TRADISI ZIARAH MAKAM KANJENG
SEPUH SEBAGAI PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT DI DESA KAUMAN KECAMATAN SIDAYU KABUPATEN
GRESIK TAHUN 2012
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sejarah Perekonomian
Yang dibina oleh Ibu Indah dan Bapak Hariyono
Oleh
Nazwar Kholilluddin
110731435536
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Makna
Tradisi Ziarah Dan Nyekar Jum’at Pahing
Makam Kanjeng Sepuh Di Desa Kauman Kecamatan Sidayu Bagi Para Peziarah
Desa Kauman secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan
Sidayu Kabupaten Gresik. Tradisi ziarah
di makam kanjeng sepuh masih dilakukan sampai sekarang ini, dan tradisi
tersebut tidak akan luntur malah semakin tahun peziarahnya semakin banyak, hal
ini tidak berpengaruh terhadap
perkembangan zaman dan kemajuan
teknologi serta kemajuan tingkat pendidikan masyarakat Desa Kauman Kecamatan
Sidayu sehingga tradisi ini masih tetap ramai dan berkembang sampai sekarang.
Peziarah yang nyekar di makam ini tidak hanya dari Desa Kauman Kecamatan
Sidayu, Kabupaten Gresik tetapi dari luar daerah Sidayu bahkan Lamongan, Tuban,
Surabaya, dll. Tradisi ini sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya. Tradisi
nyekar jum’at pahing tersebut terjadi karena masyarakat Sidayu dan luar Sidayu percaya bisa mendapat
barokah dari ziarah ke makam tersebut.
Menurut bapak farhan selaku juru kunci makam kanjeng sepuh, beliau
mengatakan bahwa “ para peziarah yang nyekar jum’at pahing ini percaya bisa
mendapat barokah dari berziarah ke makam kanjeng sepuh ini”, dan para peziarah
hanya membawa kembang yang digunakan untuk nyekar. Dalam kebudayaan jawa,
apabila ke makam, setidaknya harus membawa kembang yang dipercayai bisa
mengharumkam makam dan orang yang meninggal bisa tenang disana.
2.2 Pengaruh Tradisi Ziarah dan Nyekar Jum’at Pahing Makam Kanjeng
Sepuh Terhadap Pengembangan Ekonomi Pada Masyarakat Desa Kauman Kecamatan
Sidayu
Bagi masyarakat Jawa khususnya, sesuatu yang bernilai
keramat pasti akan menarik nilai kereligiusannya untuk dikunjungi, oleh karena
itu tidak mengherankan apabila komplek makam Kanjeng Sepuh banyak dikunjungi
para peziarah dari berbagai daerah di luar Sidayu. Dan puncaknya terjadi pada
hari jumat pahing yaitu tradisi nyekar di makam Kanjeng Sepuh oleh masyarakat
Sidayu dan sekitarnya. Hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan
menciptakan situasi dan kondisi tertentu bagi lingkungan masyarakat di Sidayu.
Terlebih lagi dalam tradisi nyekar di makam Kanjeng Sepuh ini, para peziarah
melakukan semacam prosesi sederhana yang membutuhkan alat dan perlengkapan
seperti bunga atau kembang.
Adanya tradisi nyekar di makam Kanjeng Sepuh tidak hanya
menciptakan suasana ramai tetapi juga bisa memberi peluang kerja sebagai pengembangan
ekonomi masyarakat yang telah memberi tambahan pendapatan bagi kehidupan
masyarakat setempat, khususnya bagi masyarakat yang memiliki jiwa wirausaha
yang kuat. Dengan adanya tradisi nyeker yang dilakukan setiap hari jum’at
pahing dengan jumlah peziarah yang cukup banyak menyebabkan suasana lingkungan
makam Kanjeng Sepuh ramai oleh para pengunjung baik para peziarah maupun para
pengunjung yang hanya sekedar berwisata religi dan
sejarah.
Ada beberapa usaha baik dibidang perdagangan maupun jasa
yang ditawarkan oleh masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan para peziarah,
baik untuk keperluan makan dan minum, sarana berziarah seperti kembang, juga
ada jasa parkir bagi para peziarah yang membawa kendaraan bermotor. Selain itu
terdapat juga Pasar pahing Sidayu, har-toko/ kios-kios, warung, dan lain-lain
yang berada disekitar komplek makam Kanjeng Sepuh.
Selain itu masih terdapat puluhan pedagang musiman yang berdagang
ketika sedang tidak menjalankan pekerjaan utama mereka. Aktivitas tradisi nyekar
di makam Kanjeng Sepuh tidak hanya memberi peluang dan pengembangan ekonomi
bagi masyarakat sekitar makam pada akhirnya meningkatkan pendapatan masyarakat
saja tapi juga memberi pendapatan bagi Pemerintah Daerah khususnya Dinas
Pendapatan Daerah Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik.
Setiap ada keramaian pada suatu obyek wisata pasti
membawa peningkatan pendapatan rumah tangga pada masyarakat sekitarnya, karena
dengan banyaknya pengunjung yang datang ke tempat tersebut dapat memberikan
peluang kerja bagi masyarakat sekitar makam. Hal demikian dikarenakan tradisi
ziarah makam merupakan daya tarik wisata religi yang kuat disamping _harisma
seorang Kanjeng Sepuh yang dapat memberikan keberkahan, kedua hal ini memiliki
magnet yang sagat kuat untuk menarik peziarah yang mencari keberkahan maupun
wisatawan yang ingin melihat-lihat saja.
Hasil dan Temuan
Pengembangan
ekonomi yang tampak dari pelaksanaan tradisi ziarah atau nyekar yang dilakukan
di makam kanjeng sepuh di desa kauman yaitu bagi masyarakat jawa khususnya
sesuatu yang bernilai keramat pasti akan menarik nilai kereligiusannya untuk
dikunjungi, oleh karena itu tidak mengherankan apabila komplek makam kanjeng
sepuh banyak dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah seperti :lamongan,
sidoarjo, solo, tuban dan lain-lain. Hal tersebut secara tidak langsung maupun
menciptakan siatuasi dan kondisi tertenti bagi lingkungan masyarakat di desa
kauman. Terlebih lagi dalam berziarah di makam kanjeng sepuh ini, para peziarah
melakukan semacam prosesi sederhana yang membutuhkan alat dan perlengkapan
seperti bunga atau kembang untuk digunakan nyekar ke makam.
Adanya
beberapa usaha baik dibidang perdagangan maupun jasa yang ditawarkan oleh
masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan para peziarah, baik untuk keperluan
makan dan minum, sarana berziarah seperti kempang, dupa dan kemenyan, dan jasa parkir bagi peziarah yang mebawa
kendaraan bermotor. Disini banyak penjual makanan bakso, mie ayam batagor,
somay, es campur, nasi krawu, pecel, baju, sandal, pulsa, dan yang paling
menarik disini banyak sekali berkembang pengemis, dari anak-anak, remaja,
dewasa dan orang tua, diperkirakan jumlah pengemis disini ada 50 orang. Apabila
kita selesai ke makam kita akan diikuti oleh para pengemis yang banyak sekali
dan yang menarik disini setelah keluar dari makam, kita sebagai peziarah harus
mengobyarkan atau melemparkan uang recehan dan para pengemis itu saling
memperebutkan tidak peduli usia naka-anak ataupun yang sudah dewasa semuanya
menyatu disini. Tradisi nyekar jum’at pahing ini menjadi ajang kesempatan bagi
orang-orang untuk mengumpulkan uang dengan cara meminta-minta kepada para
peziarah. Terkadang kita tidak bisa melihat mana yang penziarah dan pegemis
karena mereka sudlit dibedakan dan jumlahnya hampir sama. Menurut bapak farhan
sebagai juru kunci makam, beliau mengatakan bahwa orang yang datang ke makam
untuk nyekar jum’at pahing ini dari rumah sudah mempunyai nadzar untuk memohon
doa dengan cara nyekar ke makam kanjeng sepuh, mereka meyakini kalau doa atau
permohonan mereka akan terkabulkan dan setelah keluar dari pintu makam para
peziarah harus melemparkan uang hal ini dimaknai sebagai syarat agar doa
terkabulkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasakan penelitian
yang dilakukan, peneliti mengambil kesimpulan bahwa tradisi ziarah dan nyekar
jum’at pahing di makam kanjeng sepuh dilakukan masyarakat karena makam tersebut
dianggap masyarakat dapat atau memberikan barokah dan berkah dari apa yang
peziarah inginkan.
Manfaat ekonomi yang
tampak dari pelaksanaan tradisi ziarah yang dilakukan di makam Kanjeng
Sepuh Desa Kauman yaitu tidak hanya
menciptakan suasana ramai tetapi juga bisa memberi peluang kerja sebagai
pengembangan ekonomi masyarakat yang telah memberi tambahan pendapat bagi
kehidupan masyarakat setempat, khususnya bagi masyarakat yang memiliki jiwa
wirausaha yang kuat. Adanya tradisi ziarah yang dilakukan setiap harinya, dan
puncaknya pada hari jum’at pahing yang dinamakan dengan Nyekar Jum’at
Pahing. Jumlah peziarah banyak menyebakan suasana lingkungan makam kanjeng
sepuh ramai oleh pengunjung.
Pengembangan ekonomi masyarakat di desa kauman yang muncul karena adanya banyak
peziarah yang datang ke makam kanjeng sepuh, menjadikan masyarakat sekitar makam bisa membuka
lapangan usaha seperti menjual makanan, minuman, cineramata, kembang untuk
nyekar dan tempat parkir makam kanjeng sepuh. Maka secara otomatis ekonomi
masyarakat setempat perubahan.
3.2 Saran
Setelah mengadakan
penelitian tentang pengembangan ekonomi masyarakat, maka peneliti menyarankan kepada
masyarakat harus terus melestarikan tradisi ziarah dan nyekar jum’at pahing di
makam kanjeng sepuh sidayu supaya tradisi ini tidak akan hilang dan masyarakat
harus memiliki usaha yang berbeda dengan usaha-usaha lain.
DAFTAR RUJUKAN
Koentjaraningrat.
1980 . Pengantar Ilmu Antropologi.
Jakarta : Angkasa Baru.
Moleong,L.J. 1990 . Metodelogi
Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda Karya.
Soerahmad,W. 1982 . Pengantar
Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito.
Suparlan,
Parsudi.1991. Interaksi Antar Etnik Di Beberapa Propinsi Di Indonesia.
Jakarta : Depdikbud.
Suryabrata, S. 1998. Metodologi
Penelitian. Jakarta : PT. Rajagrafindo Jakarta.
______2012.Sejarah Sedayu. (Online), (http://sedayuexplore.wordpress.com/sejarah-sedayu/),
diakses pada tanggal 04 november 2013, pukul 16.20 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sidayu,_Gresik.
diakses pada tanggal
04 november 2013, pukul 16.30 WIB.
No comments:
Post a Comment