diperjualbelikan bisa di tawar dalam artian harga yang sudah ditawarkan oleh
penjual bisa ditawar lebih murah oleh para pembeli. Sedangkan untuk bahan yang
diperjual belikan lebih pada untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dari
masyarakat. Harga yang ditawarkan pihak pasar tradisional ini juga relative
murah jika dibandingkan dengan pasar modern. Selain dari cirri-ciri khusus,
pasar tradisional ini secara umum memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi Distribusi
Dalam kegiatan distribusi, pasar berfungsi mendekatkan
jarak antara konsumen dengan produsen dalam melaksanakan transaksi. Dalam
fungsi distribusi, pasar berperan memperlancar
penyaluran barang dan jasa dari produsen kepada konsumen.
2. Fungsi Pembentukan Harga
Pasar berfungsi sebagai pembentuk harga pasar, yaitu
kesepakatan harga antara penjual dan pembeli.
3. Fungsi Promosi
Pasar merupakan sarana paling tepat untuk ajang promosi. Pelaksanaan
promosi dapat dilakukan dengan cara memasang spanduk, membagikan brosur,
membagikan sampel, dll.
Pasar
tradisional mempunyai peranan sangat penting dalam sistem ekonomi. Mekanisme
kegiatan pasar tradisional sangat diwarnai dengan arus barang yang tersedia.
Pasar tradisional yang ada di kota menjadi arena penting bagi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan kesehariannya, kebutuhan-kebutuhan khusus
berupa pakaian maupun kelengkapan diri lainnya (Sumitarsih dkk, 2011:2).
2.2 Perekonomian
Penjual Pasar di Dinoyo dan Merjosari
Pasar Dinoyo dan
Merjosari termasuk pasar yang sudah terorganisir dengan baik, terdapat pembedaan setiap
komoditi-komoditi yang dijual. Barang-barang yang dijual sebagian berasal dari
hasil pertanian atau produk dari masyarakat sekitar atau desa. Para pedagangnya
juga variasi tidak hanya berasal dari daerah sekitar pasar dinoyo saja tetapi
berasal dari kota-kota sebelah dan kabupaten seperti ada yang datang dari,
Tumpang dan
sekitarnya. Barang-barang yang dijual oleh para pedagang yang ada di Pasar
Dinoyo ini sudah memenuhi kebutuhan sebagian penduduk kota , hal ini
dikarenakan barang-barang yang dijual juga berkualitas.
Pasar Merjosari tergolong pasar tardisional kota dalam artian pasar
ini terlerak di kota. Pasar tradisional yang
ada di kota mempunyai karakteristik yang berbeda dengan pasar tradisional yang
ada di desa, secara umum
karakteristiknya sebagai berikut :
·
Pasar di kota lebih
terorganisir, baik penataan ruang jual-beli
·
Jenis-jenis barang yang
dijual secara kualitas maupun muantitas
·
Tersedianya aneka
barang untuk memenuhi kebutuhan sebagian penduduk kota
·
Tempatnya berupa
bangunan permanen yang sederhana ( Sumitarsih, 2011:3).
Dari prenyataan di atas bisa disimpulkan bahwasanya pasar tradisional
di kota ini memang patut diperhitungkan dalam artian pasar tradisional
merjosari ini dapat dikatakan mampu memenuhi kebutuhan dari para pembeli karena
memang bahan yang diperjual belikan beragam. Selain itu juga pasar tradisional
Merjosari ini mampu menopang perekonomian dari para penjual dalam artian tidak
hanya pedagang kecil yang ada disini, pedagang-pedagang besar juga ada disini.
Seperti penelitian yang peneliti lakukan terdapat beberapa pedagang besar yang
mempunyai barang dagangan yang banyak, bisa dikatakan pedagang ini merupakan
seorang loper, Nurul namanya. Bu nurul
ini merupakan pedagang besar yang menjajakan dagangannya dalam jumlah banyak.
Dan dari hasil berdagang tersebut Bu nurul termasuk pedagang yang berhasil
dengan omset yang memuaskan
Pasar tradisional
dinoyo dan Merjosari ini menurut peneliti sudah mengimplikasi kepentingan masyarakat,
karena pada hakikatnya pasar tradisional kota ini digunakan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat kota akan pemenuhan barang-barang kebutuhan yang
diperlukan oleh masyarakat kota. Bentuk Pelayanan kepada masyarakat ( konsumen
) juga mengutamakan keramahan dan membudayakan untuk selalu senyum kepada pembeli,
sehingga pembeli merasa senang dengan sikap pedagang. Akhirnya, antara penjual
dan pembeli saling berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik sehingga antara
pembeli dan penjual sama-sama diuntungkan. Barang-barang yang ditawarkan kepada
masyarakat kota ( pembeli ) juga berkualitas artinya mutu kualitas barangnya
tidak kalah dengan barang yang yang ada di pusat perbelanjaan. Meskipun, di
pasar ini menawarkan harga yang berbeda dengan pusat perbelanjaan, harga yang
ditawarkan oleh pasar tradisional ini tidak terlalu mahal artinya harga nya
disesuaikan dengan penghasilan masyarakat kota yang berpenghasilan sedang.
Untuk perekonomian atau bisa dikatakan omset dari
para penjual, terdapat perbedaan-perbedaan yang terjadi. Banyak para penjual
yang mengaku omsetnya menurun seperti kata bu
Juleha “Sangat disayangkan ya mbak, soalnya kalau disini angkotanya
sulit kan enggak ada angkot yang lewat sini. Jadi pemborosan uang transportasi.
Apalagi rumah saya tumpang jadi agak merepotkan dan omset juga sangat menurun.”
Dari penjelasan Ibu Juleha tadi bisa digambarkan bahwa omset yang para penjual
dapatkan cenderung turun. Hal tersebut rata-rata dikarenakan di pasar merjosari
cenderung sepi dalam artian jarang ada pembeli yang datang. Beda jauh jika
dibandingkan dengan pasar Dinoyo yang memang sangat ramai waktu itu. Teapi
meskipun begitu terdapat juga penjual yang mengaku omsetnya malah naik akibat
perpindahan pasar ini, sebagai contoh adalah ibu Paitin yang merupakan penjual
makanan ( warung) . keteika peneliti menanyakan bagaimana pendapatan anda
ketika pasar dinoyo ini di pindah dari Dinoyo ke Merjosari, beliau mengatakan
“Hamper sama, tapi lebih naik disini. Saya suka disini.” Dari pernyataan Bu
Paintin dapat disimpulkan bahwasanya memang perpindahan pasar ini juga ada
untungnya.
Dari penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dapat diambil kesimpulan bahwasanya pasar tradisional
dinoyo ini sudah melaksanakan perannya sebagai peningkatan perekonomian daerah.
Pertama pasar dinoyo sudah menjadi pusat pengembangan ekonomi rakyat, sudah
menjadi sumber retribusi daerah, sudah menjadi tempat pertukaran barang, sudah
menjadi pusat perputaran uang daerah dan sudah menjadi penyedia lapangan
pekerjaan bagi orang-orang yang membutuhkan pekerjaan. Hal tersebut membuktikan
bahwa masyarakat mampu meningkatkan perekonomiannya dengan berjualan di pasara
tradisional mapun saat terletak di Dinoyo maupun Mejosari.
2.3 Dampak yang
ditimbulkan akibat perpindahan letak pasar
dari Dinoyo ke Merjosari
Sekitar tahun 2011 letak Pasar
Dinoyo di pindahkan ke Merjosari. Hal tersebut dikarenakan adanya kebijakan
baru yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai pasar ini. Pemerintah memutuskan
untuk membangun pasar yang lebih sehat dan higienis sekaligus membangun pusat
pembelanjaan modern. Selain itu juga dikarenakan Pasar Dinoyo terletak di
sekitar daerah UNISMA yang merupakan sebuah Universitas. Pasar ini memberikan
dampak negatif karena secara tidak langsung pasar akan menimbulkan bau yang
tidak sedap dan lingkunganpun menjadi kumuh. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa
pasar tradisional di Indonesia kebanyakan terkenal dengan kesam yang kumuh.
Begitu juga dengan pasar Dinoyo kota Malang menimbulkan bau yang tidak sedap yang dikeluarkan dari
pasar itu danmempengaruhi kegiatan lain yang ada di sekitar pasar seperti
halnya Rumah Sakit UNISMA yang berada di sekitar kawasan pasar Dinoyo. Selain itu juga pasar ini menimbulkan
kemacetan lalu lintas yang sangat padat. Untuk mengatasi hal tersebut,
pemerintah memindahkan letak Pasar Dinoyo ke merjosari untuk sementara. Program
ini direncanakan selesai dalam kurun waktu satu setengah tahun.
Perpindahan
pasar ini menimbulkan masalah baru yang cukup mengganggu masyarakat. Banyak
penjual yang mengeluh tentang janji dari pemerintah yang mana pemerintah
memberikan janji satu tahun setengah untuk menyelesaikan bangunan yang ada di
Dinoyo, tetapi dalam kenyataannya pembangunan tersebut tidak kunjung selesai
sampai dua tahun masih diadakan pembangunan. Hal tersebut semakin membuat warga
semakin geram terhadap pemerintah. Perpindahan ini menyebabkan kerugian tidak
hanya pada pedang melainkan juga pada angkot dan para pembeli.
Kenyataannya bagi para pedagang yang
berjualan bahan pokok, sembako dan kebutuhan sehari-hari penghasilannya
mengalami penurunan dalam jumlah konsumen dan jumlah penjualannya. Seperti dari
penuturan Ibu Juleha yang merupakan penjual bahan dapur. Beliau mengaku sangat
kecewa dengan perpindahan pasar ini. Dikarenakan memang sedikitnya pembeli yang
membuat keuntungan yang didapatkan semakin menurun. Selain itu juga beliau
mengaku bahwa transportasi juga sulit. Karena rumah Ibu Juleha yang terletak di
Tumpang menyebabkan mebliau harus merogoh koceng yang dalam untuk membayar
angkot saja. Ibu Juleha mengaku tidak senang dengan perpindahan pasar ini.
Karena memang beliau hanya pedagang kecil sehingga letak dari jualannya hanya
di pinggir took dari orang-orang yang punya paguyuban. Beliau merasa kecewa
karena peletakkan toko ini sangat tidka menguntungkan. Hanya para penjual yang
punya paguyuban dan kaya yang bisa berjualan di depan dan mendapatkan tempat
yang layak. Selain itu juga pajak yang cukup membebani untuk para pedagang
kecil. Seperti kata ibu Miskan beliau mengatakan “untuk pajaknya 1 bulan 5
ribu. Trus untu distribusi setiap hari harus bayar 2 ribu untuk sampah 2 ribu.
Jadi beban mbak, wong penghasilan setiap hari enggak tentu tapi mbyar pajak
selalu.”
Penurunan omset ini juga dikarenakan banyaknya pasar
modern yang dibangun dan lokasinya dekat dengan pasar tradisional Merjosari
seperti Alfamidi dan Indomaret. Selain itu juga kondisi dari pasar tersebut
memburuk dikarenakan pasar tradisional ini kurang dalam hal perencanaan yang
tidak baik karena tidak adanya kemampuan untuk menyesuaikan dengan keinginan
konsumen. Meskipun ada yang menurun, tetapi ada juga yang malah meningkat
seperti penjual makanan-makanan atau Warung. Perpindahan pasar ini juga membawa
dampak yang baik bagi para sopir angkutan umum khususnya untuk GML/HML (terminal HM. Rusdi/Gadang ke Terminal
Landungsari) (Hasyim, 2012). Karena sebelumnya untuk angkot yang trayeknya GML
atau HML sepi dari penumpang. Ketika pasar Dinoyo berada di merjosari maka akan
semakin memperbanyak penumpang yang menaiki angkot GML atau HML, karena
satu-satunya angkot yang lewat depan pasar tersebut hanya GML atau HML
Pedagang yang sangat menyambut baik rencana pemerintah kota Malang
ini, mereka berharap bangunan pasar itu segera jadi dan mereka bisa kembali
lagi ke tempat awal pasar Dinoyo di tepi jalan raya.
Para penjual berharap Pemerinath mampu mengembalikan pasar
pada kondisi yang semula dan membuat para pedagang mampu merauh untung yang
bayak seperti semula. Tetapi disini muncul lagi permasalahan baru yaitu tidak semua pedagang nantinya bisa memiliki kios di pasar
yang baru, nantinya yang bisa pindah ke pasar yang baru hanya pedagang yang
memiliki surat ijin saja. Hal tersebutlah yang
merupakan permasalah baru yang akan muncul. Tetapi meskipun begitu menurut
penuturan para pedangan nantinya pasar yang ada di Merjosari ini tidak bongkar
lagi jadi pasar ini masih akan tetap dijalankan seperti biasa. Jadi para
pedagang yang berjualan di pasar merjosari ini masih tetap bisa berjualan dan
malah bisa berjualan di dua tempat yaitu di pasar Dinoyo dan pasar merjosari
tetapi dengan catatan hanya pedagang yang mempunyai surat izin yang bisa
melakukan seperti itu.
Dari analisis peneliti mengenai perpindahan letak pasar Dinoyo
secara keseluruhan, dengan
berpindahnya letak pasar yang lebih menjauhi keramaian, pasar semakin sepi dan
mengalami penurunan jumlah konsumen di beberapa pedagang. Apabila hal ini tetap
di biarkan, bukan tidak mungkin lagi pasar Dinoyo akan tergeser posisinya oleh
pusat-pusat perbelanjaan modern di sekitaran Malang. Apabila hal itu terjadi
pasti akan banyak sekali orang yang kehilangan lapangan pekerjaannya,terutama
para pedagang pasar. Peneliti berharap
semoga pemerintah bisa berbuat semaksimal mungkin untuk memperbaikin
perekonomian masyarakat.
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pasar Dinoyo merupakan pasar
tradisional yang terletak di daerah perkotann. Pasar Dinoyo merupakan pasar
yang sudah terorganisir dalam artian terdapat pembedaan setiap komoditi-komoditi yang dijual. Barang-barang
yang dijual sebagian berasal dari hasil pertanian atau produk dari masyarakat
sekitar atau desa. Pada tahun 2011 pemerintah mengeluarkan kebijakan yang untuk
membangun pasar Dinoyo menjadi Mall dinoyo dimana pasar tradisional akan
dimasukkan ke dalam Mall ini. Untuk memenuhi hal tersebut akhirnya pasar Dinoyo
untuk sementara dipindahkan ke Merjosari. Hal tersebut dimaksudkan agar
pembangunan bisa berjalan dengan lancer. Perpindahan letak ini kemudian
memunculkan masalah baru yang merisaukan wara pedagang di Merjosari. Dampak yang
ditimbulkan adalah menurunnya omset dari para penjual dan secara otomatis
keuntungan juga semakin berkurang. Tetapi meskipun perpindahan pasar ini
membawa dampak negative bagi para pedagang, tetapi tidak untuk para pengemudi
angkot atau transportasi umum. Perpindaha pasar ini malah membawa dampak baik
bagi mereka dan penghasilanpun meningkat.
3.2
SARAN
-
Saran untuk pemerintah
o Pembangunan
dari pasar dinoyo segera diselesaikan
o Segera
mengembalikan keadaan pasar seperti semula
o Membuat
kebijakan yang bisa memperlancar perekonomian masyarakat bukan malah
memperhambat
o Lebih
memikirkan nasib rakyat kecil dari pada keuntungan segelintir orang
-
Saran untuk pihak pasar
o Dimohon
lebih bijak untuk pengaturan pasar (peletakan toko)
o Mengatur
agar kegiatan pasar tidak terhambat
o Lebih
mendengarkan aspirasi dari pedagang kecil
DAFTAR RUJUKAN
BA, M. Ikram & dkk. 1990. Peranan Pasar Pada Masyarakat Pedesaan Daerah Bengkulu. Bengkulu : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Pembinaan
Nilai-nilai Budaya.
Mundardjito
& dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia: system
teknologi. Jakarta: Rajawali Pers
Sumintarsih
Dkk. 2011. Eksistensi Pasar Tradisional : Relasi Dan Jaringan Pasar
Tradisional Di Kota Surabaya – Jawa Timur. Yogyakarta : Balai Pelestarian
Sejarah Dan Nilai Tradisional.
Syam,
dkk. 1990. Peranan Pasar Pada Masyarakat Pedesaan Daerah Nusa Tenggara
Timur. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Amin, Faizul. SKRIPSI. 2012. Eksistensi
Pasar Dinoyo Akibat Bermunculan Pasar Modern. ( Online), http: //Faizul,
Amin.blogspot.com.eksistensi pasar dinoyo.html diakses pada 26 februari pukul
15:00 WIB.
No comments:
Post a Comment