Songs

Sunday, December 8, 2013

Siti Fathimah Hibattulloh

PENGARUH HOME INDUSTRI BATIK TULIS JOMBANGAN
TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA JATIPELEM-JOMBANG TAHUN 2012

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sejarah Perekonomian
Yang dibina oleh Ibu Indah dan Bapak Hariyono


Oleh
Siti Fathimah Hibbatulloh
110731435555

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Home Industri Batik Tulis Jombangan
            Batik adalah salah satu kebudayaan khas Indonesia yang telah berabad-abad lamanya hidup dan berkembang, serta memiliki nilai-nilai filosofis yang menjadi bagian dari kehidupan Indonesia khususnya di Pulau Jawa. Bahkan pada tahun 2009, batik telah ditetapkan menjadi warisan budaya dunia asal Indonesia oleh UNESCO. Indonesia mempunyai beragam kebudayaan yang sangat menarik dan indah. Batik merupakan kain bergambar yang dibuat secara khusus dengan cara menuliskan malam pada kain dan pengolahnnya diproses dengan cara tertentu (Asikin, 2008:10). Awalnya batik ini berasal dari daerah Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Cirebon, Madura, Tuban dll. Ini adalah salah satu hasil warisan kebudayaan asli Indonesia yang harus dilestarikan.
Batik dibuat beraneka ragam di berbagai daerah di Nusantara khususnya di Pulau Jawa. Dimana setiap daerahnya mempunyai keunikan dan ciri khas masing-masing , baik dalam segi motif maupun tata warnanya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh letak geografis, sifat dan tata penghidupan, kepercayaan dan adat-istiadat, keadaan alam sekitarnya termasuk flora dan fauna, yang tiap-tiap daerahnya memiliki perbedaan dan keunikan-keunikan tertentu, serta adanya kontak  atau hubungan antar daerah pembatikan (Djoemena, 1986:1).
Kondisi geografis dan tata kehidupan masyarakat Jawa sangat mempengaruhi motif batik yang berkembang dari abad ke -18 hingga saat ini. Akhirnya, motif batik dibedakan menjadi dua macam, motif batik pesisir dan motif batik pedalaman. Motif batik pesisir adalah motif yang dipengaruhi oleh laut dan warnanya sangat terang, sehingga motifnya terdiri dari kehidupan makluk laut, seperti ikan, udang, penyu, kerang, ombak laut, mega mendung, batu karang, dan lain-lain. Motif pedalaman dipengaruhi oleh tumbuhan dan lingkungan hutan, sehingga motif batik lebih menggambarkan ranting, dedaunan, bunga, buah-buahan, dan umbi (Prayitno, 2009:11). Batik Jombangan ini termasuk dalam kategori batik yang bermotif pedalaman, karena motif yang digunakan seperti bungan, dedaunan, dan buah-buahan.
Dengan demikian, motif batik merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang mengekspresikannya melalui kegitan membatik. Sehingga motif batik dimasukkan ke dalam unsur kesenian. Hal ini sesuai dengan yang diungkatkan oleh Koentjaraningrat (1985:2), bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar.
Setiap daerah pasti mempunyai batik sendiri, dan motif atau coraknya sendiri-sendiri. Salah satunya batik yang ada di Jombang, batik disini sangat bagus sekali. Hal ini dikarenakan motif yang digunakan dalam lembaran kain itu adalah motif khas Jombangan itu sendiri. Batik di Jombang didirikan oleh Ibu Maniati, beliau adalah pelopor pendiri batik di Jombang yang sampai sekarang masih tetap eksis, dengan inovasi-inovasi coraknya yang beragam dan unik. Batik ibu Maniati ini dikenal dengan BATIK TULIS SEKAR JATI, bisa dibilang home industri yang telah didirikannya ini menjadi sentral batik di Jombang, karena semua kedai-kedai batik yang ada di Jombang awalnya dari ibu Maniati ini. Batik di Jombang ini awalnya didirikan sekitar tahun 2000’an.
            Sejarah Batik Jombang ini dirintis oleh ibu Maniati, pada tanggal 30 Oktober 2013, penulis berkunjung ke rumah Ibu Maniati dan beliau menceritakan tentang sejarah dan proses batik jombangan ini. Beliau mengatakan bahwa batik merupakan salah satu bagian dari budaya asli Indonesia yang dapat mencerminkan kepribadian bangsa, dimana batik sangat memerlukan keterampilan, kepakaran, kreatifiti, keuletan, kesabaran dan wawasan yang luas serta apresiasi yang tinggi sehingga batik mempunyai nilai seni yang sangat tinggi dan brharga mahal. Pada waktu saya (Hj. Maniati) mempunyai keinginan dan tekat yang besar untuk mulai belajar membatik, karena masa muda saya, dulu saya sekolah di sekolah rakyat perempuan (Darjah Rendah) pada tahun 1944, dimana seragam sekolah saya masih memakai sarung dan kebaya batik (Zaman Penjajah Belanda). Pada masa itu desa (kampung) candi mulyo kota jombang banyak ibu-ibu remaja yang mempunyai keterampilan/skill dan tekun membatik. Batik yang dihasilkan diberi nama BATIK PACINAN bermotif kawung dengan warna merah bata dan hijau daun. Pada masa penjajahan Jepang, batik di Jombang mulai menghilang sendiri. Hal ini dikarenakan susahnya mendapatkan bahan baku dan berkurangnya pembatik.
Pada tahun 1993 saya bersama puteri saya mempunyai gagasan dan keinginan untuk membangkitkan dan melestarikan kembali tradisi membatik di kota Jombang untuk mewujudkan keinginan dan gagasan tersebut kami bersilaturahmi ke kerabat yang lulus dari IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan atau maktab keguruan) bidang pengkhususan kraftangan. Kami mengajukan permohonan ke Kepala Desa (Kepala Kampung) untuk minta izin mengumpulkan ibu-ibu PKK (Pendidikan Kesejahteraan Keluarga) dan remaja guna membicarakan pelatihan (workshop) membatik dan Kepala Desa menyetujuinya.
Berawal dari proses tersebut,  maka Ibu Hj. Maniati, Ibu-ibu PKK dan para remaja memulai belajar membatik dengan jenis batik jumput (batik ikat) dan hasilnya cukup menggembirakan, sehingga semangat untuk membatik cukup tinggi.
Pada tahun 2000 Ibu Hj. Maniati dipanggil oleh Dinas Perindustrian Kabupaten Jombang untuk membicarakan pelatihan/kursus/workshop. Pada tarikh 8-10 Februari 2000 Ibu Hj. Maniati beserta puterinya mengikuti kursus Batik Tulis Warna Alami di Surabaya yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian Propinsi Daerah Tingkat I (negeri) Jawa Timur. Hasil kursus ini Ibu Hj. Maniati beserta puterinya dan ibu-ibu PKK semakin rajin membatik. Pada bulan Desember 2000 Ibu Hj. Maniati meresmikan usaha batik dengan nama “SEKAR JATI STAR” di Desa Jatipelem. Pada waktu yang sama Bapak Bupati memutuskan untuk mengadakan kursus membatik di desa Jatipelem dengan peserta dari perwakilan wilayah kecamatan se-kabupaten Jombang.
Pada tanggal 16 Desember 2004, Ibu Hj. Maniati mendapat izin usaha tetap dari pemerintah dengan nama “BATIK TULIS SEKAR JATI STAR” dengan nomor SIUP: 00423/13-19/SIUP-K/IX/2004 (Karsam, 2005:2).
Pada awalnya motif batik Jombang menggunakan motif alam sekitar, yaitu motif bunga melati, tebu, cengkeh, pohon jati dan lain sebagainya. Setiap motif yang diciptakan biasanya diberi nama, seperti cindenenan, peksi/burung hudroso, peksi manya dan turonggo seto (kuda putih). Kemudian Ibu Hj. Maniati bersama Ibu Bupati kabupaten Jombang (isteri Bupati), bersepakat atau setuju bahawa Motif Batik Tulis Khas Jombang diambil dari salah satu Relief Candi Arimbi yang terletak di desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang. Bagian relief candi Arimbi yang digunakan sebagai motif khas batik Jombang. Candi Arimbi merupakan candi peninggalan kerajaan Majapahit.
Seiring perkembangan zaman dan minat pasar, motif mengalami perkembangan, sehingga motif batik tidak terkesan kuno dan semakin memperkaya motif batik yang sudah ada tanpa menghilangkannya dan tidak mengurangi esensi yang terkandung dalam motif batik itu sendiri. Perkembangan teknologi yang dipakai pada pembuatan batik seperti cap dan digital printing tidak mengurangi minat masyarakat pada batik tulis. Bahkan batik menjadi trend masyarakat khususnya dikalangan anak muda yang menggunakannya pada acara formal maupun non formal.
Pada penghujung tahun 2005, penulis bertemu dengan Bapak Bupati Jombang untuk membicarakan motif batik khas Jombang. Dimana motif batik ini akan digunakan sebagai uniform para pegawai kabupaten Jombang. Baju tersebut bermotif batik warna merah dan yang satu lagi bermotif batik warna hijau. Kemudian, untuk seragam pegawai di Jombang lebih baik menggunakan baju batik yang motifnya berwarna merah dan Bapak Bupati menyetujuinya.



2.2 Pemasaran Batik Tulis Jombangan
            Pada tahun 1993, Ibu Hajah Maniati memproduksi jenis batik jumputan dan pemasarannya hanya dirumahnya saja. Batik yang dipergunakan masih sangat sederhana dan motifnya hanya meliputi motif bunga dan dedaunan. Ibu maniati membuka butik batik dirumahnya sendiri yang diberi nama “Batik tulis Sekar Sekar Jati Star” dan tahun 2005 batik tulis karya ibu maniati ini sudah dipatenkan. Ibu Maniati hanya menjual batiknya dirumahnya, dan beliau sering mengikuti acara pameran-pameran yang diadakan di Kota Surabaya dan Kabupaten Jombang, dan batiknya banyak yang laku terjual. Dalam 2 minggu Ibu Maniati dan karyawannya mampu membuat 4 kain batik tulis. Prinsip yang selalu di pegang oleh Ibu Maniati dan karyawannya ini adalah “reziki sudah ada yang ngatur”, sehingga ini mempengaruhi kinerja para pengrajik batik ini. Mereka mengerjakan batik dengan sangat, telaten, ulet dan senang. Pelajaran ini yang selalu ditanamkan Ibu Maniati kepada para karyawannya, sehingga batik yang dihasilkan ini kuat, dan indah, maka pemakai batik ini akan terlihat anggun.
            Pada tahun 2006, Batik tulis Ibu Maniati ini semakin ramai, dan hampir seluruh wilayah Jombang membeli batik tulisnya. Motif yang ada di kain mori ini memang sangat bervariasi sehingga banyak yang tertarik dengan batiknya. Motif yang banyak disenangi ini motif rimbi, hal ini dikarenakan khas Jombang.
            Saat ini, untuk memenuhi permintaan pasar, Ibu Maniati menjual batik yang sudah jadi dengan bentuk kemeja pria dewasa (baju lengan panjang untuk laki-laki), harga yang ditawarkan bervariasi seperti Rp 75.000, Rp 100.000, Rp 150.000 dan bahan yang digunakan bahan yang standar, sedangkan untuk bahan sutra harganya meliputi Rp 250.000 dan Rp.300.000, sekarang ini para pelanggan Ibu Maniati bisa memesan batik dengan membawa contoh motif yang akan dibatik. Ibu maniati mempunyai 30 karyawan yang siap membatik.
Pada tahun 2010 Ibu Maniati mengubah nama merk Batik nya menjadi batik tulis sekar jati. Perubahan ini dipercaya ibu Maniati untuk menambah keberuntungannya dalam mengembangkan home industrinya yang telah ia rintis sejak tahun 1993. Kita ketahui sekarang persaingan industry batik ini juga terlihat di desa jatipelem ini. Di desa ini sekarang sudah ada home industry batik juga yang terkenal, yaitu Batik tulis Litabena dan Batik Colet. Adanya dua Home Industri batik di Desa Jatipelem ini tidak membuat ibu maniati merasa tersaingi justru beliau merasa senang dan bangga karena tujuan awal beliau mendirikan usaha batik ini yaitu untuk menghidupkan kembali batik, menciptakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat Jatipelem dan mengharumkan nama desa jatiplem supaya dikenal di seluruh Indonesia dengan citranya yang bagus, seperti dikenal dengan central industry batik jombangan dan tujuan beliau sekarang sudah terwujud. Kini Ibu Maniati beserta keluarganya hanya mempertahankan usaha home industrinya ini supaya tidak gulung tikar.
            Ibu Maniti beserta puterinya sekarang juga sudah mempunyai cabang industri batik, dan tersebar di Jombang dan Surabaya. Di Surabaya sendiri usaha batiknya ini dikembangkan oleh puterinya yang bernama Ririn atau yang akrab dipanggil mbak Ririn ini. Mbak ririn sering memasarkan batik tulis ini melalui pameran-pameran yang diadakan di Surabaya, melalui pameran ini batiknya banyak yang laku terjual. Selain itu, mbak ririn juga memasarkan batiknya melalui Online di Surabaya, jadi batik yang telah ibu maniati buat di rumahnya ini banyak yang dikirim ke Surabaya (rumah mbak ririn). Setiap tahunnya omset Ibu Maniati ini selalu bertambah dan penghasilan yang ibu maniati terima bertambah pula.
            Ibu maniati dirumahnya tetap menerima pesanan batik yang pembeli inginkan dengan motif mereka sendiri, tetapi motif yang ibu maniati buat sendiri juga banyak yang terjual dan para pembelinya juga senang dengan motif yang sudah ibu maniati buat. Kebanyakan Ibu Maniati ini mendapat pesanan dari orang-orang penting di Jombang seperti pesanan dari kelurga bupati jombang, DPR jombang, serta keluarga kyai di Jombang. Selain itu , Ibu Maniati juga banyak menerima pesanan Batik dari luar kabupaten seperti dari Kediri, Lamongan, Babat dan mereka memesan batik dari Ibu Maniati ini. Melihat pesanan yang banyak ini Ibu Maniati terkadang para karyawan ibu maniati ini banyak yang membawa kain batiknya untuk dikerjakan di rumah mereka sendiri supaya batiknya cepat selesai.

2.3     Pengaruh Home Industri Batik Tulis Jombangan Bagi Ekonomi Masyarakat Desa Jatipelem 2000-2012
Masyarakat Desa Jatipelem mayoritas mata pencaharian sebagai petani, ada juga yang membuka usaha home industri seperti usaha krupuk, makanan, dan batik. sebelum ada industri batik ini ekonomi Desa Jatipelem cenderung ekonomi yang kurang, hal ini terlihat dengan banyaknya pengangguran disana. Apabila gagal panen, penghasilan masyarakat banyak yang berkurang sehingga mereka mencari pekerjaan tambahan sebagai penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Salah satu tujuan Ibu Maniati membuat usaha batik ini supaya bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang ada di Desa Jatipelem. Tidak ada syarat khusus untuk menjadi karyawan di Industri batik ini hanya berbekal niat bisa menjadi karyawan disini, dan ibu maniati ini mau mengajarkan bagaimana membatik yang bagus. Sekarang ibu Maniati ini mempunyai 20 pengrajin batik, setelah peneliti kesana dan melihat proses membatik dan wawancara dengan para pengrajin. Mereka mengatakan kalau mereka bersyukur sekali ada industri ini, karena selain bekerja para pengrajin ini merasa bangga bisa melestarikan batik tersebut.
 Industri batik ini berkembang semakin maju sehingga penghasilan para pengrajin batik ini bertambah, awalnya yang hanya berpenghasilan sedikit dan itu pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kini mereka sudah mempunyai penghasilan yang layak. Melihat banyaknya masyarakat Jatipelem ini yang tertarik untuk bisa membatik ini akhirnya Ibu Maniati ini membuka pelatihan membatik yang ada di rumahnya sendiri, dan ini sudah diresmikan oleh Ibu Bupati Jombang kemarin bulan September. Melalui pelatihan ini, masyarakat desa Jatipelem ini diharapkan bisa melestarikan batik jombangan yang sudah beliau rintis supaya nantinya tidak pudar, dan beliau berharap melalui pelatihan ini masyarakat Desa Jatipelem dan semuanya yang ikut dalam pelatihan ini nantinya bisa membuat industri batik sendiri.
Kehadiran Industri Batik Ibu Maniati ini membawa dampak yang positif bagi masyarakat Desa Jatipelem ini yaitu menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan penghasilan. Mereka yang bekerja di Industri ini merasa senang karena selain bisa ikut melestarikan batik  mereka juga bisa menambah penghasilan keluarga. Ibu Yani dan Ibu Lilik adalah salah satu dari masyarakat Jatipelem yang berhasil mendapatkan manfaat dari pelatihan yang diadakan Ibu Maniati ini. Mereka pandai membatik hingga akhirnya mereka membuat usaha batik sendiri di rumahnya. Kini usaha batik yang mereka buat sudah ramai dikenal oleh orang-orang dan mereka mempunyai ciri batik sendiri.
 Kebanyakan para pengrajin batik yang perempuan ini awalnya memang tidak mempunyai pekerjaan karena keseharian mereka hanyalah mengurus rumah tangga. Waktu luang yang banyak dimanfaaatkan mereka untuk bekerja, apalagi industri batik Ibu Maniati ini membolehkan mereka membawa kain batik untuk dibatik dirumah sendiri, dan setelah selesai mereka membawa kain yang sudah dibatik ini kerumah Ibu Maniati untuk di warna. Sedangkan, para pekerja batik yang laki-laki dirumah ibu Marniati ini sejumlah 5 orang, mereka bekerja dirumah Ibu Maniati sendiri karena pekerjaan mereka tidak bisa dibawa pulang, mereka mendapatkan bagian membuat batik cap dan printing yang semua alatnya disediakan dirumah Ibu Maniati sendiri. Mereka menghasilkan batik cap sehari 3 lembar yang perlembarnya 2 meter, sedangkan yang batik print sehari mereka menghasilkan 4 lembar dan perlembanya sama yaitu 2 meter. Para pekerja batik laki-laki ini awalnya mereka bekerja menjadi penggrap sawah dan sales. Upah penggarap sawah yang tinggi mengakibatkan orang yang mempunyai sawah tersebut jarang menggunakan jasa mereka lagi, sehingga mereka tidak mempunyai pekerjaan. Kemudian, mereka beralih menjadi pengrajin batik di Home industrinya Ibu Maniati ini karena mereka bisa bekerja setiap hari dan mempunyai upah yang jelas setiap minggunya.
Menurut, bapak Romli selaku pengrajin batik cap mengatakan bahwa upah yang didapatkan dari membatik ini sudah mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga, dan sisa uangnya bisa digunakan untuk mengisi barang dagangan yang ada di Tokonya. Beliau juga mengatakan kalau tidak ada home industri bapak Romli tidak tau harus bekerja apa karena ijazahnya hanya sampai tamatan SD saja dan belaiu tidak mempunyai keahlihan lain selain memanfaatkan tenaganya.
 
 BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasakan penelitian yang dilakukan, peneliti mengambil kesimpulan bahwa adanya Home Industri Batik Tulis Sekar Jati ini berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat Desa Jatipelem, adanya industri ini menjadikan masyarakat Jatipelem yang awalnya tidak mempunyai pekerjaan dan penghasilan sekarang mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Adanya Industri Batik ini tidak menimbulkan dampak yang negatif bagi desa Jatiplem melainkan membuat dampak yang positif yaitu bisa mengharumkan nama desa Jatipelem menjadi desa pengrajin batik Jombangan.

DAFTAR RUJUKAN

Asikin, Saroni. 2003. Ungkapan Batik Di Seramang. Semarang : Citra Prima Nusantara.
Djoemene. 1986. Ungkapan Sehelai Batik. Jakarta : Djambatan.
Moleong,L.J. 1990 . Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda Karya.
Soerahmad,W. 1982 . Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito.
Suryabrata, S. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Rajagrafindo Jakarta.
Fang, Lang. 2010. Inspirasi Jombang. Surabaya : Retika Putra Media.
Katalog. Batik Tulis Sekar Jati Star. Jatipelem, Diwek, Jombang.
Karsam. 2005. Batik Tulis Jombangan, Jawa Timur, Indonesia, (Online), (Http://www.batik_tulis jombangan,html), diakses pada tanggal 29 November 2013, pukul 19.00 WIB.
Prayitno, Teguh. 2009. Mengenal Produk Nasional Batik dan Tenun. Semarang: PT.Sindular Press.
Koentjaraningrat. 1985. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia.

No comments:

Post a Comment