PENGARUH HOME INDUSTRI
BATIK TULIS JOMBANGAN
TERHADAP EKONOMI
MASYARAKAT DESA JATIPELEM-JOMBANG TAHUN 2012
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sejarah Perekonomian
Yang dibina oleh Ibu Indah dan Bapak Hariyono
Oleh
Siti Fathimah Hibbatulloh
110731435555
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Home Industri Batik Tulis Jombangan
Batik adalah salah satu kebudayaan
khas Indonesia yang telah berabad-abad lamanya hidup dan berkembang, serta
memiliki nilai-nilai filosofis yang menjadi bagian dari kehidupan Indonesia khususnya
di Pulau Jawa. Bahkan pada tahun 2009, batik telah ditetapkan menjadi warisan
budaya dunia asal Indonesia oleh UNESCO. Indonesia mempunyai beragam kebudayaan
yang sangat menarik dan indah. Batik merupakan kain bergambar yang dibuat secara khusus dengan cara
menuliskan malam pada kain dan pengolahnnya diproses dengan cara tertentu (Asikin,
2008:10). Awalnya batik ini berasal dari daerah Yogyakarta, Solo, Pekalongan,
Cirebon, Madura, Tuban dll. Ini adalah salah satu hasil warisan kebudayaan asli
Indonesia yang harus dilestarikan.
Batik dibuat beraneka
ragam di berbagai daerah di Nusantara khususnya di Pulau Jawa. Dimana setiap
daerahnya mempunyai keunikan dan ciri khas masing-masing , baik dalam segi
motif maupun tata warnanya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh letak geografis,
sifat dan tata penghidupan, kepercayaan dan adat-istiadat, keadaan alam
sekitarnya termasuk flora dan fauna, yang tiap-tiap daerahnya memiliki
perbedaan dan keunikan-keunikan tertentu, serta adanya kontak atau hubungan antar daerah pembatikan (Djoemena,
1986:1).
Kondisi geografis dan
tata kehidupan masyarakat Jawa sangat mempengaruhi motif batik yang berkembang
dari abad ke -18 hingga saat ini. Akhirnya, motif batik dibedakan menjadi dua
macam, motif batik pesisir dan motif batik pedalaman. Motif batik pesisir
adalah motif yang dipengaruhi oleh laut dan warnanya sangat terang, sehingga
motifnya terdiri dari kehidupan makluk laut, seperti ikan, udang, penyu,
kerang, ombak laut, mega mendung, batu karang, dan lain-lain. Motif
pedalaman dipengaruhi oleh tumbuhan dan lingkungan hutan, sehingga motif batik
lebih menggambarkan ranting, dedaunan, bunga, buah-buahan, dan umbi (Prayitno,
2009:11). Batik Jombangan ini termasuk dalam kategori batik yang
bermotif pedalaman, karena motif yang digunakan seperti bungan, dedaunan, dan
buah-buahan.
Dengan demikian, motif
batik merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang mengekspresikannya
melalui kegitan membatik. Sehingga motif batik dimasukkan ke dalam unsur
kesenian. Hal ini sesuai dengan yang diungkatkan oleh Koentjaraningrat
(1985:2), bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan cara belajar.
Setiap daerah pasti
mempunyai batik sendiri, dan motif atau coraknya sendiri-sendiri. Salah satunya
batik yang ada di Jombang, batik disini sangat bagus sekali. Hal ini
dikarenakan motif yang digunakan dalam lembaran kain itu adalah motif khas
Jombangan itu sendiri. Batik di Jombang didirikan oleh Ibu Maniati, beliau
adalah pelopor pendiri batik di Jombang yang sampai sekarang masih tetap eksis,
dengan inovasi-inovasi coraknya yang beragam dan unik. Batik ibu Maniati ini
dikenal dengan BATIK TULIS SEKAR JATI, bisa dibilang home industri yang telah
didirikannya ini menjadi sentral batik di Jombang, karena semua kedai-kedai
batik yang ada di Jombang awalnya dari ibu Maniati ini. Batik di Jombang ini
awalnya didirikan sekitar tahun 2000’an.
Sejarah
Batik Jombang ini dirintis oleh ibu Maniati, pada tanggal 30 Oktober 2013, penulis
berkunjung ke rumah Ibu Maniati dan beliau menceritakan tentang sejarah dan
proses batik jombangan ini. Beliau mengatakan bahwa batik merupakan salah satu
bagian dari budaya asli Indonesia yang dapat mencerminkan kepribadian bangsa,
dimana batik sangat memerlukan keterampilan, kepakaran, kreatifiti, keuletan,
kesabaran dan wawasan yang luas serta apresiasi yang tinggi sehingga batik
mempunyai nilai seni yang sangat tinggi dan brharga mahal. Pada waktu saya (Hj.
Maniati) mempunyai keinginan dan tekat yang besar untuk mulai belajar membatik,
karena masa muda saya, dulu saya sekolah di sekolah rakyat perempuan (Darjah
Rendah) pada tahun 1944, dimana seragam sekolah saya masih memakai sarung dan
kebaya batik (Zaman Penjajah Belanda). Pada masa itu desa (kampung) candi mulyo
kota jombang banyak ibu-ibu remaja yang mempunyai keterampilan/skill dan tekun
membatik. Batik yang dihasilkan diberi nama BATIK PACINAN bermotif
kawung dengan warna merah bata dan hijau daun. Pada masa penjajahan Jepang,
batik di Jombang mulai menghilang sendiri. Hal ini dikarenakan susahnya
mendapatkan bahan baku dan berkurangnya pembatik.
Pada tahun 1993 saya
bersama puteri saya mempunyai gagasan dan keinginan untuk membangkitkan dan
melestarikan kembali tradisi membatik di kota Jombang untuk mewujudkan
keinginan dan gagasan tersebut kami bersilaturahmi ke kerabat yang lulus dari
IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan atau maktab keguruan) bidang
pengkhususan kraftangan. Kami mengajukan permohonan ke Kepala Desa (Kepala
Kampung) untuk minta izin mengumpulkan ibu-ibu PKK (Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga) dan remaja guna membicarakan pelatihan (workshop) membatik dan
Kepala Desa menyetujuinya.
Berawal dari proses
tersebut, maka Ibu Hj. Maniati, Ibu-ibu
PKK dan para remaja memulai belajar membatik dengan jenis batik jumput (batik
ikat) dan hasilnya cukup menggembirakan, sehingga semangat untuk membatik cukup
tinggi.
Pada tahun 2000 Ibu Hj.
Maniati dipanggil oleh Dinas Perindustrian Kabupaten Jombang untuk membicarakan
pelatihan/kursus/workshop. Pada tarikh 8-10 Februari 2000 Ibu Hj. Maniati
beserta puterinya mengikuti kursus Batik Tulis Warna Alami di Surabaya yang
dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian Propinsi Daerah Tingkat I (negeri) Jawa
Timur. Hasil kursus ini Ibu Hj. Maniati beserta puterinya dan ibu-ibu PKK
semakin rajin membatik. Pada bulan Desember 2000 Ibu Hj. Maniati meresmikan
usaha batik dengan nama “SEKAR JATI STAR” di Desa Jatipelem. Pada waktu yang
sama Bapak Bupati memutuskan untuk mengadakan kursus membatik di desa Jatipelem
dengan peserta dari perwakilan wilayah kecamatan se-kabupaten Jombang.
Pada tanggal 16 Desember
2004, Ibu Hj. Maniati mendapat izin usaha tetap dari pemerintah dengan nama
“BATIK TULIS SEKAR JATI STAR” dengan nomor SIUP: 00423/13-19/SIUP-K/IX/2004
(Karsam, 2005:2).
Pada awalnya motif batik
Jombang menggunakan motif alam sekitar, yaitu motif bunga melati, tebu,
cengkeh, pohon jati dan lain sebagainya. Setiap motif yang diciptakan biasanya
diberi nama, seperti cindenenan, peksi/burung hudroso, peksi manya dan turonggo
seto (kuda putih). Kemudian Ibu Hj. Maniati bersama Ibu Bupati kabupaten
Jombang (isteri Bupati), bersepakat atau setuju bahawa Motif Batik Tulis Khas
Jombang diambil dari salah satu Relief Candi Arimbi yang terletak di desa
Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang. Bagian relief candi Arimbi yang
digunakan sebagai motif khas batik Jombang. Candi Arimbi merupakan candi
peninggalan kerajaan Majapahit.
Seiring perkembangan
zaman dan minat pasar, motif mengalami perkembangan, sehingga motif batik tidak
terkesan kuno dan semakin memperkaya motif batik yang sudah ada tanpa
menghilangkannya dan tidak mengurangi esensi yang terkandung dalam motif batik
itu sendiri. Perkembangan teknologi yang dipakai pada pembuatan batik seperti
cap dan digital printing tidak mengurangi minat masyarakat pada batik tulis.
Bahkan batik menjadi trend masyarakat khususnya dikalangan anak muda yang
menggunakannya pada acara formal maupun non formal.
Pada penghujung tahun 2005, penulis bertemu dengan
Bapak Bupati Jombang untuk membicarakan motif batik khas Jombang. Dimana motif
batik ini akan digunakan sebagai uniform para pegawai kabupaten Jombang. Baju
tersebut bermotif batik warna merah dan yang satu lagi bermotif batik warna hijau.
Kemudian, untuk seragam pegawai di Jombang lebih baik menggunakan baju batik
yang motifnya berwarna merah dan Bapak Bupati menyetujuinya.
2.2
Pemasaran Batik Tulis Jombangan
Pada tahun 1993, Ibu Hajah Maniati memproduksi
jenis batik jumputan dan pemasarannya hanya dirumahnya saja. Batik yang
dipergunakan masih sangat sederhana dan motifnya hanya meliputi motif bunga dan
dedaunan. Ibu maniati membuka butik batik dirumahnya sendiri yang diberi nama
“Batik tulis Sekar Sekar Jati Star” dan tahun 2005 batik tulis karya ibu
maniati ini sudah dipatenkan. Ibu Maniati hanya menjual batiknya dirumahnya,
dan beliau sering mengikuti acara pameran-pameran yang diadakan di Kota
Surabaya dan Kabupaten Jombang, dan batiknya banyak yang laku terjual. Dalam 2
minggu Ibu Maniati dan karyawannya mampu membuat 4 kain batik tulis. Prinsip
yang selalu di pegang oleh Ibu Maniati dan karyawannya ini adalah “reziki sudah
ada yang ngatur”, sehingga ini mempengaruhi kinerja para pengrajik batik ini.
Mereka mengerjakan batik dengan sangat, telaten, ulet dan senang. Pelajaran ini
yang selalu ditanamkan Ibu Maniati kepada para karyawannya, sehingga batik yang
dihasilkan ini kuat, dan indah, maka pemakai batik ini akan terlihat anggun.
Pada
tahun 2006, Batik tulis Ibu Maniati ini semakin ramai, dan hampir seluruh
wilayah Jombang membeli batik tulisnya. Motif yang ada di kain mori ini memang
sangat bervariasi sehingga banyak yang tertarik dengan batiknya. Motif yang
banyak disenangi ini motif rimbi, hal ini dikarenakan khas Jombang.
Saat
ini, untuk memenuhi permintaan pasar, Ibu Maniati menjual batik yang sudah jadi
dengan bentuk kemeja pria dewasa (baju lengan panjang untuk laki-laki), harga
yang ditawarkan bervariasi seperti Rp 75.000, Rp 100.000, Rp 150.000 dan bahan
yang digunakan bahan yang standar, sedangkan untuk bahan sutra harganya
meliputi Rp 250.000 dan Rp.300.000, sekarang ini para pelanggan Ibu Maniati
bisa memesan batik dengan membawa contoh motif yang akan dibatik. Ibu maniati
mempunyai 30 karyawan yang siap membatik.
Pada tahun 2010 Ibu
Maniati mengubah nama merk Batik nya menjadi batik tulis sekar jati. Perubahan
ini dipercaya ibu Maniati untuk menambah keberuntungannya dalam mengembangkan
home industrinya yang telah ia rintis sejak tahun 1993. Kita ketahui sekarang persaingan
industry batik ini juga terlihat di desa jatipelem ini. Di desa ini sekarang
sudah ada home industry batik juga yang terkenal, yaitu Batik tulis Litabena
dan Batik Colet. Adanya dua Home Industri batik di Desa Jatipelem ini
tidak membuat ibu maniati merasa tersaingi justru beliau merasa senang dan
bangga karena tujuan awal beliau mendirikan usaha batik ini yaitu untuk
menghidupkan kembali batik, menciptakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat
Jatipelem dan mengharumkan nama desa jatiplem supaya dikenal di seluruh
Indonesia dengan citranya yang bagus, seperti dikenal dengan central industry
batik jombangan dan tujuan beliau sekarang sudah terwujud. Kini Ibu Maniati
beserta keluarganya hanya mempertahankan usaha home industrinya ini supaya
tidak gulung tikar.
Ibu
Maniti beserta puterinya sekarang juga sudah mempunyai cabang industri batik,
dan tersebar di Jombang dan Surabaya. Di Surabaya sendiri usaha batiknya ini
dikembangkan oleh puterinya yang bernama Ririn atau yang akrab dipanggil mbak
Ririn ini. Mbak ririn sering memasarkan batik tulis ini melalui pameran-pameran
yang diadakan di Surabaya, melalui pameran ini batiknya banyak yang laku
terjual. Selain itu, mbak ririn juga memasarkan batiknya melalui Online di
Surabaya, jadi batik yang telah ibu maniati buat di rumahnya ini banyak yang
dikirim ke Surabaya (rumah mbak ririn). Setiap tahunnya omset Ibu Maniati ini
selalu bertambah dan penghasilan yang ibu maniati terima bertambah pula.
Ibu
maniati dirumahnya tetap menerima pesanan batik yang pembeli inginkan dengan
motif mereka sendiri, tetapi motif yang ibu maniati buat sendiri juga banyak
yang terjual dan para pembelinya juga senang dengan motif yang sudah ibu
maniati buat. Kebanyakan Ibu Maniati ini mendapat pesanan dari orang-orang
penting di Jombang seperti pesanan dari kelurga bupati jombang, DPR jombang,
serta keluarga kyai di Jombang. Selain itu , Ibu Maniati juga banyak menerima
pesanan Batik dari luar kabupaten seperti dari Kediri, Lamongan, Babat dan
mereka memesan batik dari Ibu Maniati ini. Melihat pesanan yang banyak ini Ibu
Maniati terkadang para karyawan ibu maniati ini banyak yang membawa kain
batiknya untuk dikerjakan di rumah mereka sendiri supaya batiknya cepat
selesai.
2.3 Pengaruh Home Industri Batik Tulis Jombangan
Bagi Ekonomi Masyarakat Desa Jatipelem 2000-2012
Masyarakat Desa Jatipelem
mayoritas mata pencaharian sebagai petani, ada juga yang membuka usaha home
industri seperti usaha krupuk, makanan, dan batik. sebelum ada industri batik
ini ekonomi Desa Jatipelem cenderung ekonomi yang kurang, hal ini terlihat
dengan banyaknya pengangguran disana. Apabila gagal panen, penghasilan
masyarakat banyak yang berkurang sehingga mereka mencari pekerjaan tambahan
sebagai penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Salah satu
tujuan Ibu Maniati membuat usaha batik ini supaya bisa menciptakan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat yang ada di Desa Jatipelem. Tidak ada syarat khusus
untuk menjadi karyawan di Industri batik ini hanya berbekal niat bisa menjadi
karyawan disini, dan ibu maniati ini mau mengajarkan bagaimana membatik yang
bagus. Sekarang ibu Maniati ini mempunyai 20 pengrajin batik, setelah peneliti
kesana dan melihat proses membatik dan wawancara dengan para pengrajin. Mereka
mengatakan kalau mereka bersyukur sekali ada industri ini, karena selain
bekerja para pengrajin ini merasa bangga bisa melestarikan batik tersebut.
Industri batik ini berkembang semakin maju
sehingga penghasilan para pengrajin batik ini bertambah, awalnya yang hanya
berpenghasilan sedikit dan itu pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
kini mereka sudah mempunyai penghasilan yang layak. Melihat banyaknya
masyarakat Jatipelem ini yang tertarik untuk bisa membatik ini akhirnya Ibu
Maniati ini membuka pelatihan membatik yang ada di rumahnya sendiri, dan ini
sudah diresmikan oleh Ibu Bupati Jombang kemarin bulan September. Melalui
pelatihan ini, masyarakat desa Jatipelem ini diharapkan bisa melestarikan batik
jombangan yang sudah beliau rintis supaya nantinya tidak pudar, dan beliau
berharap melalui pelatihan ini masyarakat Desa Jatipelem dan semuanya yang ikut
dalam pelatihan ini nantinya bisa membuat industri batik sendiri.
Kehadiran Industri Batik
Ibu Maniati ini membawa dampak yang positif bagi masyarakat Desa Jatipelem ini
yaitu menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan penghasilan. Mereka yang
bekerja di Industri ini merasa senang karena selain bisa ikut melestarikan
batik mereka juga bisa menambah
penghasilan keluarga. Ibu Yani dan Ibu Lilik adalah salah satu dari masyarakat
Jatipelem yang berhasil mendapatkan manfaat dari pelatihan yang diadakan Ibu
Maniati ini. Mereka pandai membatik hingga akhirnya mereka membuat usaha batik
sendiri di rumahnya. Kini usaha batik yang mereka buat sudah ramai dikenal oleh
orang-orang dan mereka mempunyai ciri batik sendiri.
Kebanyakan para pengrajin batik yang perempuan
ini awalnya memang tidak mempunyai pekerjaan karena keseharian mereka hanyalah
mengurus rumah tangga. Waktu luang yang banyak dimanfaaatkan mereka untuk
bekerja, apalagi industri batik Ibu Maniati ini membolehkan mereka membawa kain
batik untuk dibatik dirumah sendiri, dan setelah selesai mereka membawa kain
yang sudah dibatik ini kerumah Ibu Maniati untuk di warna. Sedangkan, para
pekerja batik yang laki-laki dirumah ibu Marniati ini sejumlah 5 orang, mereka
bekerja dirumah Ibu Maniati sendiri karena pekerjaan mereka tidak bisa dibawa
pulang, mereka mendapatkan bagian membuat batik cap dan printing yang semua
alatnya disediakan dirumah Ibu Maniati sendiri. Mereka menghasilkan batik cap
sehari 3 lembar yang perlembarnya 2 meter, sedangkan yang batik print sehari
mereka menghasilkan 4 lembar dan perlembanya sama yaitu 2 meter. Para pekerja
batik laki-laki ini awalnya mereka bekerja menjadi penggrap sawah dan sales.
Upah penggarap sawah yang tinggi mengakibatkan orang yang mempunyai sawah
tersebut jarang menggunakan jasa mereka lagi, sehingga mereka tidak mempunyai
pekerjaan. Kemudian, mereka beralih menjadi pengrajin batik di Home industrinya
Ibu Maniati ini karena mereka bisa bekerja setiap hari dan mempunyai upah yang
jelas setiap minggunya.
Menurut, bapak Romli
selaku pengrajin batik cap mengatakan bahwa upah yang didapatkan dari membatik
ini sudah mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga, dan sisa uangnya bisa
digunakan untuk mengisi barang dagangan yang ada di Tokonya. Beliau juga
mengatakan kalau tidak ada home industri bapak Romli tidak tau harus bekerja
apa karena ijazahnya hanya sampai tamatan SD saja dan belaiu tidak mempunyai
keahlihan lain selain memanfaatkan tenaganya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasakan penelitian yang dilakukan, peneliti
mengambil kesimpulan bahwa adanya Home Industri Batik Tulis Sekar Jati ini
berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat Desa Jatipelem, adanya industri ini
menjadikan masyarakat Jatipelem yang awalnya tidak mempunyai pekerjaan dan
penghasilan sekarang mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang bisa digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Adanya Industri Batik ini tidak
menimbulkan dampak yang negatif bagi desa Jatiplem melainkan membuat dampak
yang positif yaitu bisa mengharumkan nama desa Jatipelem menjadi desa pengrajin
batik Jombangan.
DAFTAR RUJUKAN
Asikin, Saroni.
2003. Ungkapan Batik Di Seramang. Semarang : Citra Prima Nusantara.
Djoemene. 1986. Ungkapan Sehelai Batik. Jakarta
: Djambatan.
Moleong,L.J. 1990 . Metodelogi Penelitian
Kualitatif. Bandung : Rosda Karya.
Soerahmad,W. 1982 . Pengantar Penelitian Ilmiah.
Bandung : Tarsito.
Suryabrata, S. 1998. Metodologi Penelitian.
Jakarta : PT. Rajagrafindo Jakarta.
Fang, Lang. 2010. Inspirasi Jombang. Surabaya :
Retika Putra Media.
Katalog. Batik Tulis Sekar Jati Star.
Jatipelem, Diwek, Jombang.
Karsam.
2005. Batik Tulis Jombangan, Jawa Timur, Indonesia, (Online), (Http://www.batik_tulis jombangan,html),
diakses pada tanggal 29 November 2013, pukul 19.00 WIB.
Prayitno, Teguh. 2009. Mengenal
Produk Nasional Batik dan Tenun. Semarang: PT.Sindular Press.
Koentjaraningrat.
1985. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT
Gramedia.
No comments:
Post a Comment