PENGARUH
SISTEM EKONOMI KAPITALIS TERHADAP PERKEMBANGAN EKONOMI DI INDONESIA PADA TAHUN 1965-1998
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA
KULIAH
Sejarah Perekonomian
Yang dibina oleh Bapak Haryono dan Ibu Indah
oleh:
Vivilia Puspita (110731435538)
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dewasa
ini masalah perkembangan ekonomi di Indonesia cenderung bergantung pada penanam
modal asing yang nanamkan modalnya di Indonesia. Para penanam modal inilah yang mempengaruhi
perkembangan ekonomi di Indonesia. Para penanam modal asing ini cenderung
menerapkan system ekonomi kapitalis guna memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya.
System
ekonomi kapitalis tersebut pada kenyataannya sudah berlangsung sejak masa
colonial Belanda. Pemerintahan Belanda menerapkan system kapitalis dalam
melakukan penjajahannya di Indonesia, hal tersebut dibuktikan dengan adanya
penerapan cultuur stelsel yang dimana
mewajibkan setiap desa menyisihkan tanahnya sekitar 20% untuk ditanami tanaman
yang dapat diekspor. Dimana hasil panen dari tanaman tersebut harus dijual dan
diserahkan kepada pihak pemerintah colonial dengan harga yang sudah ditentukan
oleh pihak pemerintah colonial. Selain itu pemerintah colonial juga
memberlakukan berbagai macam pajak yang dimana hal ini menyebabkan orang-orang
pribumi semakin tidak memperoleh ruang untuk mendapatkan hak mereka atas
kekayaan yang seharusnya menjadi miliknya.
System ekonomi yang seperti inilah yang
menyebabkan kesenjangan dalam kehidupan, adanya kesengsaraan yang mendalam bagi
pihak yang hanya memiliki modal yang tidak banyak atau bahkan pihak yang tidak
memiliki modal sama sekali (buruh), sedangkan pihak yang memiliki modal yang
banyak akan memperoleh keuntungan atau kekayaan yang sebanyak-banyaknya. System
ekonomi ini dikenal dengan sebutan system ekonomi kapitalis, dimana yang kaya
semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. System ekonomi kapitalis sendiri sudah
berkembangan sekitar pertengahan abad ke-18, namun sampai sekarang di tahun
2013 ini system ekonomi kapitalis cenderung masih diterapkan oleh beberapa
pihak guna memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, walaupun dalam realitanya
system ekonomi tersebut telah dihentikan karena memicu berbagai kritik pedas
dari berbagai pihak pada awal
perkembangan system ekonomi liberal. Dari keterangan-keterangan tersebut yang
memotivasi penulis untuk menulis makalah yang berjudul “Pengaruh
Sistem Ekonomi Kapitalis Terhadap Perkembangan Ekonomi di Indonesia pada Tahun 1965-1998”
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai
berikut:
1.
Bagaimana gambaran umum
system ekonomi kapitalis?
2.
Bagaimana perkembangan
ekonomi di Indonesia pada tahun 1965-1998?
3.
Bagaimana pengaruh
system ekonomi kapitalis terhadap perkembangan ekonomi di Indonesia pada tahun
1965-1998?
1.3
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
Mengetahui gambaran
umum system ekonomi kapitalis.
2.
Mengetahui perkembangan
ekonomi di Indonesia pada tahun 1965-1998.
3.
Mengetahui pengaruh
system ekonomi kapitalis terhadap perkembangan ekonomi di Indonesia pada tahun
1965-1998.
1.4
Metode penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
metode penelitian sejarah sebagai acuannya. Dalam metode sejarah dikenal lima
tahap, yaitu tahap pemilihan topik, heuristik (pengumpulan sumber), kritik
sumber, interpretasi, dan historiografi. Berikut penjelasan mengenai kelimanya.
1. Pemilihan
Topik
Pemilihan
topik sebaiknya digunakan dua pendekatan yakni, berdasarkan kedekatan emosional
dan intelektual. Kedekatan emosional peneliti dengan apa yang akan dikaji dalam
penelitian ini sudah sesuai karena penulis memang sangat tertarik dengan hal
yang berhubungan dengan ekonomi kapitalis. Secara
intelektual penelitian ini dilakukan karena masih sedikit tulisan yang mengkaji
tentang perkembangan ekonomi kapitalis di
Indonesia.
2. Heuristik
Dalam melakukan penelitian ini penulis
menggunakan beberapa pendekatan dengan menggunakan teori-teori dalam ilmu
sosial, yaitu dengan menggunakan studi pustaka.
3. Kritik
Sumber
Kritik
merupakan kemampuan dalam menilai sumber-sumber sejarah yang sudah didapatkan.
Kritik sumber dibedakan menjadi dua, yaitu kritik eksternal dan kritik
internal.
a. Kritik
eksternal
Dilakukan untuk mengetahui keautentikan suatu
dokumen yang dapat dilihat melalui kenyataan identitasnya, yaitu dengan cara
meneliti bahannya, jenis tulisannya, dan gaya bahasanya (Kartodirdjo, 1992:
10).
b. Kritik
Internal
Kritik internal dilakukan untuk menguji
pernyataan dan fakta yang ada didalam dokumen. Kritik dilakukan dengan cara
identifikasi penulisnya, sifat dan wataknya, daya ingatannya, jauh-dekatnya
dari peristiwa dalam waktu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pernyataan
tersebut dapat diandalkan atau tidak (Kartodirdjo, 1992: 10).
4. Interpretasi
Interpretasi
adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkaikannya hingga menjadi satu
kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari berbagai fakta yang ada kemudian
perlu disusun agar mempunyai bentuk dan struktur. Dari fakta-fakta yang
diperoleh, maka disini peneliti menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh sehingga
diperoleh struktur logisnya sesuai dengan fakta untuk menghindari suatu
penafsiran yang salah arti akibat pemikiran yang sempit.
5. Historiografi
Penulisan
sejarah atau historigrafi merupakan tahap akhir dari keseluruhan proses
penelitian peristiwa sejarah. Pada proses penulisan, peneliti menghubungkan
fakta satu dengan fakta yang lainnya berdasarkan konsep pemikiran yang
sistematis, logis, dan kronologis dengan memperhatikan pula segi kausalitas
(sebab-akibat).
II.
PEMBAHASAN
2.1
System
Ekonomi Kapitalis
Menurut
Grossman (1995 : 19) menyatakan bahwa dalam perekonomian, sistem adalah sifat
bahwa berbagai bagian dan komponen (unit dan agen ekonomi, lembaga) tidak hanya
saling berkaitan tapi juga saling mempengaruhi sedemikian rupa dengan suatu
tingkat tertentu konsistensi dan keeratan yang pasti. Dengan kata lain, system
harus suatu keseluruhan yang berfungsi walaupun tidak perlu dia berfungsi
dengan sempurna atau menurut keinginan kita.
Menurut
sejarahnya, awal mulanya system ekonomi di dunia terbagi menjadi tiga bagian
yaitu system ekonomi kapitalisme, system ekonomi komunisme, dan system ekonomi
sosialisme.
“Tata
system ekonomi yang terpenting dikenal
ada tiga, yaitu kapitalisme, komunisme, dan sosialisme. Istilah-istilah ini
timbul pada abad yang lalu, untuk menunjukkan keadaan ekonomi pada abad ke-19.
Sejak itu sudah banyak sekali perubahan, baik pandangan orang maupun dalam
keadaan diberbagai negara. Yang terpenting
bukan nama-nama tersebut (karena sebagian besar sudah tidak cocok dengan
keadaan sekarang) melainkan cara atau pola bagaimana suatu bangsa mengatur
perekonomiannya” (Gilarso, 1986 : 166).
Dari
kutipan tersebut dapat diketahui bahwa salah satu system ekonomi yaitu system
ekonomi kapitalis tidak dipakai lagi pada abad ke-19. Yang mana kemudian
berganti dengan system ekonomi liberalism. System ini muncul karena adanya
revolusi industry pada akhir abad ke-18. Dimana revolusi ini bertujuan untuk
memperbaiki dampak-dampak negative akibat penerapan system ekonomi kapitalis.
Menurut
Grossman (1995 :48) menyatakan bahwa pada masa permulaanya kapitalisme, segi
semangat yang sering mendapatkan penekanan adalah semangat usaha, berani
mengambil resiko, persaingan dan keinginan untuk mengadakan innovasi.
Dalam
sejarah perkembangan ekonomi di dunia, menurut Gilarso (1986, 167) menyatakan
bahwa pada zaman feodal para raja cenderung hanya menuntut upeti dan rodi dari
bawahan untuk kepentingan raja dan istana tanpa memperdulikan kondisi ekonomi
rakyatnya. Sebagai imbalan, maka raja berkewajiban menjaga keamanan daerahnya.
Dan ketika negara-negara nasional mulai terbentuk ( di Eropa sudah pada akhir abad
pertengahan) pemerintah-pemerintah mulai merasa berkepentingan untuk memajukan
perekonomian nasiional, serta mulai mengatur perdagangan internasional dan
produksi dalam negeri. Dimana
perkembangan ekonomi dunia sendiri tidak dapat lepas dari campurtangan aliran
merkantilisme (abad ke-17), tujuan aliran ini yaitu negara yang kuat. Negara
itu jaya kalau negara itu kaya. Menurut Grossman (1995 : 48) menyakatan bahwa
negara mempunyai hak dan kewajiban untuk mengatur dan melindungi usaha pribadi, dipandang
sebagai suatu alat kekuasaan dan
kemegahan negara yang semakin besar.
“Kapitalisme
adalah suatu perkataan yang sering dipakai tapi jarang diberikan batasan yang
tepat untuk sementara biarlah kapitalisme diberikan batasan suatu system
ekonomi dimana kekayaan produktif terutama dimiliki secara pribadi dan produksi
terutama dilakukan untuk penjualan” (Grossman, 1995 : 47). Dari kutipan
tersebut dapat diketahui bahwa tujuan kepemilikan pribadi sendiri adalah untuk
mendapatkan keuntungan yang besar dari penggunaan kekayaan produktif. Sehingga
tujuan tersebut dapat dijadikan sebagai motif mencari keuntungan bersama dengan
lembaga tertentu yang dilindungi dengan perjanjian hukum, dimana hal tersebut merupakan
alat atau sarana penyumbang utama kejayaan kapitalisme.
Menurut
Grossman (1995:49) menyatakan bahwa dalam pertumbuhan paham kapitalis yang
terutama yaitu industrialisasi oleh kapitalis sendiri yang melahirkan kelas
pekerja yang besar di negara-negara yang maju.
Dimana system ekonomi kapitalis sendiri cenderung dekat dengan
perekonomian pasar, sehingga system ekonomi ini lebih dikenal dengan model
perekonomian pasar kapitalisnya.
Menurut
Grossman (1995 : 66) mengemukakan bahwa model perekonomian kapitalis memiliki
cirri-ciri sebagai berikut :
1.
Semua sumber merupakan
milik pribadi.
2.
Perusahaan dijalankan oleh
pengusaha pemilik yang bertujuan untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya.
3.
Rumah tangga berusaha
untuk memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya.
4.
Tak ada perusahaan dan
rumah tangga yang cukup besar di pasar untuk mempengaruji harga barang yang dijual
dan dibeli, dengan kata lain terdapat persaingan sempurna.
5.
Pada pihak pemerintah
dihormati sehingga hak milik dan perjanjian di lindungi serta biaya pemunggutan
pajak lebih rendah.
6.
Perusahaan mempunyai
kebebasan usaha dan rumah tangga punya kemerdekaan untuk memilih.
7.
Harga pasar bergerak
bebas.
8.
Mekanisme pasar
mengkoordinir produksi dan membagikan pendapatan.
9. Buruh,
tidak terorganisir dan faktor produksi lain menerima balas jasa yang diberikan
oleh pasar kepada mereka.
Dari kutipan tersebut dapat diketahui
bahwa sebagian besar ciri-ciri ekonomi kapitalis sendiri cenderung terarah
untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya.
2.2
Perkembangan
Ekonomi di Indonesia pada Tahun 1965-1998
Pada tahun 1965 merupakan tahun dimana terjadi
pergantian kepemimpinan dari presiden Soekarno ke presiden Soeharto. Dimana
hal tersebut meletakkan Soeharto untuk menjabat sebagai presiden Indonesia. “Di awal
Orde Baru, Soeharto berusaha keras memperbaikan ekonomi Indonesia yang
terpuruk, dan berhasil untuk beberapa lama. Pada awal Soeharto menjadi presiden
keadaan ekonomi Indonesia sedang mengalami inflasi yang sangat tinggi yaitu
650% setahun” (Salim, 2010 dalam adypato.wordpress.com).
Dalam pemerintahan Soeharto, Soeharto melakukan
berbagai tindakan sebagai langkah pembangunan ekonomi Indonesia. “ Tujuan
jangka panjang dari pembangunan ekonomi Indonesia pada masa orde baru adalah
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui suatu proses industrialisasi
dalam skala besar (Tambunan, 2001: 21)”.
Salah satu langkah Soeharto dalam melakukan
pembangunan ekonomi Indonesia pada masa orde baru ini yaitu Soeharto yang selaku
presiden mengeluarkan kebijakan yang bertentangan dengan kebijakan yang dikeluarkan
oleh Soekarno, dimana Soekarno menolak menerima semua bentuk kerjasama dengan
pihak asing. Sedangkan, Soeharto mengobral perizinan bagi para investor asing
yang hendak berinvestasi di Indonesia. Langkah lain yang dilakukan Soeharto
dalam melakukan pembangunan ekonomi yaitu
Soeharto melakukan pinjaman dana (hutang) ke luar negeri dalam skala
besar. Pada masa orde baru ini menurut Wahab (1999:72) menyatakan bahwa
Soeharto menggerakkan ekonomi Indonesia dengan mengadopsi kebijakan ekonomi barat
yang bercorak kapitalis dengan tujuan utamanya capital intensive industry.
Dengan menempuh langkah-langkah tersebut
Soeharto mengantarkan tumbuh kembang perekonomian Indonesia kearah kemakmuran
hingga sekitar tahun 1980-an. Akan
tetapi, setelah itu muncul masalah baru akibat adanya penyalahgunaan kekuasaan
oleh Soeharto. Menurut Hisyam (2003 : 196) menyatakan bahwa sejak
awal tahun 1990-an Soeharto, anaknya dan
para kroninya berusaha memperkaya diri dan melanggengkan kekuasaanya dengan melakukan
praktek KKN, sehingga hukum melemah dan kontrol legislatif atas eksekutif juga ikut melemah, hal-hal tersebutlah yang
mengantarkan Indonesia berada pada posisi yang sangat sulit. Dimana
diwaktu yang bersamaan, sejumlah negara ASEAN sedang mengalami masalah dalam
pasar uang dan nilai mata uang, sehingga terjadi krisis ekonomi. Krisis ekonomi
yang dialami oleh negara-negara ASEAN juga dirasakan di Indonesia.
2.3
Pengaruh
System Ekonomi Kapitalis terhadap Perkembangan Ekonomi di Indonesia pada Tahun
1965-1998
Pada awal
pemerintahan Soeharto yaitu pada tahun 1950-an dan tahun 1960-an Indonesia
tidak memiliki kelas pemilik modal dalam negeri yang cukup besar. Dalam Orde
Baru ini unsure politik yang dominan adalah para pejabat berada dibawah
pengaruh kuat pihak militer, dimana pihak militer sendiri merupakan bagian dari
kelompok pejabat dan sejak tahun 1950-an banyak perwira pejabat yang diangkat
untuk menjabat dalam pemerintahan sipil sehingga kepentingan pihak militer
tetap terjaga. Menurut Robinson dalam Mc Vey (1998 : 108-109) menyatakan bahwa
hal tersebutlah yang menyebabkan munculnya kaum borjuis industry dalam negeri
yang cukup berarti pada tahun 1970-an mempunyai arti politik dan arti ekonomi
yang cukup besar. Meskipun borjuasi dalam negeri berawal dari basis yang sangat
kecil, perkembangannya sangat pesat selama tahun 1970an, dimana beberapa kelompok perusahaan besar
lahir dalam beragam industry. Kemudian menjelang tahun 1980, investasi dalam
negeri naik hingga mencapai hampir 50% dari total investasi di bidang industry
yang mengalami pertumbuhan yang cenderung cepat. Pertumbuhan tersebut berkaitan
dengan mahalnya harga minyak dan arus pendapatan dari minyak pada tahun 1970-an
yang dapat diterima Indonesia berupa penerimaan devisa dan pajak atas
perusahaan minyak. Kelompok-kelompok perusahaan baru sendiri bergantung pada
kebijaksanaan proteksi dan subsidi negara dan perlindungan oleh pusat kekuasaan birokrasi-politik.
Akhirnya kapitalis dalam negeri sangat mengandalkan peranan negara untuk
mendukung mereka dalam menghadapi modal asing. Hal inilah yang menyebabkan
peran kaum borjuis industry Indonesia tidak diperlukan lagi dalam perubahan
polituk dan ekonomi. Kemudian, pada tahun 1982, harga minyak jatuh dari US $36 menjadi US $28, dan pada tahun
1986 harga minyak jatuh sampai dengan US $10. Dengan menurunnya penerimaan dana
dari minyak, strategi ekonomi nasionalis yang menjadi rahasia utama negara,
investasi negara yang tinggi dan perlindungan politik, semua itu menjadi berada
pada ujung tanduk (beradda pada posisi terancam). Para pembuat kebijaksanaan
yang mendukung strategi pengembangan industry dalam negeri melalui substitusi
impor terpaksa menyerahkan tempat kepada pihak yang mendukung kebijaksanaan
mengembangan industry berdasarkan kekuatan pasar bebas, keunggulan bersaing dan
produksi untuk ekspor.
Menurut Robinson
dalam Mc Vey (1998 : 116) menyatakan bahwa untuk menggantikan pendapatan minyak
yang hilang, pemerintah terpaksa berpaling pada strategi berorientasi ekspor. Dalam
upaya mengecilkan tekanan anggaran belanja yang dihadapi negara, pemerintah
membatalkan berbagai proyek industry dan infrastruktur besar dan berusaha
memperbanyak sumber pendapatan dalam negeri terutama melalui bertambahnya nilai
pajak. Selain itu, mengubah berbagai pembatasan untuk para investator
asing yang berlaku sejak tahun 1970-an.
Menjelang akhir
tahun 1980-an, kaum kapitalis di Indonesia mulai merasakan masa-masa kritis
dari sudut ekonomi dan sudut politik. Menurut Robinson dalam Mc Vey (1998 :
102) menyatakan bahwa pertama, kaum kapitalis dihadapkan pada melemahnya tahap
pembangunan industry Indonesia yang berorientasi dalam negeri, yang selama
hampir empat puluh tahun bertumpu pada ekspor minyak dan industry subsitusi
impor. Yang kedua, mereka dihadapkan pada ketidak pastian mengenai arah masa
depan rezim otoriter Soeharto yang selama hampir tiga puluh tahun dikuasai oleh
pejabat negara, baik sipil ataupun militer.
Krisis anggaran pada
tahun 1980-an memaksa pemerintah untuk pertama kalinya memberikan perhatian
yang serius pada sector nonminyak yaitu industry olahan seperti semen, gula,
benang sintesis, dan lain-lain. Meskipun perekonomian Indonesia pada masa Orde
Baru mengalami pemerosotan karena menurunnya harga minyak, kelas kapitalis
dalam negeri berhasil memperbaiki kedudukannya di sector industry olahan.
Namun perekonomian Indonesia
kembali mengalami beberapa masalah yaitu menurut divisi riset JP Morgan dalam
Sjahrir (1999:25) menyatakan bahwa ditahun 1997 total utang luar negeri
Indonesia adalah 128 miliar dolar. Tapi angka yang didapat dari Bank Indonesia
lebih kecil dari itu, sekitar 116 miliar dolar AS. Masalah lainnya yaitu
masalah stabilitas keuangan, masalah perbankan Indonesia, dan masalah hubungan
pemerintahan Indonesia dan masalah swasta.
Menurut Syahrir (1999:3-4) mengemukakan
bahwa ada tiga perspektif yang beredar mengenai tatanan dunia yang menjadi
pengaruh besar terjadinya krisis ekonomi tahun 1998 ketiga perspektif tersebut
yaitu : pertama sistem dunia yang sedang terjadi pada tahun 1998 tersebut
sebagai sisitem kapitalis internasional, dalam system ini peran Negara-negara
berkembang lebih bersifat dipinggir atau peripheral. Kedua perspektif mengenai
pemikiran klasik dan neoklasik, pemikiran ini mengembangkan pemikiran bahwa
perdagangan internasional adalah saling menguntungkan karena adanya comparative advantage dari masing-masing
negara. Perspektif ketiga penempatan peran Negara yang mempunyai perbedaan
sangat jauh sekali dan mulai melihat
dunia ini sebagai sesuatu yang terkadang sulit diperkirakan dan terkadang pula
perkembangannya semakin menekan peran Negara.
Selain adanya pengaruh
ekonomi kapitalis dalam perkembangan perekonomian Indonesia. Disisi lain, muncul
masalah praktik KKN yang dijalankan oleh pihak pemerintahan dan banyak pejabat
Orde Baru yang terlibat didalamnya. Dimana dari beberapa rangkaian masalah yang
harus dihadapi Indonesia itulah yang mengakibatkan Indonesia mengalami krisis
ekonomi pada akhir pemerintahan Orde Baru.
III.
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari
keterangan-keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa perkembangan
ekonomi di Indonesia pada masa Orde Baru yang berlangsung pada tahun 1965
sampai dengan 1998 yang berada dibawah pemerintahan Soeharto mendapat pengaruh
yang cukup besar dari perkembangan system ekonomi kapitalis dunia. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan adanya krisis moneter yang terjadi pada akhir
pemerintahan Soeharto akibat adanya penerapan system ekonomi kapitalis yang
berlebihan. Dimana hal ini menyebabkan kondisi pasar tidak terkendali dan
mengakibatkan terjadinya krisis.
Selain
itu, pada pemerintahan Orde Baru, Soeharto yang menjabat sebagai kepala negara juga telah mengobral perizinan dan tidak
membatasi jumlah bagi pemodal asing yang ingin menanamkan modal atau
berinvestasi di Indonesia. Aturan yang muncul akibat desakan menurunnya devisa
negara yaitu jatuhnya harga minyak tersebut juga telah memberikan ruang bagi gerak
pada para investor asing, banyaknya pemodal asing tersebut menjadikan
perekonomian di Indonesia cenderung dikuasai oleh para investor asing seperti
investor China. Yang mana pada akhir
pemerintahan Orde Baru, Soeharto memberikan pukulan yang tajam untuk Indonesia
mengalami krisis ekonomi.
3.2
Saran
Saran ditujukan kepada pemerintah Indonesia agar
lebih membatasi perkembangan system ekonomi kapitalis di Indonesia untuk
menjaga stabilitas sosial masyarakat sehingga meminimalkan adanya kesenjangan
sosial di kalangan masyarakat Indonesia. Saran berikutnya ditujukan kepada para
pelaku ekonomi agar tidak hanya bertujuan untuk memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya guna memperkaya diri mereka sendiri melainkan juga memikirkan
kondisi berbagai pihak lain.
DAFTAR RUJUKAN
Adypato.
2010. Kondisi ekonomi indonesia pada masa
orde baru. (online), (http://adypato.wordpress.com), diakses pada 12 September 2013.
Gilarso, T.
1986. Ekonomi Indonesia, sebuah pengantar
jilid I. Yogyakarta : Kanisius.
Grossman,
Gregory. 1995. System-Sistem Ekonomi.
Jakarta : Bumi Aksara.
Hisyam,
Muhammad. Krisis masa kini dan orde baru.
2003. Jakarta: Yayasan obor Indonesia
Kartodirdjo,
S. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam
Metodologi Sejarah. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Umum.
Mc Vey, Ruth.
1997. Kaum Kapitalis Asia Tenggara.
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Sjahrir.
1999. Krisis Ekonomi Menuju Reformasi
Total. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia & Yayasan Padi dan Kapas.
Tambunan,
Tulus T.H. 2001. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Wahab,
Solichin Abdul. 1999. Ekonomi Politik
Pembangunan: Bisnis Indonesia Era Orde Baru dan di Tengah Krisis Moneter. Malang:
PT Danar Wijaya.
No comments:
Post a Comment