PERMASALAHAN
EKONOMI DI PT. KERTAS LECES (PERSERO) DI DESA LECES KECAMATAN LECES KABUPATEN
PROBOLINGGO TAHUN 2005-2013
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH
Sejarah
Perekonomian
Yang dibina
oleh Bapak Hariyono, Prof. Dr. M.Pd
dan
Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd,
S. Hum, M.Pd
oleh :
Hilda Yekti Probohening
(110731435531)
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari kita tidak akan lepas dengan apa yang dinamakan ekonomi.
Ekonomi selalu menjadi hal penting dalam kehidupan manusia, karena dari ekonomi
itu pula manusia bisa mempertahankan kehidupannya. Berbicara ekonomi, berarti
juga membicarakan segala hal termasuk permasalahan-permasalahan ekonomi yang
sering terjadi di sekitar kita. Permasalahan ekonomi yang bisa terjadi
bermacam-macam, bisa terjadi pada perseorangan, kelompok, bisa terjadi pula
pada suatu perusahaan bahkan Negara. Banyak hal yang melatarbelakangi
terjadinya permasalahan-permasalahan ekonomi khususnya di Negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Salah satu contoh permasalahan ekonomi yang
terjadi pada suatu Negara adalah seperti krisis pada tahun 1998 yang sangat
berdampak bagi seluruh elemen masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke
Dalam
suatu perusahaan atau juga industry, pasti juga ada permasalahan-permasalahan
yang terjadi, tidak hanya perusahaan-perusahaan swasta atau asing saja,
perusahaan yang dimiliki oleh Negara pun pasti memiliki permasalahan-permasalahan,
ada yang mudah diselesaikan dalam waktu yang singkat maupun permasalahan yang
sulit dipecahkan dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Dalam hal
industrialisasi, keterbatasan teknologi dan sumber daya manusia (SDM) juga ikut
mempengaruhi keadaan ekonomi Indonesia, apabila masyarakat Indonesia sendiri
tidak mampu diberdayakan, mau tidak mau orang asing yang menguasai ekonomi
Indonesia. Selain itu, masalah structural dan organisasi yang kurang optimal di
suatu perusahaan juga bisa mempengaruhi keadaan ekonomi. Seperti halnya
permasalahan yang terjadi di PT. Kertas Leces (Persero), salah satu Badan Usaha
Milik Negara yang bergerak dibidang produksi pulp dan kertas. Badan Usaha Milik
Negara ini sedang sakit, membutuhkan waktu yang lama untuk menyembuhkan sakit
pada salah satu perusahaan milik Negara ini.
Dari
penjelasan diatas mendorong saya untuk membuat makalah yang berjudul “Permasalahan
Ekonomi Di Pt. Kertas Leces (Persero) Di Desa Leces Kecamatan Leces Kabupaten
Probolinggo Tahun 2005-2013”.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
sejarah dan perkembangan PT. Kertas Leces (Persero)?
2. Bagaimana
permasalahan ekonomi yang terjadi di PT. Kertas Leces (Persero)?
3. Bagaimana
solusi dari permasalahan ekonomi yang terjadi di PT. Kertas Leces (Persero)?
1.3
Tujuan
1. Bagaimana
sejarah dan perkembangan PT. Kertas Leces (Persero)?
2. Bagaimana
permasalahan ekonomi yang terjadi di PT. Kertas Leces (Persero)?
3. Bagaimana
solusi dari permasalahan ekonomi yang terjadi di PT. Kertas Leces (Persero)?
1.4
Metode
Penelitian
·
Jenis
Penelitian
Dalam
penelitian ini, penulis memakai studi kepustakaan (library reseach) yang didalamnya menggunakan bahan-bahan pustaka
yang relevan. Kajian pustaka ini menggunakan telaah pustaka untuk memecahkan
masalah dengan kajian kritis yang mendalam. Studi kepustakaan dilakukan dengan
cara pengumpulan data dari berbagai sumber yang kemudian disajikan dengan cara
baru. Studi pustaka yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan sumber
sekunder.
Penelitian ini menggunakan metode penilitian historis sedangkan
jenis penelitiannya berupa deskriptif-narasi. Metode historis digunakan untuk
mengkaji secara kritis mengenai fakta-fakta empiris masa lampau yang berkaitan
dengan masalah-masalah yang sesuai dengan kajian penelitian. Dalam metode
sejarah dikenal lima tahap, yaitu tahap pemilihan topik, heuristik (pengumpulan
sumber), kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Berikut penjelasan
mengenai kelimanya.
a.
Pemilihan
Topik
Menurut (Kuntowijoyo, 1994: 95) Pemilihan topik sebaiknya digunakan
dua pendekatan yakni, berdasarkan kedekatan emosional dan intelektual.
Kedekatan emosional peneliti dengan apa yang akan dikaji sudah sesuai karena
peniliti sudah pernah merasakan keadaan tersebut (krisis ekonomi 1997-1999),
meskipun pada waktu itu peneliti masih anak-anak. Selain itu orang-orang
disekitar peneliti juga merasakan dan mengetahui hal yang sama. Secara intelektual penelitian
ini dilakukan karena penulis pernah membaca literatur mengenai perekonomian
Indonesia pada masa krisis 1997-1999.
b.
Heuristik
Heuristik, berasal dari
bahasa Yunani yaitu heuriskein yang artinya memperoleh. Heuristik merupakan proses
mencari bahan atau menyelidiki sejarah untuk mendapatkan sumber (Kuntowijoyo,
1994: 95). Penulisan sejarah kini harus mulai menyempurnakan alat-alat
analitisnya dengan cara meminjam konsep serta teori dari ilmu-ilmu sosial
(Kartodirdjo, 1992: 8). Jadi dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan
beberapa pendekatan dengan menggunakan teori
ilmu sosial yaitu menggunakan pendekatan sosiologis dimana terdapat peristiwa
sosial dan nilai-nilai kehidupan.
c.
Kritik
Sumber
Kritik merupakan kemampuan dalam menilai sumber-sumber sejarah yang
sudah didapatkan. Kritik sumber dibedakan menjadi dua, yaitu kritik eksternal
dan kritik internal.
·
Kritik eksternal
Menurut (Kartodirdjo, 1992:
10) untuk mengetahui keautentikan suatu dokumen dapat dilihat melalui
identitasnya, yaitu dengan cara meneliti bahannya, jenis tulisannya, dan gaya
bahasanya.
·
Kritik Internal
Menurut (Kartodirdjo, 1992: 10) Kritik internal dilakukan
untuk menguji pernyataan dan fakta yang ada didalam dokumen. Kritik ini
dilakukan dengan cara identifikasi penulisnya, sifat dan wataknya, daya
ingatannya, jauh-dekatnya dari peristiwa dalam waktu. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui pernyataan tersebut dapat diandalkan atau tidak atau dengan kata
lain dapat diklarifikasikan menurut penafsiran yang diperoleh peneliti, dari
subjektifitas sampai objektifitas suatu dokumen.
d.
Interpretasi
Interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai-kannya
hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari berbagai fakta
yang ada kemudian perlu disusun agar mempunyai bentuk dan struktur. Fakta yang
ada ditafsirkan sehingga ditemukan struktur logisnya sesuai dengan fakta untuk
menghindari suatu penafsiran yang semena-mena akibat pemikiran yang sempit.
Menurut (Kuntowijoyo,
1994:100) Interprestasi atau penafsiran sering disebut sebagai biang
subjektivitas. Dalam ilmu sejarah penafsiran ini dilakukan setelah melewati
beberapa kritik dari fakta-fakta yang timbul dari dokumen yang ditemukan oleh
peneliti. Interprestasi merupakan urutan ketiga yang dilakukan dalam
historiografi. Dalam hal interpretasi ini peneliti memiliki dua langkah, yaitu
analisis dan sintetis.
e.
Historiografi
Histografi yaitu penulisan masa lalu oleh
sejarawan berdasarkan fakta yang ada. Sebagai suatu karya ilmiah, histografi
merupakan fase terakhir dalam sebuah penelitian sejarah. Hasil dalam penelitian
itu kemudian ditulis, dipaparkan dan dilaporkan dalam bentuk karya ilmiah.
Dalam sebuah penelitian sejarah, penekanan yang terjadi terletak pada pemikiran
yang sistematis, logis, dan kronologis dengan memperhatikan pula segi
kausalitasnya. Hal inilah yang menjadi pembeda dengan penelitian ilmiah ilmu
lain. Setiap penulisan dilakukan sesuai dengan data yang diperoleh. Penyusunan
laporan yang dilakukan secara sistematis dan terperinci.dan diharapkan data
sesuai dengan apa yang diperoleh. Kemudian dari sanalah akan dicapai pada suatu
kesimpulan yang diharapkan pada awal penyusunan sebuah penelitian.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah dan Perkembangan PT. Kertas Leces (Persero)
PT.
Kertas Leces merupakan pabrik kertas tertua kedua setelah Pabrik Kertas
Padalarang yang terletak di Bandung Jawa Barat. PT. Kertas Leces dibangun pada
masa Hindia Belanda tahun 1939. Pabrik yang merupakan perusahaan milik Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang produksi kertas ini berlokasi
di Jalan Raya Lumajang-Leces Desa Leces Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo
yang memiliki dasar hukum BUMN berdasarkan akta No. 24 tanggal 23 November 1983
dan akta perusahaan No.25 tanggal 24 April 1984. Pabrik kertas yang saat ini
berbentuk persero ini mulai beroperasi pada tahun 1940 dengan kapasitas
10ton/hari yang memproduksi kertas tulis cetak dengan bahan baku ampas tebu dan
limbah pertanian seperti jerami dan batang jagung dan kertas bekas (used paper)
yang diproses menggunakan proses soda agar ramah lingkungan. Dari bahan bakunya
saja, PT. Kertas Leces dapat menghemat kayu hutan seluas 160.000 HA pertahun.
Hal ini pun sejalan dengan kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan oleh
Presiden Republik Indonesia tentang konsep Green Based Business atau Green
Based Industry. Setelah pengambilalihan manajemen oleh Pemerintah Indonesia
dari Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1958 dimana seluruh
perusahaan-perusahaan yang dibangun pada masa Hindia Belanda di
nasionalisasikan, Pabrik Kertas Leces pun menjadi salah satu perusahaan yang di
ambil alih oleh Pemerintah Indonesia. Setelah dinasionalisasikan, PT. Kertas
Leces berbenah sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional dan ekonomi global
dengan melakukan restrukturisasi dan berbagai inovasi agar tetap berdiri serta
bertumbuh kembang menajdi perusahaan kertas kelas dunia. Pembenahan-pembenahan
yang dilakukan adalah dengan adanya pengembangan fisik melalui empat tahapan
pembangunan yang dimulai pada tahun 1960 dan berakhir pada tahun 1986 yang
akhirnya menghasilkan pabrik kertas dan pulp terintegrasi. Kepemilikan saham
dari PT. Kertas Leces seluruhnya merupakan milik pemerintah. PT. Kertas Leces
merupakan satu-satunya pabrik kertas di Indonesia yang bahan bakunya berupa
kertas bekas dan ampas tebu. Bahan baku itulah yang merupakan modal dari PT.
Kertas Leces menuju ecolabeling. PT. Kertas Leces telah berkomitmen untuk
menjaga kondisi lingkungan sekitar pabrik dengan meminimalkan proses kimia yang
sangat berbahaya bagi lingkungan, dimana dalam proses produksi PT. Kertas Leces
menggunakan proses soda yang tidak berbau untuk pembuatan pulp (bubur
kertas/bahan baku setengah jadi untuk pembuatan kertas yang berasal dari serat
selulosa dan hemiselulosa) sehingga limbah dari pabrik tidak mengganggu
kesehatan masyarakat disekitar PT. Kertas Leces. Selain itu, ada penyempurnaan
dengan adanya penambahan oksigen delignifikasi yang berguna untuk menghemat
bahan-bahan kimia yang mahal di tahap pemutihan dan tentunya dalam waktu yang
bersamaan dapat menurunkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar pabrik.
Selain itu, dalam proses produksi juga didukung dengan Chemical Recovery Plant
dan juga mesin kertas yang menggunakan Alkali Sizing. Selain itu juga didukung
dengan penerapan teknologi tinggi dengan komputerisasi pada mesin kertas
berkecepatan tinggi yang berguna untuk menjaga stabilitas kualitas produksi.
Saat
ini kapasitas produksi di PT. Kertas Leces mencapai 640ton/hari yang
memproduksi berbagai jenis kertas seperti: kertas tulis cetak (HVS, HVO, Photo
Copy, dan lain-lain), kertas koran dan kertas industri. Produk dari PT. Kertas
Leces dipasarkan di pasar lokal yang meliputi hampir seluruh wilayah di
Indonesia seperti Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jakarta,
serta wilayah-wilayah di luar pulau Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, Maluku
dan juga Irian Jaya. Kemudian produk kertas dari PT. Kertas Leces juga di
ekspor ke luar negeri seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Srilanka, India,
Pakistan, Jepang, Taiwan, Myanmar, Papua Nugini, Australia, Selandia Baru,
Iran, Korea Selatan, Syria, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Republik Rakyat China,
Inggris, Belanda dan juga Afrika Selatan.
Strategi
yang digunakan PT. Kertas Leces adalah “Turnd Arround Bussiness” yang berarti
kembali ke desain mesin dengan bahan baku non wood (bagasse). Setiap perusahan
pasti memiliki tujuan, visi dan misi yang berbeda. Tujuan dari PT. Kertas Leces
antara lain: memproduksi pulp dan berbagai jenis kertas yang bermutu dengan
harga yang kompetitif baik dipasar Domestik maupun pasar International,
berwawasan lingkungan dan mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja, memberikan
kesejahteraan dan mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja, memberikan
kesejahteraan kepada karyawan dan peduli terhadap masyarakat sekitar,
memberikan nilai tambah bagi pemegang saham dan keuntungan bagi Negara dari
pajak penghasilan, dan yang terakhir ikut memajukan industry di Indonesia
khususnya industry pulp dan kertas serta ikut mendorong pertumbuhan ekonomi
nasional. Visi dari PT. Kertas Leces sendiri adalah menjadi produsen kertas
yang terintegrasi, berwawasan lingkungan dan kuat dalam persaingan global.
Misi-misi dari PT. Kertas Leces adalah menghasilkan produk dan mampu bersaing
dipasar bebas, meningkatkan produktivitas dan efisiensi berkesinambungan,
berorientasi pada keuntungan dan memberikan nilai tambah bagi pemegang saham,
memberikan kesejahteraan karyawan dan peduli terhadap masyarakat sekitar,
peduli terhadap kelestarian lingkungan serta mengutamakan keselamatan dan
kesehatan kerja dan yang terakhir mengelola perusahaan dengan prinsip
kejujuran, keterbukaan dan tanggung jawab (Good Corporate Governance).
2.2
Permasalahan
Ekonomi di PT. Kertas Leces (Persero)
Permasalahan yang
terjadi di perusahaan milik Negara ini sangat sulit untuk diselesaikan, menteri
BUMN yang saat ini sedang menjabat Dahlan Iskan pun menilai permasalahan yang
terjadi di PT. Kertas Leces sulit untuk ditangani, diperlukan waktu yang cukup
lama sekitar dua hingga tiga tahun untuk dihidupkan kembali karena pada
kenyataannya PT. Kertas Leces sulit untuk melakukan revitalisasi. PT. Kertas
Leces yang merupakan pabrik kertas tertua kedua di Indonesia ini pernah berhenti
beroperasi pada Mei 2010 lalu. Pemberhentian operasi tersebut dikarenakan
Perusahaan Gas Negara (PGN) yang juga merupakan Badan Usaha Milik Negara ini
menghentikan pasokan gasnya karena PT. Kertas Leces menunggak utang sebanyak
Rp. 41 Miliar. PT. Kertas Leces mengalami kesulitan untuk membayar tagihan gas
dikarenakan menurunnya pendapatan yang disebabkan oleh penurunan permintaan
kertas dan juga dikarenakan harga gas pada saat itu melambung tinggi.
Akibat dari
pemberhetian operasi itu adalah terlantarnya para karyawan PT. Kertas Leces
yang jumlahnya mencapai sekitar 1.850 karyawan. Para karyawan tersebut belum
menerima hak-hak normatifnya, sehingga perusahaan memiliki utang berupa hak
normative karyawan sekitar Rp. 4,5 miliar yang terdiri dari Tunjangan
Pendidikan (TP) sebesar Rp. 2,850 miliar, gaji 50 persen Rp. 1,250 miliar, dan
gaji 15 persen Rp. 300juta.
2.3
Solusi
Permasalahan Ekonomi di Pabrik Kertas Leces
Setiap permasalahan
yang terjadi pasti ada solusinya, namun tidak semua solusi bisa berjalan lancar
tanpa ada halangan apapun. Begitu pula dengan permasalahan yang terjadi di PT.
Kertas Leces, permasalahan yang sudah berlarut-larut tanpa ada penyelesaiannya
membuat permasalahan tersebut semakin rumit untuk di selesaikan. Pasca
pemberhentian operasi PT. Kertas Leces dikarenakan ketersediaan gas yang
dihentikan pasokannya oleh Perusahaan Gas Negara (PGN). PT. Kertas Leces
memecahkan masalah tersebut dengan membangun boiler batu bara terkait konversi
bahan bakar gas menjadi batu bara. Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam
bidang industri pulp dan kertas ini membangun dua unit bolier batu bara dengan
kapasitas boiler sebesar 120ton/jam, dan tekanan steam sebesar 44 bar dengan
temperature 4400 celcius. Dengan adanya proyek konversi bahan bakar ini
diharapkan PT. Kertas Leces dapat tumbuh dan berkembang lagi. Namun solusi
tersebut kurang berhasil karena kurang optimal dalam menjalankan program
konversi bahan bakar tersebut. Pemberhentian operasi PT. Kertas Leces membuat
para karyawan tidak mendapatkan gaji sepenuhnya, hak-hak normatif para karyawan
seperti tunjangan pendidikan belum dibayarkan untuk beberapa waktu. Solusi yang
diambil PT. Kertas Leces untuk memenuhi hak-hak normatif karyawan yang belum
dibayarkan adalah dengan menjual aset berupa tanah dan gudang yang terletak di
Cibitung, namun hasil dari penjualan tersebut belum mampu menutupi permasalahan
yang ada. Kini solusi yang sedang dijalankan adalah pembangunan pabrik gula
dilingkungan PT. Kertas Leces, PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) berniat
untuk mengakuisisi Badan Usaha Milik Negara yang sedang sakit ini. Pembangunan
pabrik gula di lingkungan PT. Kertas Leces ini dianggap menjadi angin segar
bagi perusahaan yang sedang berada di ujung tanduk ini, pasalnya bahan baku
dari pembuatan kertas yang di produksi oleh PT. Kertas Leces sendiri merupakan
limbah tebu (bagasse). Pembangunan pabrik gula ini juga merupakan andil dari
pemerintah Kabupaten Probolinggo, dimana pemerintah Kabupaten Probolinggo
memberikan jaminan lahan dengan luas sekitar 25.000 hektare.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PT.
Kertas Leces merupakan pabrik kertas tertua kedua setelah Pabrik Kertas
Padalarang yang terletak di Bandung Jawa Barat. PT. Kertas Leces dibangun pada
masa Hindia Belanda tahun 1939. Pabrik yang merupakan perusahaan milik Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang produksi kertas. Permasalahan
yang terjadi di perusahaan milik Negara ini sangat sulit untuk diselesaikan karena pada kenyataannya PT. Kertas
Leces sulit untuk melakukan revitalisasi. Pada
Mei 2010 lalu. Pemberhentian operasi tersebut dikarenakan Perusahaan Gas Negara
(PGN) yang juga merupakan Badan Usaha Milik Negara ini menghentikan pasokan
gasnya. Akibat dari
pemberhetian operasi itu adalah terlantarnya para karyawan PT. Kertas Leces
yang jumlahnya mencapai sekitar 1.850 karyawan. Kini solusi yang sedang
dijalankan adalah pembangunan pabrik gula dilingkungan PT. Kertas Leces, PT.
Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
DAFTAR ISI
Gunadi, Tom.
1981. Sistem Perekonomian Menurut
Pancasila dan UUD 45. Bandung: Angkasa
Kartodirjo,
S. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam
Metodologi Sejarah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Kuntowijoyo.
1994. Metodolodi Sejarah. Yogyakarta:
Tiara Wacana
Tambunan, Tulus
T.H. 2003. Perekonomian Indonesia: Beberapa
Masalah Penting. Jakarta: Ghalia Angkasa
Sjahrir,
1991. Analisis Ekonomi IndonesiaI.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
JPNN. 11 Oktober
2013. Masalah di PT. Kertas Leces Sulit
Dipecahkan, hlm.-.
Kompas. 17
Oktober 2012. Pabrik Kertas Leces Terus
Menggeliat, hlm.24.
Tempo. 30 April
2012. Pabrik Kertas Leces Andalkan Boiler
Batu Bara, hlm.-.
Tempo. 22 Mei
2012. Dahlan Pastikan Dirut Leces Diganti,
hlm.-.
Surabaya Post.
12 April 2012. Pabrik Kertas Leces
Bangkrut, hlm.-.
Surabaya Post. 14 Oktober 2010. PT. Kertas Leces Rambah Industri Gula, hlm.-.
Surabaya Post.
13 Oktober 2010. 3 PG di Probolinggo
Ditutup, PG Leces Berdiri, hlm.-.