Songs

Tuesday, September 24, 2013

Tugas Kelompok 4 Sejarah Ekonomi

KEMISKINAN DAN KEMAKMURAN PETANI TEBU DI JAWA MASA CULTUURSTELSEL 1830 – 1870


Oleh
Ardi Syahrial                           110731435520
Aris Cahyono                          110731435525
Ermi Liahana                           110731435530
Novia Risqi Suryani                110731435532
1.      PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Selama menjajah Indonesia, Belanda telah menerapkan berbagai kebijakan ekonomi, salah satunya adalah cultuurstelsel. Ide mengenai cultuurstelsel diawali pada tahun 1829. Pada saat itu pemerintah berusaha agar wilayah jajahannya mampu  memenuhi kebutuhannya (pemerintah Hindia-Belanda). Akhirnya pemerintah memutuskan untuk menjalankan cultuurstelsel pada tahun 1830. Kebijakan ini mewajibkan petani di Jawa untuk menanam tanaman lain selain padi yaitu komoditi ekspor.
Selain perubahan komoditi, pelaksanaan cultuurstelsel ini masih menggunakan sistem patron-client. Namun pada akhirnya terjadi perubahan karena ada sistem upah. Hal itu dikarenakan (-. 189) Pengalaman-pengalaman yang didapat dari stelsel tanah memberikan pelajaran, bahwa kekuasaan feudal yang masih sangat berpengaruh itu masih harus dihormati, bahwa orang-orang Eropa tidak akan dapat mencapai apa-apa jika mereka tidak mempergunakan organisasi desa, dan bahwa untuk produksi ekspor diperlukan pimpinan orang-orang Eropa.
Penerapan cultuurstelsel mengubah komoditi  pertanian fokus pada tanaman ekspor. Lahan pertanian dimanfaatkan untuk penanaman komoditi ekspor. Peralihan komoditas pertanian tersebut memberikan pengaruh yang cukup besar bagi petani. Komoditi ekspor pada cultuurstelsel bermacam-macam, beberapa diantaranya gula, nila, tembakau, kapas, kayu manis, kapas, teh, dan kopi.
Hasil produksi dan harga tiap komoditi tersebut berubah-ubah. Salah satu hasil terbesar adalah gula (tebu). Hal itu didasarkan pada luas area penanaman. Bagian menarik dari stelsel tebu adalah dampak penanaman bagi petani tebu. Dampak yang dimaksud adalah perubahan perekonomian yang dialami oleh petani tebu pada saat stelsel berlangsung. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis membuat makalah Kemiskinan dan Kemakmuran Petani Tebu di Jawa Masa Culturestelsel 1830 – 1870.


1.2  Rumusan Masalah
Perubahan perekonomian yang dimaksud penulis adalah permasalahan kemiskinan dan kemakmuran yang dialami oleh petani tebu. Seperti yang diketahui sebelumnya petani tebu tersebut menanam tanaman pangan (padi) seperti petani Jawa pada umumnya. Untuk membahas makalah Kemiskinan dan Kemakmuran Petani Tebu di Jawa Masa Culturestelsel 1830 – 1870 penulis menyusun tiga rumusan masalah sebagai berikut:
·         Bagaimana pelaksanaan penanaman tebu pada masa cultuurstelsel di Jawa 1830 – 1870?
·         Bagaimana kemiskinan yang dialami oleh petani tebu masa cultuurstelsel di Jawa 1830 – 1870?
·         Bagaimana kemakmuran yang dialami oleh petani tebu masa cultuurstelsel di Jawa 1830 – 1870?

1.3  Tujuan
Tujuan penulisan makalah Kemiskinan dan Kemakmuran Petani Tebu di Jawa Masa Culturestelsel 1830 – 1870 adalah untuk mengetahui:
·         pelaksanaan penanaman tebu pada masa cultuurstelsel di Jawa 1830 – 1870
·         kemiskinan yang dialami oleh petani tebu masa cultuurstelsel di Jawa 1830 – 1870
·         kemakmuran yang dialami oleh petani tebu masa cultuurstelsel di Jawa 1830 – 1870
Selengkapnya Klik Disini

1 comment:

  1. PRESENTASI KELOMPOK 4
    Anggota :
    1. Ardi Syarial
    2. Aris Cahyono
    3. Ermi Liahana
    4. Novia Risqi
    Moderator : Muhammad Erick
    Notulen : Diah Purwati
    Judul Makalah : Kemiskinan dan Kemakmuran Petani Tebu di Jawa Masa Cuulturstelsel 1830- 1870.
    Presentasi :
    1. Pemilihan sub topik dan perkebunan tebu di Jawa masa Cultuurstelsel 1830- 1870 (Novia Risqi).
    2. Kemiskinan Petani Tebu di Jawa Masa Cuulturstelsel 1830- 1870 (Ermi Liahana).
    3. Kemakmuran Petani Tebu di Jawa Masa Cuulturstelsel 1830- 1870 (Ardi Syarial).
    4. Lanjutan (Aris Cahyono).

    Kritik dan Saran : -
    Sesi 1
    Pertanyaan :
    1. Nia Ulfia : Bagaimana penentuan sistem kerja dan pajak pada masa Cuultur stelsel?
    2. Ayyub Rahman : Kenapa kereta apai yang awal dipusatkan di Jember pada masa Cuulturstelsel?
    3. Rizal Lutfi : Apakah ada konflik antara pekerja dari level- level yang berbeda?

    Jawaban
    1. Pertanyaan Ayyub Rahman
    Penanaman tebu yang paling makmur ada di Besuki (wilayah bagin Timur). Karena pengolahan disana lebih baik, dan tingkat kesuburan tanah lebih baik. Bukan kereta api, tapi lori.
    Tambahan dari Zamhari P: Pengangkutan tebu lebih efektif dengan menggunakan lori.
    2. Pertanyaan dari Nia Ulfia
    • Besar pajak tidak dapat disebutkan besarnya, namun diarahkan pada keseburan tanah dan jarak- dekat jauhnya perkebunan.
    • Tidak mau berhubungan dengan pribumi, agar bila ada kesalahan Belanda tidak kena secara langsung.
    3. Pertanyaan dari Rizal Lutfi
    Konflik ada namun mungkin antar petani. Kelompok masih terbatas sumber.

    Sesi 2
    Pertanyaan
    1. Siti Nur.K : Bagaimana sistem kontrak awal pada masa Cuultur stelsel?
    2. Gagah Arif : Bagaimana untuk mengetahui suatu daerah memilki kecocokan untuk penanaman tebu ?

    Jawaban
    1. Pertanyaan dari Gagah Arif
    Dulu sebagian ditanami padi terlebih dahulu. Jika cocok maka bisa ditanami tebu. Lagi pula perkebunan tebu, tidak membutuhkan banyak irigasi.
    Tambahan ( Zamhari. P) : 500 m di atas permukaan tanah, dibuat parit- parit terlebih dahulu agar tebu bisa lebih mudah ditanami.
    Pertanyaan ( Gagah) : Mengapa perkebunan dipusatkan di Jawa?
    Jawaban kelompok : Kalau di Jawa lebih banyak perkebunan, sedangkan di luar Jawa cenderung pertambangan.
    Pertanyaan (Indah Kiki ) : Perkebunan tebu jika diterus, unsur haranya akan berkurang. Apakah ada perputaran lahan atau perpindahan?
    Jawaban kelompok : Tidak ada rotasi perkebunan, mungkin yang ada hanya perluasan ke daerah lain.
    Pertayaan (Zamhari. P) : tanah perkebunan tadi ditanami atau ditinggalkan begitu saja?
    Jawaban kelompok : tanah yang tadi setelah ditanami tebu, ditanami padi, setelah 2x panen lalu ditanami tebu lagi.

    2. Pertanyaan dari Siti Nur.K.
    Sistem kontrak : penetapan lahan jumlah pekerja dan jam kerja.
    Sedangkan untuk pengangkutan hasil, para petani harus mengangkut sendiri.

    ReplyDelete