Songs

Sunday, December 8, 2013

Nazwar Kholiludin



TRADISI ZIARAH MAKAM KANJENG SEPUH SEBAGAI PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT DI DESA KAUMAN KECAMATAN SIDAYU KABUPATEN GRESIK TAHUN 2012


MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sejarah Perekonomian
Yang dibina oleh Ibu Indah dan Bapak Hariyono


Oleh
Nazwar Kholilluddin
110731435536


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Makna Tradisi  Ziarah Dan Nyekar Jum’at Pahing Makam Kanjeng Sepuh Di Desa Kauman Kecamatan Sidayu Bagi Para Peziarah

Desa Kauman secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik. Tradisi ziarah  di makam kanjeng sepuh masih dilakukan sampai sekarang ini, dan tradisi tersebut tidak akan luntur malah semakin tahun peziarahnya semakin banyak, hal ini tidak berpengaruh  terhadap perkembangan zaman  dan kemajuan teknologi serta kemajuan tingkat pendidikan masyarakat Desa Kauman Kecamatan Sidayu sehingga tradisi ini masih tetap ramai dan berkembang sampai sekarang. Peziarah yang nyekar di makam ini tidak hanya dari Desa Kauman Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik tetapi dari luar daerah Sidayu bahkan Lamongan, Tuban, Surabaya, dll. Tradisi ini sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya. Tradisi nyekar jum’at pahing tersebut terjadi karena masyarakat Sidayu dan luar Sidayu percaya bisa mendapat barokah dari ziarah ke makam tersebut.
            Menurut bapak farhan selaku juru kunci makam kanjeng sepuh, beliau mengatakan bahwa “ para peziarah yang nyekar jum’at pahing ini percaya bisa mendapat barokah dari berziarah ke makam kanjeng sepuh ini”, dan para peziarah hanya membawa kembang yang digunakan untuk nyekar. Dalam kebudayaan jawa, apabila ke makam, setidaknya harus membawa kembang yang dipercayai bisa mengharumkam makam dan orang yang meninggal bisa tenang disana.

2.2 Pengaruh Tradisi Ziarah dan Nyekar Jum’at Pahing Makam Kanjeng Sepuh Terhadap Pengembangan Ekonomi Pada Masyarakat Desa Kauman Kecamatan Sidayu
Bagi masyarakat Jawa khususnya, sesuatu yang bernilai keramat pasti akan menarik nilai kereligiusannya untuk dikunjungi, oleh karena itu tidak mengherankan apabila komplek makam Kanjeng Sepuh banyak dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah di luar Sidayu. Dan puncaknya terjadi pada hari jumat pahing yaitu tradisi nyekar di makam Kanjeng Sepuh oleh masyarakat Sidayu dan sekitarnya. Hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan menciptakan situasi dan kondisi tertentu bagi lingkungan masyarakat di Sidayu. Terlebih lagi dalam tradisi nyekar di makam Kanjeng Sepuh ini, para peziarah melakukan semacam prosesi sederhana yang membutuhkan alat dan perlengkapan seperti bunga atau kembang.
Adanya tradisi nyekar di makam Kanjeng Sepuh tidak hanya menciptakan suasana ramai tetapi juga bisa memberi peluang kerja sebagai pengembangan ekonomi masyarakat yang telah memberi tambahan pendapatan bagi kehidupan masyarakat setempat, khususnya bagi masyarakat yang memiliki jiwa wirausaha yang kuat. Dengan adanya tradisi nyeker yang dilakukan setiap hari jum’at pahing dengan jumlah peziarah yang cukup banyak menyebabkan suasana lingkungan makam Kanjeng Sepuh ramai oleh para pengunjung baik para peziarah maupun para pengunjung yang hanya sekedar berwisata religi dan
sejarah.
Ada beberapa usaha baik dibidang perdagangan maupun jasa yang ditawarkan oleh masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan para peziarah, baik untuk keperluan makan dan minum, sarana berziarah seperti kembang, juga ada jasa parkir bagi para peziarah yang membawa kendaraan bermotor. Selain itu terdapat juga Pasar pahing Sidayu, har-toko/ kios-kios, warung, dan lain-lain yang berada disekitar komplek makam Kanjeng Sepuh.
Selain itu masih terdapat puluhan pedagang musiman yang berdagang ketika sedang tidak menjalankan pekerjaan utama mereka. Aktivitas tradisi nyekar di makam Kanjeng Sepuh tidak hanya memberi peluang dan pengembangan ekonomi bagi masyarakat sekitar makam pada akhirnya meningkatkan pendapatan masyarakat saja tapi juga memberi pendapatan bagi Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pendapatan Daerah Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik.  
Setiap ada keramaian pada suatu obyek wisata pasti membawa peningkatan pendapatan rumah tangga pada masyarakat sekitarnya, karena dengan banyaknya pengunjung yang datang ke tempat tersebut dapat memberikan peluang kerja bagi masyarakat sekitar makam. Hal demikian dikarenakan tradisi ziarah makam merupakan daya tarik wisata religi yang kuat disamping _harisma seorang Kanjeng Sepuh yang dapat memberikan keberkahan, kedua hal ini memiliki magnet yang sagat kuat untuk menarik peziarah yang mencari keberkahan maupun wisatawan yang ingin melihat-lihat saja.
Hasil dan Temuan
Pengembangan ekonomi yang tampak dari pelaksanaan tradisi ziarah atau nyekar yang dilakukan di makam kanjeng sepuh di desa kauman yaitu bagi masyarakat jawa khususnya sesuatu yang bernilai keramat pasti akan menarik nilai kereligiusannya untuk dikunjungi, oleh karena itu tidak mengherankan apabila komplek makam kanjeng sepuh banyak dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah seperti :lamongan, sidoarjo, solo, tuban dan lain-lain. Hal tersebut secara tidak langsung maupun menciptakan siatuasi dan kondisi tertenti bagi lingkungan masyarakat di desa kauman. Terlebih lagi dalam berziarah di makam kanjeng sepuh ini, para peziarah melakukan semacam prosesi sederhana yang membutuhkan alat dan perlengkapan seperti bunga atau kembang untuk digunakan nyekar ke makam.
Adanya beberapa usaha baik dibidang perdagangan maupun jasa yang ditawarkan oleh masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan para peziarah, baik untuk keperluan makan dan minum, sarana berziarah seperti kempang, dupa dan kemenyan,  dan jasa parkir bagi peziarah yang mebawa kendaraan bermotor. Disini banyak penjual makanan bakso, mie ayam batagor, somay, es campur, nasi krawu, pecel, baju, sandal, pulsa, dan yang paling menarik disini banyak sekali berkembang pengemis, dari anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua, diperkirakan jumlah pengemis disini ada 50 orang. Apabila kita selesai ke makam kita akan diikuti oleh para pengemis yang banyak sekali dan yang menarik disini setelah keluar dari makam, kita sebagai peziarah harus mengobyarkan atau melemparkan uang recehan dan para pengemis itu saling memperebutkan tidak peduli usia naka-anak ataupun yang sudah dewasa semuanya menyatu disini. Tradisi nyekar jum’at pahing ini menjadi ajang kesempatan bagi orang-orang untuk mengumpulkan uang dengan cara meminta-minta kepada para peziarah. Terkadang kita tidak bisa melihat mana yang penziarah dan pegemis karena mereka sudlit dibedakan dan jumlahnya hampir sama. Menurut bapak farhan sebagai juru kunci makam, beliau mengatakan bahwa orang yang datang ke makam untuk nyekar jum’at pahing ini dari rumah sudah mempunyai nadzar untuk memohon doa dengan cara nyekar ke makam kanjeng sepuh, mereka meyakini kalau doa atau permohonan mereka akan terkabulkan dan setelah keluar dari pintu makam para peziarah harus melemparkan uang hal ini dimaknai sebagai syarat agar doa terkabulkan.


BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasakan penelitian yang dilakukan, peneliti mengambil kesimpulan bahwa tradisi ziarah dan nyekar jum’at pahing di makam kanjeng sepuh dilakukan masyarakat karena makam tersebut dianggap masyarakat dapat atau memberikan barokah dan berkah dari apa yang peziarah inginkan.
Manfaat ekonomi yang tampak dari pelaksanaan tradisi ziarah yang dilakukan di makam Kanjeng Sepuh  Desa Kauman yaitu tidak hanya menciptakan suasana ramai tetapi juga bisa memberi peluang kerja sebagai pengembangan ekonomi masyarakat yang telah memberi tambahan pendapat bagi kehidupan masyarakat setempat, khususnya bagi masyarakat yang memiliki jiwa wirausaha yang kuat. Adanya tradisi ziarah yang dilakukan setiap harinya, dan puncaknya pada hari jum’at pahing yang dinamakan dengan Nyekar Jum’at Pahing. Jumlah peziarah banyak menyebakan suasana lingkungan makam kanjeng sepuh ramai  oleh pengunjung. Pengembangan ekonomi masyarakat di desa kauman yang muncul karena adanya banyak peziarah yang datang ke makam kanjeng sepuh, menjadikan  masyarakat sekitar makam bisa membuka lapangan usaha seperti menjual makanan, minuman, cineramata, kembang untuk nyekar dan tempat parkir makam kanjeng sepuh. Maka secara otomatis ekonomi masyarakat setempat perubahan.
3.2 Saran
Setelah mengadakan penelitian tentang pengembangan ekonomi masyarakat, maka peneliti menyarankan kepada masyarakat harus terus melestarikan tradisi ziarah dan nyekar jum’at pahing di makam kanjeng sepuh sidayu supaya tradisi ini tidak akan hilang dan masyarakat harus memiliki usaha yang berbeda dengan usaha-usaha lain.
 
DAFTAR RUJUKAN
Koentjaraningrat. 1980 .  Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Angkasa Baru.
Moleong,L.J. 1990 . Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda Karya.
Soerahmad,W. 1982 . Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito.
Suparlan, Parsudi.1991. Interaksi Antar Etnik Di Beberapa Propinsi Di Indonesia. Jakarta : Depdikbud.
Suryabrata, S. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Rajagrafindo Jakarta.
______2012.Sejarah Sedayu. (Online), (http://sedayuexplore.wordpress.com/sejarah-sedayu/), diakses pada tanggal 04 november 2013, pukul 16.20 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sidayu,_Gresik. diakses pada tanggal 04 november 2013, pukul 16.30 WIB.





 

No comments:

Post a Comment