Songs

Sunday, December 8, 2013

Vivilia Puspita

PENGARUH SISTEM EKONOMI KAPITALIS TERHADAP PERKEMBANGAN EKONOMI DI INDONESIA  PADA TAHUN 1965-1998
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Sejarah Perekonomian
Yang dibina oleh Bapak Haryono dan Ibu Indah
oleh:
Vivilia Puspita (110731435538)

I.              PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Dewasa ini masalah perkembangan ekonomi di Indonesia cenderung bergantung pada penanam modal asing yang nanamkan modalnya di Indonesia.  Para penanam modal inilah yang mempengaruhi perkembangan ekonomi di Indonesia. Para penanam modal asing ini cenderung menerapkan system ekonomi kapitalis guna memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
System ekonomi kapitalis tersebut pada kenyataannya sudah berlangsung sejak masa colonial Belanda. Pemerintahan Belanda menerapkan system kapitalis dalam melakukan penjajahannya di Indonesia, hal tersebut dibuktikan dengan adanya penerapan cultuur stelsel yang dimana mewajibkan setiap desa menyisihkan tanahnya sekitar 20% untuk ditanami tanaman yang dapat diekspor. Dimana hasil panen dari tanaman tersebut harus dijual dan diserahkan kepada pihak pemerintah colonial dengan harga yang sudah ditentukan oleh pihak pemerintah colonial. Selain itu pemerintah colonial juga memberlakukan berbagai macam pajak yang dimana hal ini menyebabkan orang-orang pribumi semakin tidak memperoleh ruang untuk mendapatkan hak mereka atas kekayaan yang seharusnya menjadi miliknya.
System ekonomi yang seperti inilah yang menyebabkan kesenjangan dalam kehidupan, adanya kesengsaraan yang mendalam bagi pihak yang hanya memiliki modal yang tidak banyak atau bahkan pihak yang tidak memiliki modal sama sekali (buruh), sedangkan pihak yang memiliki modal yang banyak akan memperoleh keuntungan atau kekayaan yang sebanyak-banyaknya. System ekonomi ini dikenal dengan sebutan system ekonomi kapitalis, dimana yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. System ekonomi kapitalis sendiri sudah berkembangan sekitar pertengahan abad ke-18, namun sampai sekarang di tahun 2013 ini system ekonomi kapitalis cenderung masih diterapkan oleh beberapa pihak guna memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, walaupun dalam realitanya system ekonomi tersebut telah dihentikan karena memicu berbagai kritik pedas dari berbagai pihak  pada awal perkembangan system ekonomi liberal. Dari keterangan-keterangan tersebut yang memotivasi penulis untuk menulis makalah yang berjudul  Pengaruh Sistem Ekonomi Kapitalis Terhadap Perkembangan Ekonomi di Indonesia  pada Tahun 1965-1998”
1.2         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana gambaran umum system ekonomi kapitalis?
2.    Bagaimana perkembangan ekonomi di Indonesia pada tahun 1965-1998?
3.    Bagaimana pengaruh system ekonomi kapitalis terhadap perkembangan ekonomi di Indonesia pada tahun 1965-1998?

1.3         Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.        Mengetahui gambaran umum system ekonomi kapitalis.
2.        Mengetahui perkembangan ekonomi di Indonesia pada tahun 1965-1998.
3.        Mengetahui pengaruh system ekonomi kapitalis terhadap perkembangan ekonomi di Indonesia pada tahun 1965-1998.

1.4              Metode penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian sejarah sebagai acuannya. Dalam metode sejarah dikenal lima tahap, yaitu tahap pemilihan topik, heuristik (pengumpulan sumber), kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Berikut penjelasan mengenai kelimanya.
1.      Pemilihan Topik
Pemilihan topik sebaiknya digunakan dua pendekatan yakni, berdasarkan kedekatan emosional dan intelektual. Kedekatan emosional peneliti dengan apa yang akan dikaji dalam penelitian ini sudah sesuai karena penulis memang sangat tertarik dengan hal yang berhubungan dengan ekonomi kapitalis. Secara intelektual penelitian ini dilakukan karena masih sedikit tulisan yang mengkaji tentang perkembangan ekonomi kapitalis di Indonesia.
2.      Heuristik
Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan beberapa pendekatan dengan menggunakan teori-teori dalam ilmu sosial, yaitu dengan menggunakan studi pustaka.
3.      Kritik Sumber
Kritik merupakan kemampuan dalam menilai sumber-sumber sejarah yang sudah didapatkan. Kritik sumber dibedakan menjadi dua, yaitu kritik eksternal dan kritik internal.
a.       Kritik eksternal
Dilakukan untuk mengetahui keautentikan suatu dokumen yang dapat dilihat melalui kenyataan identitasnya, yaitu dengan cara meneliti bahannya, jenis tulisannya, dan gaya bahasanya (Kartodirdjo, 1992: 10).
b.      Kritik Internal
Kritik internal dilakukan untuk menguji pernyataan dan fakta yang ada didalam dokumen. Kritik dilakukan dengan cara identifikasi penulisnya, sifat dan wataknya, daya ingatannya, jauh-dekatnya dari peristiwa dalam waktu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pernyataan tersebut dapat diandalkan atau tidak (Kartodirdjo, 1992: 10).
4.      Interpretasi
Interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkaikannya hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari berbagai fakta yang ada kemudian perlu disusun agar mempunyai bentuk dan struktur. Dari fakta-fakta yang diperoleh, maka disini peneliti menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh sehingga diperoleh struktur logisnya sesuai dengan fakta untuk menghindari suatu penafsiran yang salah arti akibat pemikiran yang sempit.


5.      Historiografi
Penulisan sejarah atau historigrafi merupakan tahap akhir dari keseluruhan proses penelitian peristiwa sejarah. Pada proses penulisan, peneliti menghubungkan fakta satu dengan fakta yang lainnya berdasarkan konsep pemikiran yang sistematis, logis, dan kronologis dengan memperhatikan pula segi kausalitas (sebab-akibat).


II.           PEMBAHASAN
2.1         System Ekonomi Kapitalis
Menurut Grossman (1995 : 19) menyatakan bahwa dalam perekonomian, sistem adalah sifat bahwa berbagai bagian dan komponen (unit dan agen ekonomi, lembaga) tidak hanya saling berkaitan tapi juga saling mempengaruhi sedemikian rupa dengan suatu tingkat tertentu konsistensi dan keeratan yang pasti. Dengan kata lain, system harus suatu keseluruhan yang berfungsi walaupun tidak perlu dia berfungsi dengan sempurna atau menurut keinginan kita.
Menurut sejarahnya, awal mulanya system ekonomi di dunia terbagi menjadi tiga bagian yaitu system ekonomi kapitalisme, system ekonomi komunisme, dan system ekonomi sosialisme.
“Tata system ekonomi  yang terpenting dikenal ada tiga, yaitu kapitalisme, komunisme, dan sosialisme. Istilah-istilah ini timbul pada abad yang lalu, untuk menunjukkan keadaan ekonomi pada abad ke-19. Sejak itu sudah banyak sekali perubahan, baik pandangan orang maupun dalam keadaan diberbagai negara. Yang terpenting  bukan nama-nama tersebut (karena sebagian besar sudah tidak cocok dengan keadaan sekarang) melainkan cara atau pola bagaimana suatu bangsa mengatur perekonomiannya”  (Gilarso, 1986 : 166).

Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa salah satu system ekonomi yaitu system ekonomi kapitalis tidak dipakai lagi pada abad ke-19. Yang mana kemudian berganti dengan system ekonomi liberalism. System ini muncul karena adanya revolusi industry pada akhir abad ke-18. Dimana revolusi ini bertujuan untuk memperbaiki dampak-dampak negative akibat penerapan system ekonomi kapitalis.
Menurut Grossman (1995 :48) menyatakan bahwa pada masa permulaanya kapitalisme, segi semangat yang sering mendapatkan penekanan adalah semangat usaha, berani mengambil resiko, persaingan dan keinginan untuk mengadakan innovasi.
Dalam sejarah perkembangan ekonomi di dunia, menurut Gilarso (1986, 167) menyatakan bahwa pada zaman feodal para raja cenderung hanya menuntut upeti dan rodi dari bawahan untuk kepentingan raja dan istana tanpa memperdulikan kondisi ekonomi rakyatnya. Sebagai imbalan, maka raja berkewajiban menjaga keamanan daerahnya. Dan ketika negara-negara nasional mulai terbentuk ( di Eropa sudah pada akhir abad pertengahan) pemerintah-pemerintah mulai merasa berkepentingan untuk memajukan perekonomian nasiional, serta mulai mengatur perdagangan internasional dan produksi dalam negeri.  Dimana perkembangan ekonomi dunia sendiri tidak dapat lepas dari campurtangan aliran merkantilisme (abad ke-17), tujuan aliran ini yaitu negara yang kuat. Negara itu jaya kalau negara itu kaya. Menurut Grossman (1995 : 48) menyakatan bahwa negara mempunyai hak dan kewajiban untuk mengatur  dan melindungi usaha pribadi, dipandang sebagai suatu alat kekuasaan  dan kemegahan negara yang semakin besar.
“Kapitalisme adalah suatu perkataan yang sering dipakai tapi jarang diberikan batasan yang tepat untuk sementara biarlah kapitalisme diberikan batasan suatu system ekonomi dimana kekayaan produktif terutama dimiliki secara pribadi dan produksi terutama dilakukan untuk penjualan” (Grossman, 1995 : 47). Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa tujuan kepemilikan pribadi sendiri adalah untuk mendapatkan keuntungan yang besar dari penggunaan kekayaan produktif. Sehingga tujuan tersebut dapat dijadikan sebagai motif mencari keuntungan bersama dengan lembaga tertentu yang dilindungi dengan perjanjian hukum, dimana hal tersebut merupakan alat atau sarana penyumbang utama kejayaan kapitalisme.
Menurut Grossman (1995:49) menyatakan bahwa dalam pertumbuhan paham kapitalis yang terutama yaitu industrialisasi oleh kapitalis sendiri yang melahirkan kelas pekerja yang besar di negara-negara yang maju.  Dimana system ekonomi kapitalis sendiri cenderung dekat dengan perekonomian pasar, sehingga system ekonomi ini lebih dikenal dengan model perekonomian pasar kapitalisnya.
Menurut Grossman (1995 : 66) mengemukakan bahwa model perekonomian kapitalis memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1.      Semua sumber merupakan milik pribadi.
2.      Perusahaan dijalankan oleh pengusaha pemilik yang bertujuan untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya.
3.      Rumah tangga berusaha untuk memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya.
4.      Tak ada perusahaan dan rumah tangga yang cukup besar di pasar untuk mempengaruji harga barang yang dijual dan dibeli, dengan kata lain terdapat persaingan sempurna.
5.      Pada pihak pemerintah dihormati sehingga hak milik dan perjanjian di lindungi serta biaya pemunggutan pajak lebih rendah.
6.      Perusahaan mempunyai kebebasan usaha dan rumah tangga punya kemerdekaan untuk memilih.
7.      Harga pasar bergerak bebas.
8.      Mekanisme pasar mengkoordinir produksi dan membagikan pendapatan.
9.      Buruh, tidak terorganisir dan faktor produksi lain menerima balas jasa yang diberikan oleh pasar kepada mereka.
Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar ciri-ciri ekonomi kapitalis sendiri cenderung terarah untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya.
2.2         Perkembangan Ekonomi di Indonesia pada Tahun 1965-1998
Pada tahun 1965 merupakan tahun dimana terjadi pergantian kepemimpinan dari presiden Soekarno ke presiden Soeharto. Dimana hal tersebut meletakkan Soeharto untuk menjabat sebagai presiden Indonesia. “Di awal Orde Baru, Soeharto berusaha keras memperbaikan ekonomi Indonesia yang terpuruk, dan berhasil untuk beberapa lama. Pada awal Soeharto menjadi presiden keadaan ekonomi Indonesia sedang mengalami inflasi yang sangat tinggi yaitu 650% setahun” (Salim, 2010 dalam adypato.wordpress.com).
Dalam pemerintahan Soeharto, Soeharto melakukan berbagai tindakan sebagai langkah pembangunan ekonomi Indonesia. “ Tujuan jangka panjang dari pembangunan ekonomi Indonesia pada masa orde baru adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui suatu proses industrialisasi dalam skala besar (Tambunan, 2001: 21)”.
Salah satu langkah Soeharto dalam melakukan pembangunan ekonomi Indonesia pada masa orde baru ini yaitu Soeharto yang selaku presiden mengeluarkan kebijakan yang bertentangan dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Soekarno, dimana Soekarno menolak menerima semua bentuk kerjasama dengan pihak asing. Sedangkan, Soeharto mengobral perizinan bagi para investor asing yang hendak berinvestasi di Indonesia. Langkah lain yang dilakukan Soeharto dalam melakukan pembangunan ekonomi yaitu  Soeharto melakukan pinjaman dana (hutang) ke luar negeri dalam skala besar. Pada masa orde baru ini menurut Wahab (1999:72) menyatakan bahwa Soeharto menggerakkan ekonomi Indonesia dengan mengadopsi kebijakan ekonomi barat yang bercorak kapitalis dengan tujuan utamanya capital intensive industry.
Dengan menempuh langkah-langkah tersebut Soeharto mengantarkan tumbuh kembang perekonomian Indonesia kearah kemakmuran hingga sekitar tahun 1980-an.  Akan tetapi, setelah itu muncul masalah baru akibat adanya penyalahgunaan kekuasaan oleh Soeharto. Menurut Hisyam (2003 : 196) menyatakan bahwa sejak awal tahun 1990-an  Soeharto, anaknya dan para kroninya berusaha memperkaya diri dan melanggengkan kekuasaanya dengan melakukan praktek KKN, sehingga hukum melemah dan kontrol legislatif atas eksekutif  juga ikut melemah, hal-hal tersebutlah yang mengantarkan Indonesia berada pada posisi yang sangat sulit. Dimana diwaktu yang bersamaan, sejumlah negara ASEAN sedang mengalami masalah dalam pasar uang dan nilai mata uang, sehingga terjadi krisis ekonomi. Krisis ekonomi yang dialami oleh negara-negara ASEAN juga dirasakan di Indonesia.
2.3         Pengaruh System Ekonomi Kapitalis terhadap Perkembangan Ekonomi di Indonesia pada Tahun 1965-1998
Pada awal pemerintahan Soeharto yaitu pada tahun 1950-an dan tahun 1960-an Indonesia tidak memiliki kelas pemilik modal dalam negeri yang cukup besar. Dalam Orde Baru ini unsure politik yang dominan adalah para pejabat berada dibawah pengaruh kuat pihak militer, dimana pihak militer sendiri merupakan bagian dari kelompok pejabat dan sejak tahun 1950-an banyak perwira pejabat yang diangkat untuk menjabat dalam pemerintahan sipil sehingga kepentingan pihak militer tetap terjaga. Menurut Robinson dalam Mc Vey (1998 : 108-109) menyatakan bahwa hal tersebutlah yang menyebabkan munculnya kaum borjuis industry dalam negeri yang cukup berarti pada tahun 1970-an mempunyai arti politik dan arti ekonomi yang cukup besar. Meskipun borjuasi dalam negeri berawal dari basis yang sangat kecil, perkembangannya sangat pesat selama tahun 1970an,  dimana beberapa kelompok perusahaan besar lahir dalam beragam industry. Kemudian menjelang tahun 1980, investasi dalam negeri naik hingga mencapai hampir 50% dari total investasi di bidang industry yang mengalami pertumbuhan yang cenderung cepat. Pertumbuhan tersebut berkaitan dengan mahalnya harga minyak dan arus pendapatan dari minyak pada tahun 1970-an yang dapat diterima Indonesia berupa penerimaan devisa dan pajak atas perusahaan minyak. Kelompok-kelompok perusahaan baru sendiri bergantung pada kebijaksanaan proteksi dan subsidi negara dan perlindungan  oleh pusat kekuasaan birokrasi-politik. Akhirnya kapitalis dalam negeri sangat mengandalkan peranan negara untuk mendukung mereka dalam menghadapi modal asing. Hal inilah yang menyebabkan peran kaum borjuis industry Indonesia tidak diperlukan lagi dalam perubahan polituk dan ekonomi. Kemudian, pada tahun 1982, harga minyak jatuh  dari US $36 menjadi US $28, dan pada tahun 1986 harga minyak jatuh sampai dengan US $10. Dengan menurunnya penerimaan dana dari minyak, strategi ekonomi nasionalis yang menjadi rahasia utama negara, investasi negara yang tinggi dan perlindungan politik, semua itu menjadi berada pada ujung tanduk (beradda pada posisi terancam). Para pembuat kebijaksanaan yang mendukung strategi pengembangan industry dalam negeri melalui substitusi impor terpaksa menyerahkan tempat kepada pihak yang mendukung kebijaksanaan mengembangan industry berdasarkan kekuatan pasar bebas, keunggulan bersaing dan produksi untuk ekspor.
Menurut Robinson dalam Mc Vey (1998 : 116) menyatakan bahwa untuk menggantikan pendapatan minyak yang hilang, pemerintah terpaksa berpaling pada strategi berorientasi ekspor. Dalam upaya mengecilkan tekanan anggaran belanja yang dihadapi negara, pemerintah membatalkan berbagai proyek industry dan infrastruktur besar dan berusaha memperbanyak sumber pendapatan dalam negeri terutama melalui bertambahnya nilai pajak. Selain itu, mengubah berbagai pembatasan untuk para investator asing  yang berlaku sejak tahun 1970-an.
Menjelang akhir tahun 1980-an, kaum kapitalis di Indonesia mulai merasakan masa-masa kritis dari sudut ekonomi dan sudut politik. Menurut Robinson dalam Mc Vey (1998 : 102) menyatakan bahwa pertama, kaum kapitalis dihadapkan pada melemahnya tahap pembangunan industry Indonesia yang berorientasi dalam negeri, yang selama hampir empat puluh tahun bertumpu pada ekspor minyak dan industry subsitusi impor. Yang kedua, mereka dihadapkan pada ketidak pastian mengenai arah masa depan rezim otoriter Soeharto yang selama hampir tiga puluh tahun dikuasai oleh pejabat negara, baik sipil ataupun militer.
Krisis anggaran pada tahun 1980-an memaksa pemerintah untuk pertama kalinya memberikan perhatian yang serius pada sector nonminyak yaitu industry olahan seperti semen, gula, benang sintesis, dan lain-lain. Meskipun perekonomian Indonesia pada masa Orde Baru mengalami pemerosotan karena menurunnya harga minyak, kelas kapitalis dalam negeri berhasil memperbaiki kedudukannya di sector industry olahan.
Namun perekonomian Indonesia kembali mengalami beberapa masalah yaitu menurut divisi riset JP Morgan dalam Sjahrir (1999:25) menyatakan bahwa ditahun 1997 total utang luar negeri Indonesia adalah 128 miliar dolar. Tapi angka yang didapat dari Bank Indonesia lebih kecil dari itu, sekitar 116 miliar dolar AS. Masalah lainnya yaitu masalah stabilitas keuangan, masalah perbankan Indonesia, dan masalah hubungan pemerintahan Indonesia dan masalah swasta.
Menurut Syahrir (1999:3-4) mengemukakan bahwa ada tiga perspektif yang beredar mengenai tatanan dunia yang menjadi pengaruh besar terjadinya krisis ekonomi tahun 1998 ketiga perspektif tersebut yaitu : pertama sistem dunia yang sedang terjadi pada tahun 1998 tersebut sebagai sisitem kapitalis internasional, dalam system ini peran Negara-negara berkembang lebih bersifat dipinggir atau peripheral. Kedua perspektif mengenai pemikiran klasik dan neoklasik, pemikiran ini mengembangkan pemikiran bahwa perdagangan internasional adalah saling menguntungkan karena adanya comparative advantage dari masing-masing negara. Perspektif ketiga penempatan peran Negara yang mempunyai perbedaan sangat jauh sekali  dan mulai melihat dunia ini sebagai sesuatu yang terkadang sulit diperkirakan dan terkadang pula perkembangannya semakin menekan peran Negara.
Selain adanya pengaruh ekonomi kapitalis dalam perkembangan perekonomian Indonesia. Disisi lain, muncul masalah praktik KKN yang dijalankan oleh pihak pemerintahan dan banyak pejabat Orde Baru yang terlibat didalamnya. Dimana dari beberapa rangkaian masalah yang harus dihadapi Indonesia itulah yang mengakibatkan Indonesia mengalami krisis ekonomi pada akhir pemerintahan Orde Baru.


III.        PENUTUP
3.1         Kesimpulan
Dari keterangan-keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa perkembangan ekonomi di Indonesia pada masa Orde Baru yang berlangsung pada tahun 1965 sampai dengan 1998 yang berada dibawah pemerintahan Soeharto mendapat pengaruh yang cukup besar dari perkembangan system ekonomi kapitalis dunia. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya krisis moneter yang terjadi pada akhir pemerintahan Soeharto akibat adanya penerapan system ekonomi kapitalis yang berlebihan. Dimana hal ini menyebabkan kondisi pasar tidak terkendali dan mengakibatkan terjadinya krisis.
Selain itu, pada pemerintahan Orde Baru, Soeharto yang menjabat sebagai kepala negara  juga telah mengobral perizinan dan tidak membatasi jumlah bagi pemodal asing yang ingin menanamkan modal atau berinvestasi di Indonesia. Aturan yang muncul akibat desakan menurunnya devisa negara yaitu jatuhnya harga minyak tersebut juga telah memberikan ruang bagi gerak pada para investor asing, banyaknya pemodal asing tersebut menjadikan perekonomian di Indonesia cenderung dikuasai oleh para investor asing seperti investor China. Yang mana pada  akhir pemerintahan Orde Baru, Soeharto memberikan pukulan yang tajam untuk Indonesia mengalami krisis ekonomi.

3.2         Saran
Saran ditujukan kepada pemerintah Indonesia agar lebih membatasi perkembangan system ekonomi kapitalis di Indonesia untuk menjaga stabilitas sosial masyarakat sehingga meminimalkan adanya kesenjangan sosial di kalangan masyarakat Indonesia. Saran berikutnya ditujukan kepada para pelaku ekonomi agar tidak hanya bertujuan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya guna memperkaya diri mereka sendiri melainkan juga memikirkan kondisi berbagai pihak lain.


DAFTAR RUJUKAN

Adypato. 2010. Kondisi ekonomi indonesia pada masa orde baru. (online), (http://adypato.wordpress.com),  diakses pada 12 September 2013.
Gilarso, T. 1986. Ekonomi Indonesia, sebuah pengantar jilid I. Yogyakarta : Kanisius.
Grossman, Gregory. 1995. System-Sistem Ekonomi. Jakarta : Bumi Aksara.
Hisyam, Muhammad. Krisis masa kini dan orde baru. 2003. Jakarta: Yayasan obor Indonesia
Kartodirdjo, S. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Umum.
Mc Vey, Ruth. 1997. Kaum Kapitalis Asia Tenggara. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Sjahrir. 1999. Krisis Ekonomi Menuju Reformasi Total. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia & Yayasan Padi dan Kapas.
Tambunan, Tulus T.H. 2001.  Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia
Wahab, Solichin Abdul. 1999. Ekonomi Politik Pembangunan: Bisnis Indonesia Era Orde Baru dan di Tengah Krisis Moneter. Malang: PT Danar Wijaya.


 

No comments:

Post a Comment